BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Seluruh bidang pelayanan
kesehatan sedang berubah, dan tidak satu pun perubahan yang berjalan lebih
cepat dibandingkan yang terjadi di bidang perawatan. Dalam perawatan, perawat
memberikan bantuan langsung kepada individu, keluarga, kelompok, dan masyarkat
karena adanya kelemahan fisik, mental,
dan keterbatasan pengetahuan serta kurangnya kemampuan melaksanakan
kegiatan sehari-hari secara mandiri. Hal ini memberikan suatu tantangan yang
sangat menyenangkan dan nyata bagi perawat.
Dalam paradigma sehat
dirumuskan visi Indonesia Sehat 2015 yang berbunyi “Gambaran nyata masyarakat
Indonesia pada masa yang akan datang yang penduduknya hidup dalam lingkungan
dan perilaku sehat, mampu memperoleh pelayananan kesehatan yang bermutu secara
adil dan merata serta memiliki derajat
kesehatan yang setinggi-tingginya”. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa kesehatan pada dasarnya merupakan
masalah yang sangat penting dan paling berharga bagi kehidupan manusia
khususnya dalam peningkatan kualitas sumber daya manusia sehingga tujuan
pembangunan nasional untuk menuju masyarakat adil dan makmur tercapai dan juga
kesehatan bukannya suatu yang konsumtif, melainkan suatu investasi, karena
kesehatan menjamin adanya SDM yang berproduktif secara sosial dan ekonomi.
Dalam keperawatan digunakan proses keperawatan yang merupakan suatu proses
pemecahan masalah yang dianamis dalam usaha memperbaiki atau memelihara klien
sampai ketaraf optimum melalui suatu pendekatan yang sistematis untuk mengenal
dan membantu memenuhi kebutuhan dasar klien, untuk membantu mengembangkan
potensi klien dalam memelihara kesehatannya sehingga tidak selalu bergantung
kepada orang lain. Psoriasis dilaporkan terdapat pada 2 sampai 5 juta orang
Amerika. Penyakit ini tampak sebagai plak tebal eritematosa dan papula-papula
yang tertutup oleh sisik putih seperti perak. Plak ini biasanya terdapat di
daerah lutut, siku dan kulit kepala. Tetapi erupsi kulit ini dapat menyerang
bagian tubuh manapun kecuali selaput lendir. Kuku sering tampak tebal dan
kekuning-kuningan, timbul lekukan multipel dan terpisah dari jaringan dasar
kuku. Penyakit kulit ini dapat juga disertai artritis dan secara klasik
menyerang sendi interfalang distal. Pada pasien ini tidak ditemukan faktor reumatoid.
Artritis tidak selalu berkaitan dengan beratnya psoriasis.
B . Tujuan Penulisan
1.
Tujuan Umum
Untuk mendapatkan gambaran
nyata tentang Asuhan Keperawatan pada pasien Psoriasis.
2.
Tujuan khusus
a.
Mengetahui pengertian.
Penyebab, Perjalanan penyakit dan
Penatalaksanaan pada
pasien dengan penyakit psioriasis
b.
Mengetahui apa yang seharusnya
dikaji pada pasien psioriasis
c.
Mendapatkan gambaran dan
mengetahui Diagnosa keperawatan yang diangkat pada pasien psioriasis.
d.
Mengetahui Rencana Asuhan
Keperawatan pada pasien Psioriasis.
BAB II
KONSEP
DASAR MEDIS
A.
Definisi
Psoriasis
merupakan penyakit inflamasi noninfeksius yang kronik pada kulit di mana
produksi sel-sel epidermis terjadi dengan kecepatan kurang –lebih enam hingga
Sembilan kali lebih besar dari pada kecepatan yang normal.Sel – sel yang baru
terbentuk bergerak lebih cepat kepermukaan kulit sehingga tampak sebagai sisik
atau flak jaringan epidermis yang profus.Sel epidermis yang mengalami psoriasis
dapat berjalan dari lapisan sel basal epidermis ke stratum korneum (permukaan
dan melepaskan diri dalam waktu 3 hingga 4 hari sehingga sangat berbeda waktu
26 hingga 28 hari yang normal.Sebagai akibat dari peningkatan jumlah sel basal
dan pergerakan sel yang cepat , kejadian maturasi dan pertumbuhan sel yang
normal tidak dapat berlangsung.Proses yang abnormal inin tidak memungkinkan
terbentuknya lapisan proktektif kulit yang normal.
Ø Psoriasis merupakan penyakit kronik yang dapat terjadi pada setiap usia
.
Perjalanan
alamiah penyakit ini sangat berfluktuasi.Misalnya , sinar matahari , istirahat
dan musim panas biasanya baik untuk pasien psoriasis. Psoriasis merupakan
penyakit yang diturunkan , meskipun cara penurunan penyakit ini belum
dimengerti sepenuhnya .
Ø Psoriasis merupakan penyakit radang
kulit kronik dan rekuren / kambuhan, ditandai dengan adanya bercak-bercak
kemerahan dengan sisik putih yang kasar dan tebal.
(httt//www.sinarharapan.co.id)
Ø Psoriasis adalah penyakit inflamasi
non infeksius yang kronik pada kulit dimana produksi sel-sel epidermis terjadi
dengan kecepatan 6-9 x lebih besar daripada kecepatan sel normal.
(Smeltzer, Suzanne, hal 1875)
Ø
Psoriasis adalah sejenis penyakit kulit kronis yang tidak menular, sering kambuh,
yang disebabkan oleh proses autoimun dan kadang-kadang dapat diturunkan.
Ø
Psoriasis adalah sejenis penyakit kulit yang penderitanya mengalami proses
pergantian kulit yang terlalu cepat.
Biasanya bentuk kulit bersisik. Kemunculan penyakit ini terkadang untuk jangka
waktu lama atau timbul/hilang, penyakit ini secara klinis sifatnya tidak
mengancam jiwa dan tidak menular tetapi karena timbulnya dapat terjadi pada
bagian tubuh mana saja sehingga dapat menurunkan kualitas hidup serta
mengganggu kekuatan mental seseorang bila tidak dirawat dengan baik.
B. Etiologi
Penyebab psoriasis sampai saat ini belum
diketahui. Diduga penyakit ini diwariskan secara poligenik. Walaupun sebagian
besar penderita psoriasis timbul secara spontan, namun pada beberapa penderita
dijumpai adanya faktor pencetus antara lain:
1. Trauma
Psoriasis pertama kali timbul pada
tempat-tempat yang terkena trauma, garukan, luka bekas operasi, bekas
vaksinasi, dan sebagainya. Kemungkinan hal ini merupakan mekanisme fenomena
Koebner. Khas pada psoriasis timbul setelah 7-14 hari terjadinya trauma.
