Carsinoma Laring
A. KONSEP
DASAR MEDIK
1. DEFINISI
- Kanker
merupakan massa jaringan abnormal tumbuh terus menerus, tidak pernah mati.
- Tumbuh
tidak terkoordinasi dengan jaringan lain, akibatnya merugikan tubuh dimana ia
tumbuh.
Kanker Laring adalah keganasan
pada pita suara, kotak suara (laring) atau daerah lainnya di tenggorokan.
Secara anatomi karsinoma
di bagi atas 3 bagian yaitu supra giotik, tumor pada puka ventrikularis,
aritenoid, epigiatis dan sinus periforanus. (Glatis : tumor pada korda vokalis,
subglotis : tumor dibawah koida vokalis).
2. ANATOMI
DAN FISIOLOGI
Laring membentuk
ektermitas dan trakea. Kerangka laring tersusun daribeberapa kartilago yang
berhubungan oleh otot ligamen-ligamen (gbr 23-4). Kerangka kartilago
melindungi pits suara dan mempertahankan suatu kekauan yang memungkinkan
terbukanya jalan nafas. Kartilago timid, Adam’s apple, merupakan bagian
kartilago terbesar pada laring dan melindungi strukturstruktur dalam.
3. ETIOLOGI
Kanker laring lebih
banyak ditemukan pada pria dan berhubungan dengan rokok serta pemakaian
alkohol, tepapar radioaktif
3. GEJALA
· Kanker laring biasanya
berasal dari pita suara, menyebabkan suara serak. Seseorang yang mengalami
serak selama lebih dari 2 minggu sebaiknya segera memeriksakan diri.
· Rasa tidak enak pada
tenggorokan seperti ada yang tersangkut.
· Kanker bagian laring
lainnya menyebabkan nyeri dan kesulitan menelan.
· Kadang sebuah benjolan di
leher yang merupakan penyebaran kanker ke kelenjar getah bening, muncul
terlebih dulu sebelum gejala lainnya timbul.
Gejala lainnya yang
mungkin terjadi adalah:
· Nyeri tenggorokan
· Nyeri leher
· Penurunan berat badan
· Batuk
· Batuk darah
· Bunyi pernafasan yang
abnormal. (strdor/ ngorok timbul saat tidur).
4. PATOFISIOLOGI
Karsinoma laring banyak
dijumpai pada usia lanjut diatas 40 tahun. Kebanyakan pada orang laki-laki.Hal
ini mungkin berkaitan dengan kebiasaan merokok, bekerja dengan debu serbuk
kayu, kimia toksik atau serbuk, logam berat. Bagaimana terjadinya belum
diketahui secara pasti oleh para ahli.Kanker kepala dan leher menyebabkan 5,5%
dari semua penyakit keganasan.Terutama neoplasma laringeal 95% adalah karsinoma
sel skuamosa.Bila kanker terbatas pada pita suara (intrinsik) menyebar dengan
lambat.Pita suara miskin akan pembuluh limfe sehingga tidak terjadi metastase
kearah kelenjar limfe.Bila kanker melibatkan epiglotis (ekstrinsik) metastase
lebih umum terjadi.Tumor supraglotis dan subglotis harus cukup besar, sebelum
mengenai pita suara sehingga mengakibatkan suara serak.Tumor pita suara yang
sejati terjadi lebih dini biasanya pada waktu pita suara masih dapat digerakan.
5. KLASIFIKASI
· TUMOR GANAS LARING
Ø Glotis
Tis Karsinoma insitu
T1 Tumor
mengenai satu atau dua sisi pita suara, tetapi gerakan pita suara masih baik,
atau tumor sudah terdapat pada komisura anterior atau posterior.
T2 Tumor
meluas ke daerah supraglotis atau subglotis, pita suara masih dapat bergerak
atau sudah terfiksir (impaired mobility).
T3 Tumor
meliputi laring dan pira suara sudah terfiksir.
T4 Tumor
sangat luas dengan kerusakan tulang rawan tiroid atau sudah keluar dari laring.
Ø Subglotis
Tis karsinoma insitu
T1 Tumor
terbatas pada daerah subglotis
T2 Tumor
sudah meluas ke pita, pita suara masih dapat bergerak atau sudah terfiksir.
T3 Tumor
sudah mengenai laring dan pita suara sudah terfiksir.
