Read more: http://www.uzumaki-popey.com/2013/01/cara-membuat-blog-agar-tidak-bisa-di.html#ixzz2QmnmosON

Pages

Minggu, 02 Desember 2012


TROMBOSIS VENA
A.    Landasan Teori
1.      Pengertian
Thrombosis vena adalah pembentukan thrombus (bekuan darah) dalam vena (http://www.news-medical.net/health/Types-of-Thrombosis-(Indonesian).aspx).
Thrombosis vena adalah pembekuan darah di dalam pembuluh darah vena terutama pada tungkai bawah.
Thrombosis vena adalah bekuan darah (thrombus) yang terbentuk di dalam pembuluh darah (http://en.wikipedia.org/wiki/Venous_thrombosis).
2.      Anatomi dan Fisiologi
hal5

26914W

Pembuluh darah terdiri atas 3 jenis : arteri, vena, dan kapiler.
a.       Arteri
Arteri membawa darah dari jantung dan disebarkan ke berbagai jaringan tubuh melalui cabang-cabangnya. Arteri yang terkecil, diameternya kurang dari 0,1 mm, dinamakan arteriol. Persatuan cabang-cabang arteri dinamakan anastomosis. Pada arteri tidak terdapat katup.
b.      Vena
Vena merupakan pembuluh darah yang mengembalikan darah dari seluruh tubuh ke jantung sehingga dinamakan pula pembuluh balik;. Vena yang terkecil dinamakan venula. Vena yang lebih kecil atau cabang-cabangnya, bersatu membentuk vena yang lebih besar, yang seringkali bersatu satu sama lain membentuk pleksus vena. Arteri profunda tipe sedang sering diikuti oleh dua vena masing-masing pada sisi-sisinya, dan dinamakan venae cominantes.

Vena mempunyai tiga lapisan seperti arteri tetapi mempunyai lapisan otot polos yang lebih tipis, kurang kuat dan mudah kempes (kolaps). Terdapat katup yang berbentuk seperti bulan sabit (valvula semi lunaris) yang terbuat dari lapisan dalam vena yaitu lapisan endotelium yang diperkuat oleh jaringan fibrosa fungsinya menjaga agar darah tak berbalik arah. Terdiri dari :
1)      Vena cava superior yang bertugas membawa darah dari bagian atas tubuh menuju serambi kanan jantung.
2)      Vena cava inferior yang bertugas membawa darah dari bagian bawah tubuh ke serambi kanan jantung.
3)      Vena cava pulmonalis yang bertugas membawa darah dari paru-paru ke serambi kiri jantung.
4)      Vena yang masuk ke jantung.
Vena Kava Superior, merupakan vena besar yang menerima darah dari bagian atas leher dan kepala yang di bentuk oleh persatuan dua vena brakhiosefalika yang masuk ke dalam. atvium dektra. Vena azigos bersatu pada permukaan posterior vena kava superior sebelum masuk ke pericardium.
Vena kava inferior, menerima darah dari alat-alat tubuh bagian bawah, menembus sentrum tendineum setinggi vertebrae thorakalis, dan masuk ke bagian terbawah atrium dekstra.
Vena Pulmonalis. Dua vena pulmonalis yang meninggalkan paru-paru membawa darah teroksigenasi (banyak mengandung oksigen) dan masuk ke atrium sinistra.
5)      Vena yang bermuara pada vena kava superior.
Vena yang berawal tepat di belakang angulus mandibulare dan menyatu dengan vena aurikularis posterior lalu turun melintasi m.sternoklaido mastoideus tepat di atas clavikula dan menembuh fasia servikalis profunda dan mencurahkan isinya ke vena sublavia. Cabang-cabangnya yaitu : vena aurikularis posterior, vena retromandibularis menerima darah dating dari mandibularis, vena jugularis eksterna posterior yang mengurus bagian kulit kepala dan leher bergabung dengan vena jugularis eksterna, vena supraskapularis menerima darah dari otot bahu bagian atas, dan vena jugularis anterior, berawal tepat di bawah dagu, menyatu turun ke leher diatas insisura jugularis, berjalan ke bawah m.sternoklaidomastoideus dan mencurahkan isisnya ke vega jugularis eksterna.
6)      Vena yang bermuara ke vena cava interna.
Vena torasika interna, bersatu membentuk pembuluh darah tunggal dan mengalirkan darah ke vena brakhiosefalika.
 Vena dinding anterior dan lateral abdomen. Darah vena dikumpulkan ke jalinan vena-vena dari umbilicus dan dailirkan ke vena aksilaris melalui vena torakalis lateralis dan ke bawah vena femoralis melalui vena epigastrika superfisialis. 
7)      Vena anggota gerak bawah.
Superfisialis tungkai bawah adalah v. Safena magna dan v. Parva yang berjalan ke atas dengan cabangnya. 
Safena magna mengangkut darah dari ujung medial arkus venosus dorsalis pedis berjalan naik di depan maleolus medialis berjalan ke belakang lutut melalui sisi medial paha pada fasia profunda bergabung dengan v. Femoralis, berhubungan dengan v. Safena parva berjalan ke belakang lutut. V. Perforans menghubungkan v. Safena magna dengan v. Profunda sepanjang sisi medial betis. 
Pembuluh vena pada ekstremitas dibagi atas tiga sistem. Pertama pada sistem pembuluh vena dalam terletak dibawah fascia dari otot. Katup pada sistem pembuluh vena dalam melayani secara langsung aliran darah yang menuju ke jantung. Kedua adalah sistem pembuluh vena superficial, yang terletak di dalam jaringan subkutaneus ekstremitas. Katup pada sistem pembuluh vena superficial juga bertujuan untuk mengalirkan darah secara langsung ke jantung. Ketiga adalah sistem yang menghubungkan sistem superficial dan sistem pembuluh vena dalam, bertujuan untuk mengalirkan darah dari pembuluh vena superficial ke pembuluh vena profunda.
Aliran darah pada vena sangat berhubungan dengan fase pernapasan. Pada saat inspirasi, tekanan abdomen meningkat dan aliran vena ke ekstremitas bawah sementara menurun sedangkan pada saat ekspirasi tekanan abdomen menurun dan aliran vena ke ektremitas bawah meningkat.
c.       Kapiler
Kapiler adalah pembuluh mikroskopik yang membentuk jalinan yang menghubungkan arteriol dengan venula. Pada beberapa daerah tubuh, terutama pada ujung-ujung jari dan ibu jari, terdapat hubungan langsung antara arteri dan vena tanpa diperantai kapiler. Tempat hubungan seperti ini dinamakan anastomosis arteriovenosa.