2. Infeksi
Pada anak-anak terutama infeksi
Streptokokus hemolitikus sering menyebabkan psoriasis gutata. Psoriasis juga
timbul setelah infeksi kuman lain dan infeksi virus tertentu, namun menghilang
setelah infeksinya sembuh.
3. Iklim
Beberapa kasus cenderung menyembuh
pada musim panas, sedangkan pada musim penghujan akan kambuh.
4. Faktor endokrin
Insiden tertinggi pada masa pubertas
dan menopause. Psoriasis cenderung membaik selama kehamilan dan kambuh serta
resisten terhadap pengobatan setelah melahirkan. Kadang-kadang psoriasis
pustulosa generalisata timbul pada waktu hamil dan setelah pengobatan
progesteron dosis tinggi.
5. Sinar matahari
Walaupun umumnya sinar matahari
bermanfaat bagi penderita psoriasis namun pada beberapa penderita sinar
matahari yang kuat dapat merangsang timbulnya psoriasis. Pengobatan fotokimia
mempunyai efek yang serupa pada beberapa penderita.
6. Metabolik
Hipokalsemia
dapat menimbulkan psoriasis.
7. Obat-obatan
·
Antimalaria seperti mepakrin dan klorokuin kadang-kadang dapat memperberat
psoriasis, bahkan dapat menyebabkan eritrodermia.
·
Pengobatan dengan kortikosteroid topikal atau sistemik dosis tinggi dapat
menimbulkan efek “withdrawal”.
·
Lithium yang dipakai pada pengobatan penderita mania dan depresi telah
diakui sebagai pencetus psoriasis.
·
Alkohol dalam jumlah besar diduga dapat memperburuk psoriasis.
·
Hipersensitivitas terhadap nistatin, yodium, salisilat dan progesteron
dapat menimbulkan psoriasis pustulosa generalisata.
Berdasarkan
penelitian para dokter, ada beberapa hal yang diperkirakan dapat memicu
timbulnya Psoriasis, antara lain adalah :
·
Garukan/gesekan dan tekanan yang berulang-ulang , misalnya pada saat gatal
digaruk terlalu kuat atau penekanan anggota tubuh terlalu sering pada saat
beraktivitas. Bila Psoriasis sudah muncul dan kemudian digaruk/dikorek, maka
akan mengakibatkan kulit bertambah tebal.
·
Obat telan tertentu antara lain obat anti hipertensi dan antibiotik.
·
Mengoleskan obat terlalu keras bagi kulit.
·
Emosi tak terkendali.
·
Makanan berkalori sangat tinggi sehingga badan terasa panas dan kulit
menjadi merah , misalnya mengandung alcohol.
Tempat-tempat
tertentu pada tubuh cenderung terkena
kelainan ini; tempat-tempat tersebut mencakup kulit kepala, daerah disekitar
siku serta lutut, punggung bagian bawah dan genetalia. Psoriasis juga dapat
ditemukan pada permukaan ekstensor lengan dan tungkai, daerah disekitar sakrum,
serta lipatan intergluteal. Distribusi simetri dilateral merupakan cirihas
psoriasis. Pada kurang lebih seperempat hingga separuh dari pasien-pasien,
kelainan tersebut mengenai kuku yang menyebabkan terjadinya piting, perubahan
pada kuku serta pemngumpulan pada ujung bebas dan pemisahan lempeng kuku. kalau psoriasis terjadi pada telapak
kaki dan tangan, keadaan ini bisa menimbulkan lesi pustule.
C.
Patofisiologi
Patogenesis terjadinya psoriasis, diperkirakan karena:
1. Terjadi peningkatan “turnover”
epidermis atau kecepatan pembentukannya dimana pada
kulit normal memerlukan waktu 26-28
hari, pada psoriasis hanya 3-4 hari sehingga
gambaran klinik tampak adanya skuama dimana hiperkeratotik. Disamping itu pematangan sel-sel epidermis tidak
sempurna.
2. Adanya faktor keturunan ditandai
dengan perjalanan penyakit yang kronik dimana terdapat penyembuhan dan
kekambuhan spontan serta predileksi lesinya pada tempat-tempat tertentu.
3. Perubahan-perubahan biokimia yang
terjadi pada psoriasis meliputi:
a) Peningkatan replikasi DNA.
b) Berubahnya kadar siklik nukleotida.
c) Kelainan prostaglandin dan
prekursornya.
d) Berubahnya metabolisme karbohidrat.
Normalnya sel
kulit akan matur pada 28-30 hari dan kemudian terlepas dari permukaan kulit.
Pada penderita psoriasis, sel kulit akan matur dan menuju permukaan kulit pada
3-4 hari, sehingga akan menonjol dan menimbulkan bentukan peninggian kumpulan
plak berwarna kemerahan. Warna kemerahan tersebut berasal dari peningkatan
suplai darah untuk nutrisi bagi sel kulit yang bersangkutan. Bentukan berwarna
putih seperti tetesan lilin (atau sisik putih) merupakan campuran sel kulit
yang mati. Bila dilakukan kerokan pada permukaan psoriasis, maka akan timbul
gejala koebner phenomenon. Terdapat banyak tipe dari psoriasis, misalnya
plaque, guttate, pustular, inverse, dan erythrodermic psoriasis. Umumnya
psoriasis akan timbul pada kulit kepala, siku bagian luar, lutut, maupun daerah
penekanan lainnya. Tetapi psoriasis dapat pula berkembang di daerah lain,
termasuk pada kuku, telapak tangan, genitalia, wajah, dll.
Pemeriksaan
histopatologi pada biopsi kulit penderita psoriasis menunjukkan adanya
penebalan epidermis dan stratum korneum dan pelebaran pembuluh-pembuluh darah
dermis bagian atas. Jumlah sel-sel basal yang bermitosis jelas meningkat.