T4 Tumor
yang luas dengan destruksi tulang rawan atau perluasan ke luar laring atau
dua-duanya.
Ø Metastasis Jauh (M)
Mx Tidak
terdapat/ terdeteksi
M0 Tidak
ada metastasis jauh
M1 Terdapat
metastasis jauh.
STAGING
(= STADIUM)
ST1 T1 N0 M0
ST
II T2 N0 M0
STIII T3 N0 M0,
T1/T2/T3 N1 M0
STIV T4 N0/N1 M0
T1/T2/T3/T4 N2/N3
T1/T2/T3/T4 N1/N2/N3 M1
Ø Penanggulangan
Setelah
diagnosis dan stadium tumor ditegakkan, maka ditentukan tindakan yang akan
diambil sebagai penanggulangannya.
Ada 3 cara penaggulangan
yang lazim dilakukan, yakni pembedahan, radiasi, obat sitostatika ataupun
kombinasi daripadanya, tergantung pada stadium penyakit dan keadaan umum
pasien.
Sebagai patokan dapat
dikatakan stadium 1dikirim untuk dilakukan operasi, stadium 4 dilakukan operasi
dengan rekonstruksi, bila masih memungkinkan atau dikirim untuk mendapatkan
radiasi.
Jenis pembedahan
adalah laringgektomia totalis ataupun parsial, tergantung lokasi dan penjalaran
tumor, serta dilakukan juga diseksi leher radikal bila terdapat penjalaran ke
kelenjar limfa leher. Di bagian THT RSCM tersering dilakukan laringektomia
totalis, karena beberapa pertimbangan, sedangkan laringektomi parsial jarang
dilakukan, karena teknik sulit untuk menentukan batas tumor.
6. DIAGNOSTIC
STUDIES
Pemeriksaan laring dengan
kaca laring atau laringoskopi langsung dapat menunjukkan tumor dengan
jelas.Tempat yang sering timbul tumor dapat dilihat pada gambar.Sinar X
dada,scan tulang, untuk mengidentifikasi kemungkinan metastase. Darah lengkap,
dapat menyatakan anemi yang merupakan masalah umum. Laringografi dapat
dilakukan dengan kontras untuk pemeriksaan pembuluh darah dan pembuluh limfe.,
Kemudian laring diperiksa dengan anestesi umum dan dilakukan biopsi pada tumor.Gigi
yang berlubang, sebaiknya dicabut pada saat yang sama.
Laringektomi
diklasifikasikan kedalam :
a) Laringektomi
parsial. Tumor yang terbatas pada pengangkatan hanya satu pita suara dan
trakeotomi sementara yang di lakukan untuk mempertahankan jalan napas. Setelah
sembuh dari pembedahan suara pasien akan parau.
b) Hemilaringektomi
atau vertikal. Bila ada kemungkinan kanker termasuk pita suara satu benar dan
satu salah.Bagian ini diangkat sepanjang kartilago aritenoid dan setengah
kartilago tiroid.Trakeostomi sementara dilakukan dan suara pasien akan parau
setelah pembedahan.
c) Laringektomi
supraglotis atau horisontal. Bila tumor berada pada epiglotis atau pita suara
yang salah, dilakukan diseksi leher radikal dan trakeotomi. Suara pasien masih
utuh atau tetap normal.Karena epiglotis diangkat maka resiko aspirasi akibat
makanan peroral meningkat.
d) Laringektomi
total. Kanker tahap lanjut yang melibatkan sebagian besar laring, memerlukan
pengangkatan laring, tulang hihoid, kartilago krikoid,2-3 cincin trakea, dan
otot penghubung ke laring.Mengakibatkan kehilangan suara dan sebuah lubang (
stoma ) trakeostomi yang permanen. Dalam hal ini tidak ada bahaya aspirasi
makanan peroral, dikarenakan trakea tidak lagi berhubungan dengan saluran udara
– pencernaan.Suatu sayatan radikal telah dilakukan dileher pada jenis
laringektomi ini.Hal ini meliputi pengangkatan pembuluh limfatik, kelenjar
limfe di leher, otot sternokleidomastoideus, vena jugularis interna, saraf
spinal asesorius, kelenjar salifa submandibular dan sebagian kecil kelenjar
parotis (Sawyer, 1990).Operasi ini akan membuat penderita tidak dapat bersuara
atau berbicara. Tetapi kasus yang dermikian dapat diatasi dengan mengajarkan
pada mereka berbicara menggunakan esofagus (Esofageal speech), meskipun kualitasnya
tidak sebaik bila penderita berbicara dengan menggunakan organ laring.Untuk
latihan berbicara dengan esofagus perlu bantuan seorang binawicara.