beda arteri dan vena

Histologi Struktur Pembuluh Darah secara umum
Tunica intima. merupakan lapisan yang kontak langsung dengan darah. Lapisan ini dibentuk terutama oleh sel endothel.
Tunica media. Lapisan yang berada diantara tunika media dan adventitia, disebut juga lapisan media. Lapisan ini terutama dibentuk oleh sel otot polos dan and jaringan elastic.
Tunica adventitia. Merupakan Lapisan yang paling luar yang tersusun oleh jaringan ikat.

histologi-pembuluh-darah
3.      Etiologi
Ditemukan 3 faktor yang berperan dalam terjadinya trombosis vena dalam:  
a.        Cedera pada lapisan   vena
b.      Meningkatnya kecenderungan pembekuan darah: terjadi pada beberapa kanker dan       pemakaian pil KB (lebih jarang). Cedera atau pembedahan mayor juga bisa meningkatkan kecenderungan           terbentuknya     bekuan darah.
c.       Melambatnya aliran darah di dalam vena: terjadi pada pasien yang menjalani tirah baring  dalam waktu yang lama karena otot betis tidak berkontraksi dan memompa darah menuju jantung. Misalnya trombosis vena dalam bisa terjadi pada penderita serangan jantung yang berbaring selama beberapa hari dimana tungkai sangat sedikit digerakkan; atau pada penderita lumpuh yang duduk terus menerus dan ototnya tidak berfungsi.
4.      Faktor resiko :
Faktor utama yang berperan terhadap terjadinya trombosis vena adalah status aliran darah dan meningkatnya aktifitas pembekuan darah.
Faktor kerusakan dinding pembuluh darah adalah relatif berkurang berperan terhadap timbulnya trombosis vena dibandingkan trombosis arteri. Sehingga setiap keadaan yang menimbulkan statis aliran darah dan meningkatkan aktifitas pembekuan darah dapat menimbulkan trombosis vena.
Faktor resiko timbulnya trombosis vena adalah sebagai berikut :
a.       Defisiensi Anto trombin III, protein C, protein S dan alfa 1 anti tripsin.
 Pada kelainan tersebut di atas, faktor-faktor pembekuan yang aktif tidak di netralisir sehinga kecendrungan terjadinya trombosis meningkat.
b.      Tindakan operatif
Faktor resiko yang potensial terhadap timbulnya trombosis vena adalah operasi dalam bidang ortopedi dan trauma pada bagian panggul dan tungkai bawah. Pada operasi di daerah panggul, 54% penderita mengalami trombosis vena, sedangkan pada operasi di daerah abdomen terjadinya trombosis vena sekitar 10%-14%. Beberapa faktor yang mempermudah timbulnya trombosis vena pada tindakan operatif, adalah sebagai berikut :
                                                i.     Terlepasnya plasminogen jaringan ke dalam sirkulasi darah karena trauma pada waktu di operasi.
                                              ii.     Statis aliran darah karena immobilisasi selama periode preperatif, operatif dan post operatif.
                                            iii.      Menurunnya aktifitas fibrinolitik, terutama 24 jam pertama sesudah operasi.
                                            iv.     Operasi di daerah tungkai menimbulkan kerusakan vena secara langsung di daerah tersebut.
c.       Kehamilan dan persalinan