Sel-sel yang membelah dengan cepat itu bergerak dengan cepat ke bagian
permukaan epidermis yang menebal. Proliferasi dan migrasi sel-sel epidermis
yang cepat ini menyebabkan epidermis menjadi tebal dan diliputi keratin yang
tebal (sisik yang berwarna seperti perak). Peningkatan kecepatan mitosis
sel-sel epidermis ini agaknya antara lain disebabkan oleh kadar nukleotida
siklik yang abnormal, terutama adenosin monofosfat (AMP) siklik dan guanosin
monofosfat (GMP) sikli. Prostaglandin dan poliamin juga abnormal pada penyakit
ini. Peranan setiap kelainan tersebut dalam mempengaruhi pembentukan plak
psoriatik belum dapat dimengerti secara jelas
D.
Manifestasi klinis
Ileguler
yang lebar. Psoriasis dapat menimbulkan permasalahan mulai dari kosmetikaa Lesi
muncul sebagai bercak-bercak merah menonjol pada kulit yang ditutupi oleh sisik
berwarna perak. Bercak-bercak bersisik tersebut karena penumpukan kulit yang
hidup dan mati akibat peningkatankecepatan pertumbuhan serta pergantian sel-sel
kulit yang sangat besar. Jika sisisk tersebut dikerok maka terlihat dasar
lesiyang berwarnaa merah gelap dengan titik-titik perdarahan. Bercak=bercak ini
tidak basah dan bisa terasa gatal atau tidak gatal.
tetap
berukuran kecil sehingga terbentuk psoriasis gutata. Biasanya lesi melebar
secara perlahan-lahan, tetapi setelah beberapa bulan kemudian, lesi-lesi
tersebut akan menyatu sehingga terbentuk bercak yang mengganggu hingga keadaan
yang menimbulkan cacat dan ketidakmampuan fisik.
Tempat-tempat
tertentu pada tubuh cenderung terkena
kelainan ini; tempat-tempat tersebut mencakup kulit kepala, daerah disekitar
siku serta lutut, punggung bagian bawah dan genetalia. Psoriasis juga dapat
ditemukan pada permukaan ekstensor lengan dan tungkai, daerah disekitar sakrum,
serta lipatan intergluteal. Distribusi simetri dilateral merupakan cirihas psoriasis.
Pada kurang lebih seperempat hingga separuh dari pasien-pasien, kelainan
tersebut mengenai kuku yang menyebabkan terjadinya piting, perubahan pada kuku
serta pemngumpulan pada ujung bebas dan pemisahan lempeng kuku. kalau psoriasis terjadi pada telapak
kaki dan tangan, keadaan ini bisa menimbulkan lesi pustule.
Gejala dari psoriasis antara lain:
·
Mengeluh gatal ringan
·
Bercak-bercak eritema yang meninggi, skuama diatasnya.
·
Terdapat fenomena tetesan lilin
·
Menyebabkan kelainan kuku
E.
Penatalaksanaan
Tujuan penatalaksanaan adalah untuk
memperlambat pergantian epidermis, meningkatkan resolusi lesi psoriatik dan
mengendalikan penyakit tersebut. Pendekatan terapeutik harus berupa pendekatan
yang dapat dipahami oleh pasien, pendekatan ini harus bisa diterima secara
kosmetik dan tidak mempengaruhi cara hidup pasien. Terapi psoriasis akan
melibatkan komitmen waktu dan upaya oleh pasien dan mungkin pula keluarganya.
Ada tiga terapi
yang standar: topikal, intralesi dan sistemik.
a) Terapi
topical
Preparat yang dioleskan secara
topikal digunakan untuk melambatkan aktivitas epidermis yang berlebihan tanpa
mempengaruhi jaringan lainnya. Obat-obatannya mencakup preparat ter, anthralin,
asam salisilat dan kortikosteroid. Terapi dengan preparat ini cenderung
mensupresi epidermopoisis (pembentukan sel-sel epidermis).
b) Formulasi
ter
Mencakup losion, salep, pasta, krim dan sampo.
Rendaman ter dapat menimbulkan retardasi dan inhibisi terhadap pertumbuhan
jaringan psoriatik yang cepat. Terapi ter dapat dikombinasikan dengan sinar
ultraviolet-B yang dosisnya ditentukan secara cermat sehingga menghasilkan
radiasi dengan panjang gelombang antara 280 dan 320 nanometer (nm). Selama fase
terapi ini pasien dianjurkan untuk menggunakan kacamata pelindung dan
melindungi matanya. Pemakaian sampo ter setiap hari yang diikuti dengan
pengolesan losion steroid dapat digunakan untuk lesi kulit kepala. Pasien juga
diajarkan untuk menghilangkan sisik yang berlebihan dengan menggosoknya memakai
sikat lunak pada waktu amndi.
c) Anthralin
Adalah preparat (Anthra-Derm, Dritho-Crème,
Lasan) yang berguna untuk mengatasi plak psoriatik yang tebal yang resisten
terhadap preparat kortikosteroid atau preparat ter lainnya.
d) Kortikosteroid
Topikal dapat dioleskan untuk memberikan efek
antiinflamasi. Setelah obat ini dioleskan, bagian kulit yang diobati ditutup
dengan kasa lembaran plastik oklusif untuk menggalakkan penetrasi obat dan
melunakkan plak yang bersisik.
e) Terapi
intralesi
Penyuntikan
triamsinolon asetonida intralesi (Aristocort, Kenalog-10, Trymex) dapat dilakukan langsung kedalam
berck-bercak psoriasis yang terlihat nyata atau yang terisolasi dan resisten
terhadap bentuk terapi lainnya. Kita harus hati-hati agar kulit yang normal
tidak disuntuik dengan obat ini.
f) Terapi
sistemik
Metotreksat bekerja dengan cara menghambat
sintesis DNA dalam sel epidermis sehingga mengurangi waktu pergantian epidermis
yang psoriatik. Walaupun begitu, obat ini bisa sangat toksik, khususnya bagi
hepar yang dapat mengalamim kerusakan yang irreversible. Jadi, pemantauan melalui
pemeriksaan laboratorium harus dilakukan untuk memastikan bahwa sistem hepatik,
hematopoitik dan renal pasien masih berfungsi secara adekuat.
Pasien tidak
boleh minum minuman alkohol selama menjalani pengobatan dengan metotreksat
karena preparat ini akan memperbesar kemungkinan kerusakn hepar. Metotreksat
bersifat teratogenik (menimbulkan cacat fisik janin) pada wanita hamil.
Hidroksiurea
menghambat replikasi sel dengan mempengaruhi sintesis DNA. Monitoring pasien
dilakukan untuk memantau tanda-tanda dan gejal depresi sumsum tulang.