7.PENCEGAHAN
· Kurangi atau hindari
rokok dan alkohol.
· Kurangi penggunaan pita
suara yang berlebihan contoh : Penyanyi
8. PENGOBATAN
Pengobatan tergantung
kepada lokasi kanker di dalam laring.
Kanker stadium awal diatasi dengan pembedahan atau terapi penyinaran.
Kanker stadium awal diatasi dengan pembedahan atau terapi penyinaran.
Jika menyerang pita
suara, lebih sering dilakukan terapi penyinaran karena bisa mempertahankan
suara yang normal.
Kanker stadium lanjut
biasanya diatasi dengan pembedahan, yang bisa meliputi pengangkatan seluruh
bagian laring (laringektomi total atau parsial), diikuti dengan terapi
penyinaran.
Pengangkatan seluruh pita
suara menyebabkan penderita tidak memiliki suara.
Suara yang baru dibuat dengan salah satu dari cara berikut:
Suara yang baru dibuat dengan salah satu dari cara berikut:
a) Esophageal
speech, penderita diajari untuk membawa udara ke dalam kerongkongan ketika
bernafas dan secara perlahan menghembuskannya untuk menghasilkan suara.
b) Fistula
trakeoesofageal, merupakan katup satu arah yang dimasukkan diantara trakea dan
kerongkongan. Katup ini mendorong udara ke dalam kerongkongan ketika penderita
bernafas, sehingga menghasilkan suara. Jika katup mengalami kelainan
fungsi, cairan dan makanan bisa secara tidak sengaja masuk ke dalam trakea.
c) Elektrolaring
adalah suatu alat yang bertindak sebagai sumber suara dan dipasang di leher.
Suara yang dihasilkan oleh ketiga cara tersebut dirubah menjadi percakapan
dengan menggunakan mulut, hidung, gigi, lidah dan bibir.
Suara yang dihasilkan lebih lemah dibandingkan suara normal.
Suara yang dihasilkan lebih lemah dibandingkan suara normal.
d) Penggunaan
Blom-Singer Voice : prosthesis dan kutub tracheostomy dengan alat ini pasien
yang mengalami laringoctomy total dapat berbicara normal.
B. KONSEP
DASAR KEPERAWATAN
Data Pre dan Postoperasi tergantung pada
tipe kusus atau lokasi proses kanker dan koplikasi yang ada.
1. PENGKAJIAN
POLA KESEHATAN
a) Kejian
persepsi kesehatan- pemeliharaan kesehatan
1) Kebiasaan
merokok
2) Lingkungan
tempat tinggal yang tidak sehat
3) Selalu
sering menggunakan pita suara atau terlalu sering bernyanyi.
b) Kaji
pola nutrisi metabolik
1) Sulit
menelan
2) Mudah
tersedak
3) Sakit
tenggorokan yang menetap.
c) Kaji
pola eliminasi
1) Tidak
bisa BAB dengan Normal
2) Sulit
BAK
d) Kaji
Pola aktivitas dan latihan
Tidak dapat mengeluarkan
suara yang normal pada saat sedang menyanyi
e) Kaji
pola tidur dan istirahat
1) Tidak
dapat tidur dengan nyenyak atau sulit tidur.
2) Sering
mengalami mimpi buruk
f) Kaji
pola persepsi kognitif
1) Tidak
dapat melakukan pekerjaan yang berhubungan dengan suara.
2) Tidak
ada nafsu makan, mual-mual, badan terasa lemah.
g) Kaji
pola peran dan hubungan sesama.
1) Tidak
ada masalah dengan alat kelamin
2) Tidak
ada penyimpangan seksualitas.
h) Kaji
pola reproduksi – seksualitas
1) Tidak
ada masalah dengan alat kelamin
2) Tidak
ada penyimpangan seksualitas.
i) Kaji
pola mekanisme koping dan toleransi terhadap stress
1) Perasaan
cemas dan bingung karena penyakitnya belum sembuh.
2) Perasaan
takut tidak bisa bersuara lagi/ bisu.
j) Kaji
pola persepsi dan pola diri
1) Perasaan
takut kehilangan suara.