Selama trimester ketiga kehamilan terjadi penurunan aktifitas fibrinolitik, statis vena karena bendungan dan peningkatan faktor pembekuan VII, VIII dan IX. Pada permulaan proses persalinan terjadi pelepasan plasenta yang menimbulkan lepasnya plasminogen jaringan ke dalam sirkulasi darah, sehingga terjadi peningkatkan koagulasi darah.
d.       Infark miokard dan payah jantung
Pada infark miokard penyebabnya adalah dua komponen yaitu kerusakan jaringan yang melepaskan plasminogen yang mengaktifkan proses pembekuan darah dan adanya statis aliran darah karena istirahat total.
e.       Trombosis vena yang mudah terjadi pada payah jantung adalah sebagai akibat statis aliran darah yang terjadi karena adanya bendungan dan proses immobilisasi pada pengobatan payah jantung. Immobilisasi yang lama dan  paralisis ekstremitas. Immobilisasi yang lama akan menimbulkan statis aliran darah yang mempermudah timbulnya trombosis vena.
f.       Obat-obatan konstraseptis oral
Hormon estrogen yang ada dalam pil kontraseptis menimbulkan dilatasi vena, menurunnya aktifitas anti trombin III dan proses fibrinolitik dan meningkatnya faktor pembekuan darah. Keadaan ini akan mempermudah terjadinya trombosis vena.
g.      Obesitas dan varices
Obesitas dan varices dapat menimbulkan statis aliran darah dan penurunan aktifitas fibriolitik yang mempermudah terjadinya trombosis vena.
h.      Proses keganasan
Pada jaringan yang berdegenerasi maligna di temukan “tissue thrombo plastin-like activity” dan “factor X activiting” yang mengakibatkan aktifitas koagulasi meningkat. Proses keganasan juga menimbulkan menurunnya aktifitas fibriolitik dan infiltrasi ke dinding vena. Keadaan ini memudahkan terjadinya trombosis. Tindakan operasi terhadap penderita tumor ganas menimbulkan keadaan trombosis 2-3 kali lipat dibandingkan penderita biasa.
5.      Klasifikasi Trombosis Vena
Trombosis vena dangkal dapat menyebabkan ketidaknyamanan tetapi umumnya tidak menyebabkan konsekuensi serius, seperti trombosis vena dalam (DVT) bentuk yang dalam pembuluh darah dalam kaki atau di pembuluh darah panggul. Karena vena mengembalikan darah ke jantung , jika sepotong dari bekuan darah terbentuk di vena istirahat dari itu dapat diangkut ke sisi kanan jantung, dan dari sana ke dalam paru-paru . Sepotong thrombus yang diangkut dengan cara ini adalah emboli : proses pembentukan trombus yang menjadi emboli disebut tromboemboli . Sebuah emboli bahwa pondok-pondok di paru-paru adalah pulmonary embolism (PE). Sebuah pulmonary embolus adalah kondisi yang sangat serius yang dapat berakibat fatal jika tidak diakui dan diperlakukan segera. Tromboemboli vena (VTE) merujuk kepada kedua DVT dan PE. Embolisms sistemik asal vena dapat terjadi pada pasien dengan atrial atau defek septum ventrikel , melalui mana embolus dapat masuk ke dalam sistem arteri. Peristiwa semacam ini disebut sebagai emboli paradoks . Sebuah trombosis vena yang dihasilkan dari peradangan vena adalah thrombophlebitis , satu yang tidak adalah phlebothrombosis.
6.      Manifestasi Klinis
Manifestasi klinik trombosis vena dalam tidak selalu jelas, kelainan yang timbul tidak selalu dapat diramalkan secara tepat lokasi / tempat terjadinya thrombosis (smeltzer & Brenda).