Siklosporin A,
suatu peptida siklik yang dipakai untuk mencegah rejeksi organ yang
dicangkokkan, menunjukkan beberapa keberhasilan dalam pengobatan kasus-kasus
psoriasis yang berat dan resisten terhadap terapi. Kendati demikian,
penggunaannya amat terbatas mengingat efek samping hipertensi dan
nefroktoksisitas yang ditimbulkan (Stiller, 1994).
Retinoid oral
(derivat sintetik vitamin A dan metabolitnya, asam vitamin A) akan memodulasi
pertumbuhan serta diferensiasi jaringan epiterial, dan dengan demikian
pemakaian preparat ini memberikan harapan yang besar dalam pengobatan pasien
psoriasis yang berat.
Fotokemoterapi.
Terapi psoriasis yang sangat mempengaruhi keadaan umum pasien adalah psoralen
dan sinar ultraviolet A (PUVA). Terapi PUVA meliputi pemberian preparat
fotosensitisasi (biasanya 8-metoksipsoralen) dalam dosis standar yang kemudian
diikuti dengan pajanan sinar ultraviolet gelombang panjang setelah kadar obat
dalam plasma mencapai puncaknya. Meskipun mekanisme kerjanya tidak dimengerti
sepenuhnya, namun diperkirakan ketika kulit yang sudah diobati dengan psoralen
itu terpajan sinar ultraviolet A, maka psoralen akan berkaitan dengan DNA dan
menurunkan proliferasi sel. PUVA bukan terapi tanpa bahaya; terapi ini disertai
dengan resiko jangka panjang terjadinya kanker kulit, katarak dan penuaan
prematur kulit.
Terapi PUVA
mensyaratkan agar psoralen diberikan peroral dan setelah 2 jam kemudian diikuti
oleh irradiasi sinar ultraviolet gelombang panjang denagn intensitas tinggi. (sinar
ultraviolet merupakan bagian dari spektrum elektromagnetik yang mengandung
panjang gelombang yang berkisar dari 180 hingga 400 nm).
Terapi sinar ultraviolet B (UVB) juga digunakan untuk mengatasi plak yang menyeluruh. Terapi ini
dikombinasikan dengan terapi topikal ter
batubara (terapi goeckerman). Efek sampingnya serupa dengan efek samping
pada terapi PUVA.
Etretinate (Tergison) adalah obat yang relatif baru (1986). Ia adalah derivat dari Vitamin A.
Bisa diminum sendiri atau dikombinasi dengan sinar ultraviolet. Hal ini
dilakukan pada penderita yang sudah bandel dengan obat obat lainnya yang
terdahulu.
Di antara
pengobatan tersebut diatas, yang paling efektif untuk mengobati psoriasis
adalah dengan ultraviolet (fototerapi), karena dengan fototerapi penyakit
psoriasis dapat lebih cepat mengalami “clearing” atau “almost clearing”
(keadaan dimana kelainan / gejala psoriasis hilang atau hampir hilang). Keadaan
ini disebut “remisi”. Masa remisi fototerapi tersebut bisa bertahan lebih lama
dibandingkan dengan pengobatan lainnya.
Pengobatan
fotokemoterapi, yaitu dengan menggunakan kombinasi radiasi ultraviolet dan oral
psoralen (PUVA), namun kelemahannya adalah untuk jangka panjang dapat
menimbulkan kanker kulit.
Fototerapi
UVB konvensional dengan menggunakan sinar UVB broadband dengan panjang
gelombang 290-320 nm. Terapi kurang praktis karana pasien harus masuk ke dalam
light box.
F.
Pengobatan
Pengobatan
psoriasis kronik memerlukan pengetahuan tentang berbagai metode pengobatan,
kesabaran, dan dokter serta perawat yang berpengalaman. Penyakit yang
terlokalisasi diobati dengan kortikosteroid topical pada wajah dan daerah
intertriginosa, dan pada anak-anak digunakan steroid yang lemah seperti
hidrokortison 1,5%. Steroid lain yang lemah adalah alclometason ( aclovate) dan
desonid ( desowen). Sedangkan pada tubuh, eksremitas dan kulit kepala
dianjurkan pemakain steroid kekuatan sedang, seperti triamsinolon ( aristocort
), mometason ( elocon ), betametason valerat ( valisone ), dan flutikason (
cultivate ). Steroid kuat – fluosianida
( lidex), halsinonida ( halog), klobetasol ( Temovate ), halobetasol (
ultravate ), dan betametason dipropionat ( Diprolene ) – dipakai hanya unyuk
plak yang resisten. Steroid berkuatan sedang naamun dapat menyebabkan atrofi
kulit yang ireversibel dan penekanan sumbu hipotalamus – hipofisis adrenal.
Tidak dianjurkan pengobatan dengan steroid topical yang kuat melebihi 2 minggu,
dan dosis total tidak boleh melebihi 50 gram krim perminggu.
Preparat ter dalam krim atau shampoo jarang dipakai.
Menggosok tubuh dengan minyak yang mengandung ter ( Balnetar ) juga membantu.
Semua obat-obatan ini berefek mengurangi proliferasi sel, membuat epidermis
menjadi lebih tipis dan menyebabkan plak dan skuama yang ditimbulkan oleh
psoriasis menghilang. Derivate vitamin D3 (Donovex), dapay digunakan dengan
keberhasilan yang tinggi pada sekitar 30% pasien dengan plak psoriasis.
Seringkali donovex digunakan 3 hingga 4 kali perminggu yang dikombinasikan
dengan steroid topical yang kuat. Derivat retinoid (Tazorac) digunakan sebagai
gel topical untuk plak tebal psoriasis yang terlokalisir. Pengobatan tersebut
dapat menyebabkan iritasi local dan seharusnya tidak digunakan pada wanita yang
dapat menyuebabkan iritasi local dan seharusnya tidak digunakan pada wanita
yang dapat hamil ketika menjadi terapi.