2) Perasaan
malu/ menarik diri.
k) Kaji
pola sistem kepercayaan
1) Tidak
ada masalah dengan kepercayaan
2) Selalu
berdoa dan memintan kepada Tuhan agar penyakitnya dapat disembuhkan.
PREOPERASI
DP
1 Ansietas Berhubungan Dengan Kurang Pengetahuan Tentang Pra Dan
Pascaoperasi Dan Takut Akan Kecacatan.
Batasan Karakteristik :
Mengungkapkan keluhan khusus, merasa tidak mampu, meminta informasi,
mengungkapkan kurang mengertidan gelisah, menolak operasi.
Tujuan :
Cemas berkurang atau hilang.
Kriteria Hasil :
Mengungkapkan perasaan dan pikirannya secara terbuka, melaporkan berkurangnya
cemas dan takut, mengungkapkan mengerti tentang pre dan posoprasi.
Rencana Tindakan :
a) Jelaskan
apa yang terjadi selama periode praoperasi dan pascaoperasi.
R/
: Pengetahuan
tentang apa yang diperkirakan membantu mengurangi kecemasan dan meningkatkan
kerjasama pasien.
b) Jika
laringektomi total akan dilakukan, konsultasikan dulu dengan pasien dan dokter
untuk mendapatkan kunjungan dari anggota klub laringektomi.Atur waktu untuk
berdiskusi
R/ : Mengetahui
apa yang diharapkan dan melihat hasil yang sukses membantu menurunkan kecemasan
dan memungkinkan pasien berpikir realistik.
1) Izinkan
pasien untuk mengetahui keadaan pascaoperasi
R/ : Pengetahuan
tentang apa yang diharapkan dari intervensi bedah membantu menurunkan kecemasan
dan memungkinkan pasien untuk memikirkan tujuan yang realistik.
2) Jika
akan dilakukan laringektomi horizontal atau supraglotik laringektomi, ajarkan
pasien dan latih cara-cara menelan sebagai berikut:
Ketika makan duduk dan
tegak lurus ke depan dengan kepala fleksi.
R/ : Belajar
bagaimana beradaptasi dengan perubahan fisiologik dapat menjadikan frustrasi
dan menyebabkan ansietas.
DP
2 Menolak Operasi Berhubungan Dengan Kurang Pengetahuan Tentang Prosedur
Pre Dan Paskaoperasi, Kecemasan, Ketakutan Akan Kecacatan Dan Ancaman Kematian.
Karakteristik
data : kurang
kerjasama dan menolak untuk dioperasi, menanyakan informasi tentang persiapan
pre dan prosedur posoperasi.
Tujuan :
Klien akan bersedia dioperasi.
Kriteria
hasil : Mengungkapkan
perasaan dan pikirannya secara terbuka, mengatakan mengerti pre dan posoperasi,
mengatakan berkurangnya kecemasan, klien dioperasi.
Rencana
tindakan :
1. Kaji
faktor-faktor yang menyebabkan klien menolak untuk dioperasi.
2. Anjurkan
keluarga untuk memberikan suport seperti dukungan spiritual.
3. Direncanakan
tindakan sesuai diagnosa keperawatan no.1
POST OPERASI
1. Mempertahankan
jalan napas tetap terbuka, ventilasi adekuat.
2. Membantu
pasien dalam mengembangkan metode komunikasi alternatif.
3. Memperbaiki
atau mempertahankan integritas kulit.
4. Membuat
atau mempertahankan nutrisi adekuat
5. Memberikan
dukungan emosi untuk penerimaan gambaran diri yang terganggu.
6. Memberikan
informasi tentang proses penyakit atau prognosis dan pengobatan.
Tujuan Pemulangan
1. Ventilasi atau
oksigenasi adekuat untuk kebutuhan individu.
2. Komunikasi dengan
efektif.
3. Komplikasi tercegah atau
minimal
4. Memulai untuk
mengatasi gambaran diri.
5. Proses penyakit atau
prognosis dan program terapi dapat dipahami.
2. DIAGNOSA
KEPERAWATAN
POST OPERASI
DP I. Bersihan
jalan napas tidak efektif berhubungan dengan pengangkatan sebagian atau seluruh
glotis, gangguan kemampuan untuk bernapas, batuk dan menelan, serta sekresi
banyak dan kental.