-          Pembengkakan disertai rasa nyeri pada daerah yang bersangkutan, biasanya pada ekstremitas bawah. Rasa nyeri ini bertambah bila dipakai berjalan dan tidak berkurang dengan istirahat.
-          Kadang nyeri dapat timbul ketika tungkai dikeataskan atau ditekuk.
-          Daerah yang terkena berwarna kemerahan dan nyeri tekan
-          Dapat dijumpai demam dan takikardi walaupun tidak selalu
-          Perubahan warna kulit
Perubahan warna kulit tidak spesifik dan tidak banyak ditemukan pada trombosis vena dalam dibandingkan trombosis arteri. Pada trombosis vena perubahan warna kulit di temukan hanya 17%-20% kasus. Perubahan warna kulit bisa berubah pucat dan kadang-kadang berwarna ungu
7.      Patofisiologi
Penyebab utama trombosis Vena belum jelas, tetapi ada tiga kelompok factor pendukung yang dianggap berperan penting dalam pembentukannya yang dikenal sebagai TRIAS VIRCHOW.
Stasis aliran darah vena, terjadi bila aliran darah melambat, seperti pada gagal jantung atau syok; ketika vena berdilatasi, sebagai akibat terapi obat, dan bila kontraksi otot skeletal berkurang, seperti pada istirahat lama, paralysis ekstremitas atau anastesi. Hal-hal tersebut menghilangkan pengaruh dari pompa vena perifer, meningkatkan stagnasi dan    pengumpulan   darah   di         ekstremitas      bawah.
Cedera dinding pembuluh darah, diketahui dapat mengawali pembentukan thrombus. Penyebabnya adalah trauma langsung pada pembuluh darah, seperti fraktur dan cedera jaringan lunak, dan infuse intravena atau substansi yang mengiritasi, seperti kalium klorida     kemoterapi      atau     antibiotic         dosis    tinggi.
      Hiperkoagulabilitas darah, terjadi paling sering pada pasien dengan penghentian obat antikoagulan secara mendadak. Kontrasepsi oral dan sejumlah besar diskrasia.
Rangsangan    thrombosis       vena menaikan resistensi aliran vena dari ekstremitas bawah.
(Smeltzer & Brenda).
Pathway (terlampir)
8.      Pemeriksaan penunjang
a.       Venografi
Sampai saat ini venografi masih merupakan pemeriksaan standar untuk trombosis vena. Akan tetapi teknik pemeriksaanya relatif sulit, mahal dan bisa menimbulkan nyeri dan terbentuk trombosis baru sehingga tidak menyenangkan penderitanya. Prinsip pemeriksaan ini adalah menyuntikkan zat kontras ke dalam di daerah dorsum pedis dan akan kelihatan gambaran sistem vena di betis, paha, inguinal sampai ke proksimal ke v iliaca.
b.       Flestimografi impendans
Prinsip pemeriksaan ini adalah mengobservasi perubahan volume darah pada tungkai. Pemeriksaan ini lebih sensitif pada tombosis vena femrlis dan iliaca dibandingkan vena di betis.
c.       Ultra sonografi (USG) Doppler
Pada akhir abad ini, penggunaan USG berkembang dengan pesat, sehingga adanya trombosis vena dapat di deteksi dengan USG, terutama USG Doppler. Pemeriksaan ini memberikan hasil sensivity 60,6% dan spesifity 93,9%. Metode ini dilakukan terutama pada kasus-kasus trombosis vena yang berulang, yang sukar di deteksi dengan cara objektif lain.
(Smeltzer & Brenda).
d.      Tes D-Dimer pemeriksaan ini mengukur kadar D-Dimar dalam darah yang biasanya dikeluarkan ketika bekuan darah memecah.
e.       Venografi pemeriksaan ini merupakan suatu standar baku (gold standard) pada thrombosis vena. Pada pemeriksaan ini suatu pemindai akan dijenksikan ke dalam pembuluuh darah balik (vena), kemudian daerah terswebutakan dirontgen dengan sinar X. jika pada hasil foto terdapat area pada pembuluh darah balik yang tidak terwarnai dengan pemindai maka diagnosis thrombosis vena dapat ditegakkan.