Psoriasis
generalisata yang berat perlu dirawat di rumah-sakit untuk mendapatkan
perawatan intensif dengan steroid topical, ter, dan penyinaran dengan sinar
ultraviolet. Sayangnya, kekambuhan psoriasis sering timbul 3 sampaii 6 bulan
setelah pasien dipulangkan dari rumah-sakit. Psoriasis berat sekarang dapat
diobati pada pasien rawat jalan dengan pengobatan yang didasarkan pada
kombinasi penggunaan psoralen yaitu suatu pengobatan footosensitisasi oral
dengan psoralen dan sinar ultraviolet panjang (PUVA). UVA tidak efektif kecuali
dikombinasikan dengan psoralen. Pengobatan ini sebaiknya jangan dilakukan
terhadap pasien yang memiliki riwayat radiasi sinar X, kanker kulit, atau
katarak. Pengobatan dengan cara ini menyebabkan karsinoma sel skuamosa,
terutama bila dilakukan pada skrotum. Sinar ultraviolet yang lebih pendek (
UVB) berhasil dipakai pada pengobatan psoriasis yang berat.modifikasi sinar UVB
membuat para dokter mengobati pasiennya dengan berkas UVB yang sangat
tipis,yang lebih efektif dibandingkan sinar UVB yang konvensional. Obat
antineoplastik oral yaitu metotreksat tampaknya berguna untuk mengobati pasien
dengan psoriasis tipe plak yang berat, psoriasis pustularis, atau arthritis
yang membuat pasien menjadi cacat. Tetapi obat oral ini dapat menyebabkan
sirosis hati yang ireversebel, atau menekan sumsum tulang. Pengobatan yang lama
dengan menggunakan metotreksat membutuhkan pengawasan enzim hati, jumlah
leokosit, dan eritrosit yang lebih sering. Biopsy hati biasanya diperlukan
ketika dosis kumulatif metotreksat mencapai 1 gram. Metode pengobatan terbaru
untuk psoriasis adalah etretinat oral ( Tegison). Retinoid aromatic oral yang
baru ini sangat baik untuk mengobati psoriasis eritrodermik danpustularis dan
berguna untuk psoriasis plak yang membandel. Obat ini tidak boleh diberikan
pada perempuan usia subur karena merupakan teratogen yang kuat. Retinoid juga
meningkatkan kadar enzim hati, kolesterol dan trigliserida. Efek samping yang
timbul termasuk pengeringan kulit, kehilangan rambut, sakit kepala, diare,
miallgia dan artralgia. Bila dipakai lebih dari 12 bulan, harus dilakukan
pemeriksaan radiogram tulang untuk memerisa deposit kalsium pada sendi.
Asitresin
oral (Soriatatance) adalah retinoid yang diindikasikan untuk pengobatan
psoriasis berat, termasuk jenis eritrodermik dan pustular. Perempuan yang
sedang hamil atau bermaksud untuk hamil setelah paling tidak 3 tahun
menghentikan pengobatan sebaiknya tidak menggunakan eritresin oral. Efek
samping dan diperlukannya pemantauan enzim hati dan kolesterol sama dengan
erittinat oral.
G.
Komplikasi
Penyakit
ini dapat disertai artritis asimetris
pada lebih dari satu sendi dengan factor rheumatoid yang negatif.
Perubahan akritik ini dapat terjadi sebelum atau sesudah munculnya lesi kulit.
Hubungan antara arthritis dan psoriasis yang belum dipahami. Komplikasi lainnya
berupa keadaan psoriatic eksfoliatif
dimana penyakit tersebut berlanjut dengan mengenai seluruh permukaan
tubuh.
Malah
fisiologik. Psoriasis dapat menimbulkan frustrasi pada pasien; orang yang melihatnya dapat saja
mengamati, berkomentar, mengajukan pertanyaan yang menjengkelkan pasien atau
bahkan menghindari pasien. Penyakit ini
pada akhirnya bisa menghabiskan sumber daya pasien, mempengaruhi pekerjaannya
dan membuat hidup pasien sebagai penderitaan .para remaja merupakan kelompok
yang rentan terhadap efek psikologik penyakit ini. Keluarga juga dapat terkena
efek tersebut karena pengobatan yang menghabiskan waktu, pemakaian salep yang
mengotori dan pengelupasan terus-menerus sehingga dapat mengacaukan kehidupan
rumah serta menimbulkan kekesalahan. Frustrasi pasien dapat diekspresikan lewat
sikap bermusuhan yang ditujukan kepada petugas kesehatan dan orang lain.
BAB III
KONSEP DASAR KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Pengkajian
keperawatan berfokus pada cara pasien menghadapi kondisi kulit yang psoriatic,
penampakan kulit ‘normal’ dan penampakan lesi kulit. Manifestasi utama yang
terlihat adalah papula merah bersisik yamg menyatu umtuk membentuk plak
berbentuk oval dengan batas yang jelas. Sisik atau skuama yang berwarna putih perak
juga terdapat. Daerah kulit didekatnya akan memperlihatkan plak yang licin dan
merah dengan permukaan yang mengalami maserasi. Pemeriksaan harus dilakukan
pada daerah-daerah, khususnya yang cenderung untuk mengalami psoriasis, yaitu:
siku, lutut, kulit kepala, cela gluteus, jari-jari tangan dan jari-jari
kaki(uantuk menemukan lubang-lubang kecil).
Perawat
harus menilai dampak penyakit tersebut pada pasien dan strategi koping yang
digunakan untuk melaksanakan aktivitas sehari-hari serta interaksi antara
anggota keluarga dan teman-teman. Banyak pasien perlu ditenteramkan
kekhawatirannya dengan penjelasan bahwa penyakitnya itu tidak menular, bukan
menerminkan higine perorangan yang buruk dan juga bukan kanker kulit.
Pengkajian 11 Pola Gordon:
a. Pola Persepsi Kesehatan
1)
Adanya riwayat infeksi sebelumya.
2)
Pengobatan sebelumnya tidak berhasil.
3)
Riwayat mengonsumsi obat-obatan tertentu, mis., vitamin; jamu.
4)
Adakah konsultasi rutin ke Dokter.
5)
Hygiene personal yang kurang.
6)
Lingkungan yang kurang sehat, tinggal berdesak-desakan.
b.
Pola Nutrisi Metabolik
1)
Pola makan sehari-hari: jumlah makanan, waktu makan, berapa kali sehari
makan.
2)
Kebiasaan mengonsumsi makanan tertentu: berminyak, pedas.
3)
Jenis makanan yang disukai.
4)
Napsu makan menurun.
5)
Muntah-muntah.
6)
Penurunan berat badan.
7)
Turgor kulit buruk, kering, bersisik, pecah-pecah, benjolan.
8)
Perubahan warna kulit, terdapat bercak-bercak, gatal-gatal, rasa terbakar
atau perih.
c.
Pola Eliminasi
1)
Sering berkeringat.
2)
Tanyakan pola berkemih dan bowel.
d.
Pola Aktivitas dan Latihan
1)
Pemenuhan sehari-hari terganggu.