Batasan karakteristik :
sulit bernapas, perubahan pada frekwensi atau kedalaman pernapasan,penggunaan
otot aksesori pernapasan, bunyi napas tidak normal,sianosis.
Tujuan :
Klien akan mempertahankan jalan napas tetap terbuka.
Kriteria
hasil : bunyi
napas bersih dan jelas, tidak sesak, tidak sianosis, frekwensi napas normal.
Rencana tindakan :
Mandiri
1) Awasi
frekwensi atau kedalaman pernapasan.Auskultasi bunyi napas.Selidiki
kegelisahan, dispnea, dan sianosis.
R/
: Perubahan pada pernapasan, adanya ronki,mengi,diduga adanya retensi
sekret.
2) Tinggikan
kepala 30-45 derajat.
R/
: Memudahkan drainase sekret, kerja pernapasan dan ekspansi paru.
3) Dorong
menelan bila pasien mampu.
R/
: mencegah pengumpulan sekret oral menurunkan resiko aspirasi. Catatan :
menelan terganggu bila epiglotis diangkat atau edema paskaoperasi bermakna dan
nyeri terjadi.
4) Dorong
batuk efektif dan napas dalam.
R/
: Memobilisasi sekret untuk membersihkan jalan napas dan membantu mencegah
komplikasi pernapasan.
5) Hisap
selang laringektomi atau trakeotomi, oral dan rongga nasal. Catat jumlah, warna
dan konsistensi sekret.
R/
: Mencegah sekresi menyumbat jalan napas, khususnya bila kemampuan menelan
terganggu dan pasien tidak dapat meniup lewat hidung.
6) Observasi
jaringan sekitar selang terhadap adanya perdarahan. Ubah posisi pasien untuk
memeriksa adanya pengumpulan darah dibelakang leher atau balutan posterior.
R/
: Sedikit jumlah perembesan mungkin terjadi. Namun perdarahan
terus-menerus atau timbulnya perdarahan tiba-tiba yang tidak terkontrol dan
menunjukkan sulit bernapas secara tiba-tiba.
7) Ganti
selang atau kanul sesuai indikasi.
R/
: Mencegah akumulasi sekret dan perlengketan mukosa tebal dari obstruksi
jalan napas.
Kolaborasi
8) Berikan
humidifikasi tambahan, contoh tekanan udara atau oksigen dan peningkatan
masukan cairan.
R/
: Fisiologi normal ( hidung) berarti menyaring atau melembabkan udara yang
lewat.
9) Awasi
seri GDA atau nadi oksimetri, foto dada.
R/
: Pengumpulan sekret atau adanya ateletaksis dapat menimbulkan pneumonia
yang memerlukan tindakan terapi lebih agresif.
DP. II. Kerusakan
komunikasi verbal berhubungan dengan defisit anatomi (pengangkatan batang
suara) dan hambatan fisik (selang trakeostomi).
Karakteristik
data : Ketidakmampuan
berbicara, perubahan pada karakteristik suara.
Tujuan
: Komunikasi
klien akan efektif .
Kriteria
hasil : Mengidentifikasi
atau merencanakan pilihan metode berbicara yang tepat setelah sembuh.
Rencana
tindakan :
Mandiri
1) Kaji
atau diskusikan praoperasi mengapa bicara dan bernapas terganggu, gunakan
gambaran anatomik atau model untuk membantu penjelasan.
R/
: untuk mengurangi rasa takut pada klien.
2) Tentukan
apakah pasien mempunyai gangguan komunikasi lain seperti pendengaran dan
penglihatan.
R/
: adanya masalah lain mempengaruhi rencana untuk pilihan komunikasi.
3) Berikan
pilihan cara komunikasi yang tepat bagi kebutuhan pasien misalnya papan dan
pensil, papan alfabet atau gambar, dan bahasa isyarat.
R/
: Memungkingkan pasien untuk menyatakan kebutuhan atau masalah.
4) Berikan
waktu yang cukup untuk komunikasi.
R/
: Kehilangan bicara dan stres menganggu komunikasi dan menyebabkan
frustrasi dan hambatan ekspresi.
5) Berikan
komunikasi non verbal, contoh sentuhan dan gerak fisik.
R/
: Mengkomunikasikan masalah dan memenuhi kebutuhan kontak dengan orang
lain.
6) Dorong
komunikasi terus-menerus dengan dunia luar contoh koran,TV, radio dan kalender.