f.       Elektrokardiografi
g.      CT-Scan dan MRI.
Dengan Ct-Scan dapat menunjukkan adanya trombosis vena dalam dan jaringan lunak sekitar tungkai yang membengkak. Sedangkan MRI sangat sensitif dan dapat mendiagnostik kecurigaan adanya trombosis pada vena iliaka atau vena cava inferior.
9.      Epidemiologi
Sangat sering dijumpai pada pasien medis dan bedah, menyerang sekitar 10-3-% dari seluruh pasien bedah umum yang berusia di atas 40 tahun dan menjalani operasi besar. Emboli paru (PE) sering menyebabkan kematian tiba-tiba pada pasien rumah sakit (0,5-3,0% pasien meninggal karena PE).
10.  Penatalaksanaan dan Pencegahan
Terapi ditujukan pada upaya menghentikan proses koagulasi darah, mencegah terjadinya emboli paru, dan pembentukan trombus baru, diberikan heparin intravena atau trombolitik selama beberapa hari, dan sediaan penghambat agregasi trombosit atau warfarin selama beberapa bulan. Jika terjadi emboli pelana, embolektomi a.pulmonalis merupakan operasi darurat yang harus segera dikerjakan. Operasi ini jarang memperlihatkan hasil langsung baik, karena diperlukan mesin pintas kardiopulmonal. Kadang perlu ditempatkan paying atau jala di vena kava inferior yang dipasang secara perkutan menembus lumen vena untuk menvegaha kambuhnya emboli paru. Pencegahan terjadinya tromboemboli vena terdiri dari pemberian antikoagulan kepada penderita risiko tinggi misalnya heparin subkutis dosis rendah.
Penanganan trombosis vena secara umum terbagi atas :
a.       Antikoagulan penanganan trombosis vena dalam tergantung atas lokasi trombus. Trombus pada vena tungkai dapat ditangani tanpa antikoagulan, khususnya jika trombus berkembang sebagai akibat kejadian yang tidak teridentifikasi seperti trauma atau pembedahan. Trombus vena dalam pada daerah proksimal tungkai harus ditangani dengan antikoagulan untuk mencegah penyebaran trombus dan emboli paru. Terapi dimulai dengan menggunakan heparin secara intravena, dengan tujuan mencapai APTT lebih dari dua kali waktu control.
b.      Terapitrombolitik
c.       Pembedahan
Pembedahan dilakukan bila : ada kontraindikasi terapi antikoagulan atau trombolitik, ada bahaya emboli paru yang jelas, dan aliran vena sangat terganggu yang dapat mengakibatkan kerusakan permanen pada ekstremitas.
d.      Bebat stoking pada pasien dengan trombosis vena dalam harus memakai bebat stoking dan rata-rata menurunkan angka kejadian terjadinya sindrom post trombotik. Pemakaian ini dianjurkan karena dapat meringankan rasa nyeri dan bengkak.
e.       Vitamin K antagonis seperti warfarin juga sering digunakan.
f.       Tidak mengkonsumsi alkohol.
g.      Penatalaksanaan Keperawatan. Tirah baring, peninggian ekstremitas yang terkena, analgesik untuk mengurangi nyeri adalah tambahan terapi. Biasanya diperlukan tirah baring 5 – 7 hari setelah terjadi thrombosis vena. Waktu ini kurang lebih sama dengan waktu yang diperlukan thrombus untuk melekat pada dinding vena, sehingga menghindari terjadinya emboli. Latihan ditempat tidur, seperti dorsofleksi kaki melawan papan kaki, juga dianjurkan. Kompres hangat dan lembab pada ekstremitas yang terkena thrombosis vena dapat mengurangi ketidaknyamanan sehubungan dengan. Analgesik ringan untuk mengontrol nyeri, sesuai resep akan menambah rasa nyaman.
11.  Komplikasi
-          Perdarahan
-          Kematian  
-          Emboli paru
-          Post trombolitik
12.  Prognosis
-          Semua pasien dengan trombosis vena dalam pada masa yang lama mempunyai resiko terjadinya insufisiensi vena kronik.