2)
Kelemahan umum, malaise.
3)
Toleransi terhadap aktivitas rendah.
4)
Mudah berkeringat saat melakukan aktivitas ringan.
5)
Perubahan pola napas saat melakukan aktivitas.
e.
Pola Tidur dan Istirahat
1)
Kesulitan tidur pada malam hari karena stres.
2)
Mimpi buruk.
f.
Pola Persepsi Kognitif
1)
Perubahan dalam konsentrasi dan daya ingat.
2)
Pengetahuan akan penyakitnya.
g.
Pola Persepsi dan Konsep Diri
1)
Perasaan tidak percaya diri atau minder.
2)
Perasaan terisolasi.
h.
Pola Hubungan dengan Sesama
1)
Hidup sendiri atau berkeluarga
2)
Frekuensi interaksi berkurang
3)
Perubahan kapasitas fisik untuk melaksanakan peran
i.
Pola Reproduksi Seksualitas
1)
Gangguan pemenuhan kebutuhan biologis dengan pasangan.
2)
Penggunaan obat KB mempengaruhi hormon.
j.
Pola Mekanisme Koping dan Toleransi Terhadap Stress
1)
Emosi tidak stabil
2)
Ansietas, takut akan penyakitnya
3)
Disorientasi, gelisah
k.
Pola Sistem Kepercayaan
1)
Perubahan dalam diri klien dalam melakukan ibadah
2)
Agama yang dianut
B.
Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan
data-data hasil pengkajian keperawatan, diagnosis keperwatan pasien yang utama
menakup:
a.
Kurang pengetahuan tentang
proses penyakit dan terapinya.
b.
Gangguan integritas kulit yang
berhubungan dengan lesi dan reaksi inflamasi.
c.
Gangguan citra tubuh yang
berhubungan dengan perasaan malu terhadap penampakan diri dan persepsi diri
tentang ketidakbersihan.
C.
Intervensi Keperawatan
1)
Tingakatkan pemahaman
Perawat
harus menjelaskan dengan perasaan yang peka bahwa sampai saat ini masih belum
terdapat pengobatan untuk penyembuhan total penyakit psoriasis, bahwa
penanganan seumur hidup tidak diperlukan dan bhwa keadaan ini dapat dihilangkan
serta kendalikan. Patofisilogi psoriasis ditinjau kembali termasuk
factor-faktor pencetusnya, yaitu: setiap iritasi atau cedera pada kulit (luka
tersayat, abrasi, terbakar cahaya matahari), setia penyakit yang baru saja
menjangkiti ( misalnya streptokokus pada faring) dan stress emosional. Perlu
ditegaskan bahwa trauma yang berulang-ulang pada kulit di samping lingkungan
yang tidak mendukung (misalnya, hawa dingin) atau preparat tertentu (misalnya,
litium, penyekat-beta, indometasin) dapat membuat psoriasis kambuh kembali. Kepada
pasien harus diingatkan bahwa pemakaian obat-obat tanpa resep doctor dapat
memperburuk penyakit psoriasis yang ringan.
Peninjauan
kembali dan penjelasan tentang program terapa merupakan unsure esensial untuk
menjmin kepatuhan pasien. Sebagai contoh, jika pasien menderita kelainan ringan
yang hanya terbatas pada daerah tertentu, seperti siku atau lutut, penggunaan
emolien untuk mempertahankan kulit dan mengurangi pembentukan sisik mungkin
merupakan satu-satunya terapi yang diperlukan. Di lain pihak. Jika pasien
menggunakan antralin, maka jadwal pemberian obat, efek samping yang mungkin
timbul dan permasalahan yang perlu dilaporkan kepada perawat atau dokter harus
dijelaskan.
Sebagaian
besar pasien akan memerlukan rencana perawatan yang lebih komprehensif yang
berkisar mulai dari pemakaian obat-obat tropical dab sampo hingga terapi yang
lebih kompleks dan memakan waktu lama seperti kombinasi psoralen dengan sinar
ultraviolet A (PUVA). Lembar penyuluhan pasien yang mencakup uraian tentang
terapi dan pedoman khusus akan membantu, kendati tidak dapat menggantikan
pembicaraan tatap muka mengenai rencana terapi.
a.
Tingkatkan Integritas Kulit
Untuk
menghindari cedera kulit, pasien harus dinasehati agar tidak mencubit atau
menggarauk daerah yang sakit. Tindakan untuk mencegah kekeringan kulit perlu
dianjurkan karena kulit yang kering akan memperburuk keadaan psioriasis.
Tindakan membasuh lesi yang terlampau sering akan menambah rasa sakit dan
pembentukan sisik. Air yang dipakai harus hangat dan tidak panas; kulit harus
dikeringkan dengan cara menepuknya memakai handuk dan bukan mengosoknya
kuat-kuat. Preparat emolien memiliki efek pelembap dengan menimbulkan lapisan
oklusif pada permukaan kulit sehingga kehilangan air yang normalnya akan
terjadi dapat dihambat dan demikian air yang terperangkap itu akan meniptakan
dehidrasi stratum korneum. Larutan pembersih emolien atau bath oil dapat
menambah rasa nyaman pada luka dan mengurangi pembentukaan sisik. Pelunakan
kulit dapat mencegah fisura.
b.
Perbaiki Konsep Diri dan Citra Tubuh
Hubungan
terapeutik antara professional pelayanan kesehatan dan penderita psoriasis
merupakan hubungan yang mencakup pendidikan serta dukungan. Setelah hubungan
tersebut diciptakan, pasien harus lebih memiliki keyakinan diri dan
pemberdayaan dalam melaksanakan program terapi serta menggunakan strategi
koping yang membantu mengatasi perubahan pada konsep-diri serta citra tubuh
yang ditimbulkan oleh penyakit psoriasis tersebut.
Pengenalan terhadap
strategi koping yang berhasil dijalankan oleh penderita psoriasis lainnya dan
saran-saran untuk mengurangi atau menghadapi situasi penuh-stres di rumah,
sekolah atau tempat kerja akan memfasilitasi ekspektasi pasien yang lebih
positif dan kesediaannya untuk memahami sifat penyakit yang kronikitu.
c.
Pendidikan pasien dan
pertimbangan perawatan di rumah
Bahan
untuk penyuluhan yang sudah dicetak dapat disediakan untuk memperkuat diskusi
tatap-muka dengan pasien mengenai pedoman terapi dan berbagai masalah lainnya.