R/
: Mmempertahankan kontak dengan pola hidup normal dan melanjutkan
komunikasi dengan cara lain.
7) Beritahu
kehilangan bicara sementara setelah laringektomi sebagian dan atau tergantung
pada tersedianya alat bantu suara.
R/
: Memberikan dorongan dan harapan untuk masa depan dengan memikirkan pilihan
arti komunikasi dan bicara tersedia mungkin.
8) Ingatkan
pasien untuk tidak bersuara sampai dokter memberi izin.
R/
: Meningkatkan penyembuhan pita suara dan membatasi potensi disfungsi pita
permanen.
9) Atur
pertemuan dengan orang lain yang mempunyai pengalaman prosedur ini dengan
tepat.
R/
: Memberikan model peran, meningkatkan motivasi untuk pemecahan masalah
dan mempelajari cara baru untuk berkomunikasi.
Kolaborasi
10) Konsul
dengan anggota tim kesehatan yang tepat atau terapis atau agen rehabilitasi,
selama rehabilitasi dasar dirumah sakit sesuai sumber komunikasi.
R/
: Kemampuan untuk menggunakan pilihan suara dan metode bicara (contoh
bicara esofageal) sangat bervariasi, tergantung pada luasnya prosedur
pembedahan, usia pasien, dan motivasi untuk kembali ke hidup aktif.
DP III. Kerusakan
integritas kulit atau jaringan berhubungan dengan bedah pengangkatan, radiasi
atau agen kemoterapi, gangguan sirkulasi atau suplai darah,pembentukan udema
dan pengumpulan atau drainase sekret terus-menerus.
Karakteristik data : kerusakan
permukaan kulit atau jaringan, kerusakan lapisan kulit atau jaringan.
Tujuan : Menunjukkan
waktu penyembuhan yang tepat tanpa komplikasi.
Kriteria hasil : integritas
jaringan dan kulit sembuh tanpa komplikasi.
Rencana tindakan :
1) Kaji
warna kulit, suhu dan pengisian kapiler pada area operasi dan tandur kulit.
R/
: Kulit harus berwarna merah muda atau mirip dengan warna kulit
sekitarnya. Sianosis dan pengisian lambat dapat menunjukkan kongesti vena, yang
dapat menimbulkan iskemia atau nekrosis jaringan.
2) Pertahankan
kepala tempat tidur 30-45 derajat.
R/
: Meminimalkan kongesti jaringan paskaoperasi dan edema sehubungan dengan
eksisi saluran limfe.
3) Lindungi
lembaran kulit dan jahitan dari tegangan atau tekanan. Berkan bantal atau
gulungan dan anjurkan pasien untuk menyokong kepala atau leher selama
aktivitas.
R/
: Tekanan dari selang dan plester trakeostomi atau tegangan pada jahitan
dapat menggangu sirkulasi atau menyebabkan cedera jaringan.
4) Awasi
drainase berdarah dari sisi operasi, jahitan dan drein.Rasional drainase
berdarah biasanya tetap sedikit setelah 24 jam pertama.Perdarahan terus-menerus
menunjukkan masalah yang memerlukan perhatian medik.
5) Catat
atau laporkan adanya drainase seperti susu.
R/
: Drainase seperti susu menunjukkan kebocoran duktus limfe torakal (dapat
menyebabkan kekurangan cairan tubuh dan elektrolit).
6) Ganti
balutan sesuai indikasi bila digunakan.
R/
: Balutan basah meningkatkan resiko kerusakan jaringan atau infeksi..
7) Bersihkan
insisi dengan cairan garam faal steril dan peroksida (campuran 1 : 1) setelah
balutan diangkat.
R/
: Mencegah pembetukan kerak , yang dapat menjebak drainase purulen,
merusak tepi kulit, dan meningkatkan ukuran luka.Peroksida tidak banyak
digunakan karena dapat membakar tepi dan menggangu penyembuhan.
8) Bersihkan
sekitar stoma dan selang bila dipasang serta hindari sabun dan alkohol.
R/
: Mempertahankan area bersih meningkatkan penyembuhan dan kenyamanan.
Sabun dan agen kering lainnya dapat menimbulkan iritasi stoma dan kemungkinan
inflamasi.Bahan lain selain kain dapat meninggalkan serat pada stoma yang dapat
mengiritasi atau terhisap ke paru.