-          Kira-kira 20% pasien dengan DVT yang tidak ditangani dapat berkembang menjadi emboli paru, dan 10-20% dapat menyebabkan kematian. Dengan antikoagulan terapi angka kematian dapat menurun hingga 5 sampai 10 kali.
B.     Asuhan Keperawatan.
1.      Pengkajian
Pengkajian adalah langkah awal dan dasar dalam proses keperawatan secara menyeluruh (Boedihartono, 1994). Pengkajian pasien thrombosis vena (Marilynn E. Doenges, 1999) meliputi :
a.       Aktifitas / Istirahat
Gejala :    Tindakan yang memerlukan duduk atau berdiri lama, Imobilitas lama (contoh ; trauma orotpedik, tirah baring yang lama, paralysis, kondisi kecacatan) Nyeri karena aktifitas / berdiri lama, Lemah / kelemahan pada kaki yang sakit.
Tanda :    Kelemahan umum atau ekstremitas
b.      Sirkulasi
Gejala : Riwayat trombosis vena sebelumnya, adanya varises. Adanya factor pencetus lain , contoh : hipertensi (karena kehamilan), DM, penyakit katup jantung.
Tanda : Tachicardi, penurunan nadi perifer pada ekstremitas yang sakit. Varises dan atau pengerasan, gelembung / ikatan vena (thrombus). Warna kulit / suhu pada ekstremitas yang sakit ; pucat, dingin, oedema, kemerahan, hangat sepanjang vena.
Tanda: human positif.
c.       Makanan / Cairan
Tanda : Turgor kulit buruk, membran mukosa kering (dehidrasi, pencetus untuk hiperkoagulasi), Kegemukan (pencetus untuk statis dan tahanan vena pelvis), Oedema pada kaki yang sakit (tergantung lokasi).
d.      Nyeri / Kenyamanan
Gejala : Berdenut, nyeri tekan, makin nyeri bila berdiri atau bergerak
Tanda:  Melindungi ekstremitas kaki yang sakit.
e.       Keamanan
Gejala : Riwayat cedera langsung / tidak langsung pada ekstremitas atau vena (contoh : fraktur, bedah ortopedik, kelahiran dengan tekanan kepala bayi lama pada vena pelvic, terapi intra vena), Adanya keganasan (khususnya pancreas, paru, system GI).
Tanda:  Demam, menggigil
f.       Penyuluhan / Pembelajaran
Gejala : Penggunaan kontrasepsi / estrogen oral, adanya terapi antikoagulan (pencetus hiperkoagulasi), Kambuh atau kurang teratasinya episode tromboflebitik sebelumnya.
2.      Diagnosa Keperawatan
a.      Gangguan perfusi jaringan perifer b.d penurunan aliran darah / statis vena (obstruksi vena sebagian / penuh ), ditandai dengan : oedema jaringan, penurunan nadi perifer, pengisian kapiler, pucat, eritema
Hasil yang diharapkan :
1.      Menunjukkan perbaikan perfusi yang dibuktikan oleh adanya nadi perifer / sama, warna kulit dan suhu normal, tidak ada odema.
2.      Peningkatan perilaku / tindakan yang meningkatkan perfusi jaringan
3.      Menunjukkan peningkatan toleransi terhadap aktifitas
Intervensi Keperawatan :
a.       Kaji ekstremitas, palpasi tegangan jaringan local, regangan kulit
Rasional : distensi vena superficial dapat terjadi karena aliran balik vena dari percabangan.
b.      Kaji tanda  human
Rasional : tanda human positif tidak konsisten sebagai manifestasi klinik yang dapat ada atau tidak ada.
c.       Tinggikan kaki bila ditempat tidur atau duduk, secara periodic tinggikan kaki dan telapak kaki diatas tinggi jantung.
Rasional : menurunkan pembengkakan jaringan dan pengosongan cepat vena superficial dan tibial, mencegah distensi berlebihan dan sehingga meningkatkan aliran balik vena.
d.      Lakukan latihan aktif dan pasif sementara di tempat tidur. Bantu melakukan ambulasi secara bertahap.
Rasional : tindakan ini dilakukan untuk meningkatkan aliran balik vena dari ekstremitas yang lebih rendah dan menurunkan stasis vena, juga memperbaiki tonus otot umum/regangan.