Sebagi contoh, pasien dan keluarga yang merawatnya mungkin perlu mengetahui
bahwa preparat topical antralin akan meninggalkan noda berwarna ungu kecoklatan
pada kulit kendati noda warna ini nantinya akan hilang setelah terapi antralin
dihentikan. Disamping itu, kepada mereka harus dianjurkan untuk menutup lesi
yang diolesi antralin (dengan memakai kasa, stoking, atau penutup lainnya yang
lunak) agar preparat ini tidak menimbulkan noda warna pada pakaian, perabot
atau seprei.
Pasien-pasien
yang memakai preparat topical kortikosteroid berkali-kali pada muka dan sekitar
mata harus mewaspadai kemungkinan terjadinya katarak. Pedoman yang ketat dalam
pemakaian obat-obat ini perlu ditekankan, karena penggunaan yang berlebihan
dapat mengakibatkan atrofi kulit, striae (guratan pada kulit) dan resistensi
obat.
Pemakaian
preparat terbisa menimbulkan kesan jorok dan sukar dilaksanakan sehingga
kebanyakan pasien tidak menerimanya dengan sepenuh hati. Pengolesan preparat
ter bias membutuhkan waktu sampai 2 jam atau lebih dan memerlukan pelaksanaan
upaya-upaya kosmetika. Penyampaian tip tentang cara pemakaian dan hasil akhir
yang diharapkan dari terapi tersebut untuk memastikan kepatuhan pasien akan
berlangsung melalui jalan panjang.
Fotokemoterapi
(PUVA) yang hanya dilakukan pada psoriasis yang sedang hingga berat akan
menimbulkan fotosensitisasi yang berarti bahwa kulit pasien menjadi peka
terhadap sinar matahari sampai metoksalen yang diberikan telah diekskresikan ke
luar dari tubuh (dalam waktu sekitar 6 sampai 8 jam). Karena itu, pasien yang
menjalani terapi PUVA harus menghindari pajanan sinar matahari. Jika pajanan
ini tidak terelakkan. Kulit pasien harus dilindungi dengan preparat tabir-surya
dan pakaian. Kacamata gelap yang berwarna kelabu atau hijau harus digunakan
untuk melindungi mata selama dan sesudah terapi; pemeriksaan olfalmologik harus
dilaksanakan secara teratur. Mual, yang menjadi masalah pada sebagian pasien,
akan berkurang jika metoksalen diberikan bersama makanan. Pelumas dan bath oil
dapat digunakan untuk membantu menghilangkan skuama dan mencegah kekeringan
yang berlebihan pada kulit. Tidak ada krim atau pun minyak yang berlebihan pada
kulit. Tidak ada krim atau pun minyak yang dapat dipakai pada kulit kecuali yang
akan dilindungi terhadap sinar ultraviolet. Preparat kontrasepsi harus
digunakan wanita dalam usia reproduktif yang melakukan hubungan seks karena
efek teratogenik PUVA masih belum diketahui. Pasien yang menjalani terapi ini
harus mendapatkan pengawasan yang konstan serta seksama dan dimotivasi untuk
mengenali setiap perubahan yang tidak lazim pada kulit.
Jika
dikehendaki, pasien dapat dikonsulkan pada seorang professional kesehatan jiwa
yang bisa mengurangi strain emosional
dan memberikan
dukungan. Menjadi anggota sebuah kelompok pendukung dapat pula membantu pasien
untuk mengakui bahwa dirinya tidak sendirian dalam mengalami berbagai proses
penyesuaian
kehidupan
sebagai respon terhadap penyakit kronik yang tampak nyata. The National
Psoriasis Foundation telah menerbitkan bulletin dan laporang berkala tentang
berbagai perkembangan baru yang relevan dalam hal penyakit ini. \
1.
DP1 Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan inflamasi antara
dermal-epidermal sekunder akibat psoriasis.
Tujuan : Kerusakan integritas kulit dapat teratasi
dalam 3 x 24 jam.
Kriteria Hasil :
a.
Area terbebas dari infeksi lanjut.
b.
Kulit bersih, kering, dan lembab
Intervensi :
a.
Kaji keadaan kulit R/ : Mengetahui dan mengidetifikasi kerusakan kulit
untuk melakukan intervensi yang tepat.
b.
Kaji keadaan umum dan observasi TTV R/ Mengetahui perubahan status
kesehatan pasien.
c.
Kaji perubahan warna kulit R/ : Megetahui keefektifan sirkulasi dan
mengidentifikasi terjadinya komplikasi.
d.
Pertahankan agar daerah yang terinfeksi tetap bersih dan kering R/ :
Membantu mempercepat proses penyembuhan.
e.
Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat-obatan R/ : Untuk mempercepat
penyembuhan.
2.
DP2 Ketakutan berhubungan dengan perubahan penampilan
Tujuan : Ketakutan teratasi setelah 3 x 24 jam.
Kriteria Hasil :
a.
Klien menyatakan peningkatan kenyamanan psikologis dan fisiologis.
b.
Dapat menjelaskan pola koping yang efektif dan tidak efektif.
c.
Mengidentifikasi respons kopingnya sendiri.
Intervensi :
a.
Kaji ulang perubahan biologis dan fisiologis R/ : Reaksi fisik kronis
terhadap stresor-stresor menunjukkan adanya penyakit kronis dan ketahanan
rendah.
b.
Gunakan sentuhan sebagai toleransi R/ : Kadang-kadang dengan memegang
secara hangat akan menolongnya mempertahankan kontrol.
c.
Dukung jenis koping yang disukai ketika mekanisme adaftif digunakan R/ :
Marah merupakan respon yang adaptif yang menyertai rasa takut.
d.
Anjurkan untuk mengekspresikan perasaannya R/ : Dapat mengurangi stres pada
pasien.
e.
Anjurkan untuk menggunakan mekanisme koping yang normal R/ : Ketepatan
dalam menggunakan koping merupakan salah satu cara mengurangi ketakutan.
f.
Anjurkan klien untuk mencari stresor dan menghadapi rasa takutnya R/ :
Kesadaran akan faktor penyebabkan ketakutan akan memperkuat kontrol dan
mencegah perasaan takut yang makin memuncak.
3.
DP3 : Ansietas yang berhubungan dengan perubahan status kesehatan sekunder
akibat penyakit psoriasis
Tujuan : Ansietas dapat diminimalkan sampai dengan
diatasi setelah 3 x 24 jam
Kriteria Hasil :
a.
Pasien tampak rileks
b.