Kolaborasi
9) Berikan
antibiotik oral, topikal dan IV sesuai indikasi.
R/
: Mencegah atau mengontrol infeksi.
DP IV. Perubahan
membran mukosa oral berhubungan dengan dehidrasi, kebersihan oral tidak
adekuat, kanker oral, penurunan produksi saliva sekunder terhadap radiasi atau
prosedur pembedahan dan defisit nutrisi.
Karakteristik
data : Xerostomia
( mulut kering ), ketidaknyamanan mulut, saliva kental atau banyak,
penurunan produksi saliva, lidah kering,pecah dan kotor,bibir inflamasi, tidak
ada gigi.
Tujuan
: Menunjukkan
membran mukosa oral baik atau integritas membran mukosa baik.
Kriteria
Hasil : Mulut lembab atau tidak kering, mulut terasa segar, lidah
normal, bersih dan tidak pecah, tidak ada tanda inflamasi pada bibir.
Rencana
tindakan :
Mandiri
1) Inspeksi
rongga oral dan perhatikan perubahan pada saliva.
R/
: Kerusakan pada kelenjar saliva dapat menurunkan produksi saliva,
mengakibatkan mulut kering.
2) Perhatikan
perubahan pada lidah, bibir, geligi dan gusi serta membran mukosa.
R/
: Pembedahan meliputi reseksi parsial dari lidah, platum lunak, dan
faring.
3) Hisapan
rongga oral secara perlahan atau sering.
R/
: Saliva mengandung enzim pencernaan yang mungkin bersifat erosif pada
jaringan yang terpajan.
4) Tunjukkan
pasien bagaimana menyikat bagian dalam mulut, platum, lidah dan geligi dengan
sering.
R/
: Menurunkan bakteri dan resiko infeksi, meningkatkan penyembuhan jaringan dan
kenyamanan.
5) Berikan
pelumas pada bibir; berikan irigasi oral sesuai indikasi.
R/ : mengatasi efek
kekeringan dari tindakan terapeutik; menghilangkan sifat erosif dari sekresi.
DP V.
Nyeri akut berhubungan dengan insisi bedah, pembengkakan jaringan, adanya
selang nasogastrik atau orogastrik.
Karakteristik
data : Ketidaknyamanan
pada area bedah atau nyeri karena menelan, nyeri wajah, perilaku distraksi,
gelisah, perilaku berhati-hati.
Tujuan
: Nyeri
klien akan berkurang atau hilang.
Kriteria
hasil : Klien
mengatakan nyeri hilang, tidak gelisah, rileks dan ekpresi wajah ceria.
Rencana
tindakan :
1) Sokong
kepala dan leher dengan bantal.
R/
: Kelemahan otot diakibatkan oleh reseksi otot dan saraf pada struktur
leher dan atau bahu.
2) Dorong
pasien untuk mengeluarkan saliva atau penghisap mulut dengan hati-hati bila
tidak mampu menelan.
R/
: Menelan menyebabkan aktivitas otot yang dapat menimbulkan nyeri karena edema
atau regangan jahitan.
3) Selidiki
perubahan karakteristik nyeri, periksa mulut, jahitan tenggorok untuk trauma
baru.
R/
: Dapat menunjukkan terjadinya komplikasi yang memerlukan evaluasi lanjut atau
intervensi.
4) Catat
indikator non verbal dan respon automatik terhadap nyeri. Evaluasi efek
analgesik.
R/
: Alat menentukan adanya nyeri dan keefektifan obat.
5) Anjurkan
penggunaan perilaku manajemen stres, contoh teknik relaksasi, bimbingan
imajinasi. Rasional meningkatkan rasa sehat,dapat menurunkan
kebutuhan analgesik dan meningkatkan penyembuhan.
6) Kolaborasi
dengan pemberian analgesik, contoh codein, ASA, dan Darvon sesuai indikasi.
Rasional derajat nyeri sehubungan dengan luas dan dampak psikologi pembedahan
sesuai dengan kondisi tubuh.Diharapkan dapat menurunkan atau menghilangkan
nyeri.
DP
VI. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
gangguan jenis masukan makanan sementara atau permanen, gangguan mekanisme
umpan balik keinginan makan, rasa, dan bau karena perubahan pembedahan atau
struktur, radiasi atau kemoterapi.