e.       Peringatkan pasien untuk menghindari menyilang kaki atau hiperfleksi lutut (posisi duduk dengan kaki menggantung atau berbaring dengan posisi menyilang).
Rasional : pembatasan fisik terhadap sirkulasi mengganggu aliran darah dan meningkatkan stasis vena pada pelvis, popliteal, dan pembuluh kaki, jadi meningkatkan pembengkakan dan ketidaknyamanan.
f.       Anjurkan pasien untuk menghindari pijatan / urut pada ekstremitas yang sakit.
Rasional : aktivitas ini potensial memecahkan/menyebarkan thrombus. Menyebabkan embolisasi dan meningkatkan risiko komplikasi.
g.      Dorong latihan nafas dalam
Rasional : meningkatkan tekanan negatif pada toraks, yang membantu pengosongan vena besar.
h.      Tingkatkan pemasukan cairan sampai sedikitnya 2000 ml/hari dalam toleransi jantung.
Rasional : dehidrasi meningkatkan viskositas darah dan stasis vena. Pencetus pembentukan thrombus.
i.        Kolaborasi : pemberian kompres hangat/basah atau panas pada ekstremitas yang sakit ; dan antikoagulan.
Rasional : dapat diberikan untuk meningkatkan vasodilatasi dan aliran balik vena dan perbaikan edema local.
j.        Pantau pemeriksaan laboratorium : masa protrombin (PT), masa tromboplastin partial (PTT), masa tromboplastin teraktifasi partial (APTT),; darah lengkap.
Rasional : pantau terapi antikoagulan dan adanya faktor resiko, contoh hemokonsentrasi dan dehidrasi, yang potensial membentuk bekuan.
k.      Berikan dukungan kaus kaki elastik setelah fase akut, hati-hati untuk menghindari efek tornikuet.
Rasional : dukungan kaus kaki penekan yang tepat berguna (bila ambulasi telah dimulai) untuk meminimalkan atau memperlambat pembentukan sindrom pascaflebotik.
l.        Siapkan intervensi bedah bila diindikasikan.
Rasional : trombolektomi kadang-kadang perlu bila inflamasi meluas secara proksimal atau sirkulasi terbatas sekali.
b.      Nyeri b.d penurunan sirkulasi arteri dan oksigenasi jaringan dengan produksi / akumulasi asam laktat pada jaringan atau inflamasi, ditandai dengan ; pasien mengatakan nyeri, hati-hati pada kaki yang sakit, gelisah dan perilaku distraksi.
Hasil yang diharapkan :
Nyeri hilang / terkontrol, menunjukkan tindakan rileks, mampu tidur / istirahat dan meningkatkan aktifitas
Intervensi Keperawan :
a.       Kaji derajat nyeri, palpasi kaki dengan hati-hati.
Rasional : derajat nyeri secara langsung b.d luasnya kekurangan sirkulasi, proses inflamasi, derajat hipoksia, dan edema luas sehubungan dengan terbentuknya thrombus.
b.      Pertahankan tirah baring selama fase akut.
Rasional : menurunkan ketidaknyamanan sehubungan dengan kontraksi otot dan gerakan.
c.       Tinggikan ektremitas yang sakit.
Rasional : mendorong aliran balik vena untuk memudahkan sirkulasi, menurunkan pembentukan stasis/edema.
d.      Berikan ayunan kaki.
Rasional : ayunan mempertahankan tekanan baju tidur pada kaki yang sakit, sehingga menurunkan ketidaknyamanan tekanan.
e.       Dorong pasien untuk sering mengubah posisi.
Rasional : menurunkan/mencegah kelemahan otot, membantu meminimalkan spasme otot.
f.       Pantau tanda vital : catat peningkatan suhu.
Rasional : peninggian frekuensi jantung dapat menunjukan peningkatan nyeri/ketidaknyamanan atau terjadi respon terhadap demam dan proses inflamasi. Demam yang terjadi juga meningkatkan ketidaknyamanan pasien.
g.      Kolaborasi : analgesik, antipiretik, pemberian kompres panas pada ekstremitas.