Pasien mendemonstrasikan/menunjukan kemampuan mengatasi masalah dan
menggunakan sumber-sumber secara efektif
c.
Tanda-tanda vital normal
d.
Pasien melaporkan ansietas berkurang sampai tingkat dapat diatasi
Intervensi :
a.
Kaji tingkat ansietas dan diskusikan penyebab bila mungkin R/ :
Identifikasi masalah spesifik akan meningkatkan kemampuan individu untuk
menghadapinya dengan lebih realistis
b.
Kaji ulang keadaan umum pasien dan TTV R/ : Sebagai indikator awal dalam
menentukan intervensi berikutnya
c.
Berikan waktu pasien untuk mengungkapkan masalahnya dan dorongan ekspresi
yang bebas, misalnya rasa marah, takut, ragu R/ : Agar pasien merasa diterima
d.
Jelaskan semua prosedur dan pengobatan R/ : Ketidaktahuan dan kurangnya
pemahaman dapat menyebabkan timbulnya ansietas
e.
Diskusikan perilaku koping alternatif dan tehnik pemecahan masalah R/ :
Mengurangi kecemasan pasien
4.
DP4 Gangguan konsep diri berhubungan dengan krisis kepercayaan diri.
Tujuan : Gangguan konsep diri teratasi dalam 3 x 24
jam
Kriteria Hasil :
a.
Dapat berinteraksi seperti biasa.
b.
Rasa percaya diri timbul kembali.
Intervensi :
a.
Kaji perubahan perilaku pasien seperti menutup diri, malu berhadapan dengan
orang lain R/ : Mengetahui tingkat ketidakpercayaan diri pasien dalam
menentukan intervensi selanjutnya.
b.
Bersikap realistis dan positif selama pengobatan, pada penyuluhan pasien R/
: Meningkatkan kepercayaan dan mengadakan hubungan antara perawat-pasien.
c.
Beri harapan dalam parameter situasi individu R/ : Meningkatkan perilaku
positif
d.
Berikan penguatan positif terhadap kemajuan R/ : Kata-kata penguatan dapat
mendukung terjadinya perilaku koping positif.
e.
Dorong interaksi keluarga R/ : Mempertahankan garis komunikasi dan
memberikan dukungan terus-menerus pada pasien.
5.
DP5 Kurang pengetahuan berhubungan dengan tidak mengenal sumber informasi.
Tujuan : Pengetahuan pasien bertambah
Kriteria Hasil :
a.
Pasien menunjukkan pemahaman akan penyakitnya.
b.
Pasien menunjukkan perubahan perilaku ke arah yang lebih baik.
Intervensi :
a.
Kaji ulang pengobatan R/ : Pengulangan memungkinkan kesempatan untuk
bertanya dan meyakinkan pemahaman yang akurat.
b.
Ajar tanda dan gejala serta kemungkinan yang dapat menimbulkan inflamasi R/
: Agar pasien memahami dan mencegah faktor resiko inflamasi serta dapat
mengantisipasi secara dini kelanjutan keadaan tersebut.
c.
Diskusikan jadwal pengobatan R/ : Agar pasien dapat menentukan waktu yang
tepat untuk terapi sehingga memahami fungsi terapi yang diikuti.
d.
Diskusikan tentang peningkatan jadwal kunjungan ke Dokter R/ : Agar pasien
lebih mengerti akan kondisinya
D.
Evaluasi
Hasil yang diharapkan
1.
Mencapai pengetahuan dan
pemahaman terhadap proses penyakit serta therapinya
a.
Mendeskripsikan psoriasis dan
therapy yang dipreskripsikan
b.
Mengutarakan dengan kata-kata
bahwa trauma, infeksi dan stress emosional merupakan factor pemicu
c.
Mempertahankan pengendalian
penyakit dengan therapy yang tepat
d.
Memperagakan penggunaan therapy
topikal yan benar
2.
Mencapai kulit yang lebih
halusdan pengendalian lesi.
a.
Tidak ada lesi baru yang timbul
b.
Mempertahankan kulit agar
selalu terlumasi dan lunak
3.
Mengembangkan kesadaran untuk
penerimaan diri
a.
Mengindentifikasi orang yang
bias diajak untuk membicarakan perasaan dan keprihatinan.
b.
Mengekspresikan optimisme
tentang hasil akhir terapi
4.
Tidak mengalami arthritis
psoriatic
a.
Tidak mengalami ganguan rasa
nyaman pada sendi
b.
Lesi kulit dapat dikendalikan
tanpa perluasan penyakit
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Psoriasis merupakan
penyakit kronik yang dapat terjadi pada setiap usia dan dilaporkan pada dua
sampai lima juta orang Amerika. Psoriassis merupakan penyakit herediter,
meskipun cara penurunannya masi belum dipahami. Psoriassis tampak sebagai plak
eritem tebal yang ditutup[i oleh sisik putih seperti plak. Plak biasanya
terletak pada lutut, siku, dan kulit kepala. Terapi psoriassis kronik
memerlukan pengetahuan berbagai metode pengobatan, kesabaran, dan dokter atau
praktisi perawat yang berpengalaman. Pengobatan harus pleksibel, dan terapi
alternatif harus diberikan jika pasien gagal berespon dengan program pengobatan
aslinya. Psoriassis generalisata berat memerlukan perawatan dirumah sakit untuk
terapi steroid topikal yang intensif, ter, dan sinar ultraviolet.
Kasus psoriasis makin sering dijumpai. Meskipun
tidak menyebabkan kematian, penyakit ini menyebabkan gangguan kosmetik,
terlebih lagi mengingat perjalanan penyakitnya menahun dan residif.Insidens
pada orang kulit putih lebih tinggi dari pada kulit berwarna Insidens pada pria
agak lebih banyak dari pada wanita. Proriasis terdapat pada semua usia, tetapi
umumnya pada orang dewasa.
B. Saran
Semoga dengan adanya
makalah yang berjudul Psoriasis ini dapat bermanfaat bagi yang membacanya,
terutama bagi Mahasiswa – Mahasiswi Fakultas Kesehatan Jurusan Keperawatan
Universitas Borneo Tarakan. Agar makalah ini dapat bermanfaat dan menambah wawasan yang sebelumnya kita
belun ketahui, Dan dengan adanya makalah ini kita dapat mengetahui tanda dan
gejala seseorang yang terkena Psioriasis , mengetahui penyebab nya dan cara
penanganannya.
0 komentar :
Posting Komentar