Karakteristik
data : Tidak
adekuatnya masukan makanan,ketidakmampuan mencerna makanan, menolak makan,
kurang tertarik pada makanan,laporan gangguan sensasi pengecap, penurunan berat
badan, kelemahan otot yang diperlukan untuk menelan atau mengunyah.
Tujuan
: Klien
akan mempertahankan kebutuhan nutrisi yang adekuat.
Kriteria
hasil : Membuat
pilihan diit untuk memenuhi kebutuhan nutrisi dalam situasi individu,
menunjukkan peningkatan BB dan penyembuhan jaringan atau insisi sesuai
waktunya.
Rencana
tindakan :
1) Auskultasi
bunyi usus.
R/
: Makan dimulai hanya setelah bunyi usus membik setelah operasi.
2) Pertahankan
selang makan, contoh periksa letak selang : dengan mendorongkan air hangat
sesuai indikasi.
R/
: Selang dimasukan pada pembedahan dan biasanya dijahit.Dorongan
air untuk mempertahankan kepatenan selang.
3) Ajarkan
pasien atau orang terdekat teknik makan sendiri, contoh ujung spuit, kantong
dan metode corong, menghancurkan makanan bila pasien akan pulang dengan selang
makanan.
R/
: Membantu meningkatkan keberhasilan nutrisi dan mempertahankan martabat
orang dewasa yang saat ini terpaksa tergantung pada orang lain.
4) Mulai
dengan makanan kecil dan tingkatkan sesuai dengan toleransi. Catat tanda
kepenuhan gaster, regurgitasi dan diare.
R/
: Kandungan makanan dapat mengakibatkab ketidaktoleransian GI, memerlukan
perubahan pada kecepatan atau tipe formula.
5) Berikan
diet nutrisi seimbang (misalnya semikental atau makanan halus) atau makanan
selang sesuai indikasi.
R/
: Macam-macam jenis makanan dapat dibuat untuk tambahan atau batasan
faktor tertentu, seperti lemak dan gula atau memberikan makanan yang disediakan
pasien.
DP VII. Gangguan
citra diri berhubungan dengan kehilangan suara, perubahan anatomi wajah dan
leher.
Karakteristik
data : perasaan
negatif tentang citra diri, perubahan dalam keterlibatan sosial, ansietas,
depresi, kurang kontak mata.
Tujuan
: Mengidentifikasi
perasaan dan metode koping untuk persepsi negatif pada diri sendiri.
Kriteria
hasil : Menunjukkan
adaptasi awal terhadap perubahan tubuh sebagai bukti dengan partisipasi
aktivitas perawatan diri dan interaksi positip dengan orang lain.Berkomunikasi
dengan orang terdekat tentang perubahan peran yang telah terjadi.Mulai
mengembangkan rencana untuk perubahan pola hidup. Berpartisipasi dalam tim
sebagai upaya melaksanakan rehabilitasi.
Rencana
tindakan :
1) Diskusikan
arti kehilangan atau perubahan dengan pasien, identifikasi persepsi situasi
atau harapan yang akan datang.
R/
: Alat dalam mengidentifikasi atau mengartikan masalah untuk memfokuskan
perhatian dan intervensi secara konstruktif.
2) Catat
bahasa tubuh non verbal, perilaku negatif atau bicara sendiri. Kaji pengrusakan
diri atau perilaku bunuh diri.
R/
: Dapat menunjukkan depresi atau keputusasaan, kebutuhan untuk pengkajian
lanjut atau intervensi lebih intensif.
3) Catat
reaksi emosi, contoh kehilangan, depresi, marah.
R/
: Pasien dapat mengalami depresi cepat setelah pembedahan atau reaksi syok
dan menyangkal.
4) Susun
batasan pada perilaku maladaptif, bantu pasien untuk mengidentifikasi perilaku
positip yang akan membaik.
R/
: Penolakan dapat mengakibatkan penurunan harga diri dan mempengaruhi
penerimaan gambaran diri yang baru.
5) Kolaboratif
dengan merujuk pasien atau orang terdekat ke sumber pendukung, contoh ahli
terapi psikologis, pekerja sosial, konseling keluarga.
R/
: Pendekatan menyeluruh diperlukan untuk membantu pasien menghadapi
rehabilitasi dan kesehatan. Keluarga memerlukan bantuan dalam pemahaman proses yang pasien
lalui dan membantu mereka dalam emosi mereka.
DOWNLOAD DISINI
ATAU
0 komentar :
Posting Komentar