Rasional : mengurangi nyeri dan menurunkan tegangan otot, menurunkan demam dan inflamasi, meningkatkan vasodilatasi yang meningkatkan sirkulasi, merileksasikan otot.
c.       Kurang pengetahuan tentang kondisi, program pengobatan b.d kurang terpajan, kesalan interpretasi, tidak mengenal sumber informasi, kurang mengingat , ditandai dengan : minta informasi, pernyataan kesalahan konsep, tidak tepat dalam mengikuti instruksi, terjadinya komplikasi yang dapat dicegah.
Hasil yang diharapkan :
1.      Menyatakan pemahaman proses penyakit, programpengobatan dan pembaasan
2.      Berpartisipasi dalam proses belajar
3.      Mengidentifikasi tanda dan gejala yang memerlukan evaluasi medis
4.      Melakukan prosedur dengan benar dan menjelaskan alsan tindakan
Intervensi Keperawatan :
a.       Kaji ulang patofisiologi kondisi dan tanda/gejala, kemungkinan komplikasi.
Rasional : memberikan dasar pengetahuan dimana pasien dapat membuat pilihan berdasarkan informasi dan memahami informasi dan memahami/mengidentifikasi kebutuhan perawatan kesehatan.
b.      Jelaskan tujuan pembatasan aktifitas dan kebutuhan keseimbangan aktifitas / tidur.
Rasional : istirahat menurunkan kebutuhan oksigen dan nutrisi jaringan yang rusak dan menurunkan risiko pemecahan thrombus. Keseimbangan istirahat mencegah kelelahan dan gangguan lanjut perfusi seluler.
c.       Adakan latihan yang tepat.
Rasional : membantu dalam mengembangkan sirkulasi kolateral, meningkatkan aliran balik vena, dan mencegah kambuh.
d.      Selesaikan masalah factor pencetus yang mungkin ada, contoh : tindakan yang memerlukan berdiri /duduk lama, kegemukan, kontrasepsi oral, imobilisasi, dll.
Rasional : melibatkan pasien secara aktif dalam identifikasi dan melakukan perubahan pola hidup/perilaku untuk meningkatkan kesehatan dan mencegah kambuhnya kondisi/terjadinya komplikasi.
e.       Identifikasi pencegahan keamanan, contoh : penggunaan sikat gigi, pencukur jenggot, sarung tangan untuk berkebun, menghindari objek tajam.
Rasional : menurunkan resiko cedera traumatic, yang potensial perdarahan/pembentukan pembekuan.
f.       Kaji ulang kemungkinan interaksi obat dan tekankan perlunya membaca label kandungan obat yang mungkin obat tersebut dijual bebas.
Rasional : salisilat dan kelebihan alcohol menurunkan aktivitas protombin, juga vitamin K (multivitamin, pisang, sayuran hijau) meningkatkan aktivitas protombin.
g.      Identifikasi efek obat antikoagulan.
Rasional : deteksi dini kerusakan efek terapi (memanjangnya masa pembekuan) memungkinkan intervensi berkala dan dapat mencegah komplikasi serius.
h.      Tekankan pentingnya pemeriksaan lab.
Rasional : pemahaman bahwa pengawasan ketat terhadap terapi antikoagulan adalah perlu (rentang dosis terapeutik sempit dan komplikasi mungkin mematikan) meningkatkan partisipasi pasien.
i.        Dorong menggunakan kartu / gelang identifikasi.
Rasional : mewasdakan pemberi perawatan kesehatan untuk menggunakan antikoagulan.
j.        Anjurkan perawatan kulit ekstremitas bawah
Rasional : kongesti vena/sindrom pascaflebotik kronis dapat terjadi (khususnya pada adanya keterlibatan vaskuler berat dan/episode kambuh) potensial risiko stasis luka/infeksi.








Daftar Pustaka
1.      Doengoes. E, Marilynn. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Ed 3. EGC. Jakarta.
2.      Smeltzer & Brenda.
 

Blogger news

English French German Spain Italian Dutch

Russian Brazil Japanese Korean Arabic Chinese Simplified
Translate Widget by Google

Blogroll

Widget edited by super-bee

About