HERNIA
A. KONSEP
DASAR MEDIS
1.
PENGERTIAN
Hernia
adalah merupakan tonjolan suatu bagian dari satu atau beberapa organ lewat
lobang yang abnormal dan bahaya herniasi terjadi ketika organ yang menonjol
lewat lobang tersebut terjepit sampai derajat yang mengganggu sirkulasi
darahnya atau ketika organ yang menonjol tersebut menyelubungi dan mengganggu
fungsi struktur lain. ( Wong , 2008 )
2.
KLASIFIKASI
a.
Hernia
congenital:
1) Hernia
umbilikalis adalah suatu penonjolan ( prostusi ) ketika isi suatu organ
abdominal masuk ke rongga melalui defek atau bagian dinding yang tipis atau
lemah, isi yang masuk berupa organ intestinal, lemak/omentum.
2) Hernia
diafragmatika
3) Hernia
inguinalis lateralis,hernia yang melalui anulus inguinalis internus yang
terletak di sebelah lateral vasa epigastrika inferior, menyusuri kanalis
inguinalis dan keluar ke rongga perut melalui anulus inguinalis. Pada pria
normal, kanalis inguinalis berisi fasikulus spermatikus, vasa spermatika,
nervus spermatikus, muskulus kremaster, prosesus vaginalis peritonii, dan
ligamentum rotundum.
b.
Hernia
didapat:
1) Hernia
inguinalis medialis yaitu hernia yang berjalan melalui dinding inguinal
belakang, medial dari vasa epigastrika inferior ke daerah yang dibatasi
trigonum Hasselbachii.
2) Hernia
femoralis yaitu suatu penonjolan organ intestinal masuk ke rongga melalui defek
atau bagian dinding yang tipis atau lemah dari cincin ingunalis,materi yang
masuk lebih sering usus halus,jaringan lemak/omentum.
Secara Klinis:
a.
Reponibilis:
hernia yang masih dapat keluar masuk
b. Irreponibilis:
hernia yang sudah tidak dapat masuk, viskus melekat pada kantung dan ada
infeksi
c. Strangulasi:
hernia yang terjadi karena terjepitnya pembuluh darah tapi masih mendapat
nutrisi/ terdapat gangguan vascularisasi
d. Incarserata:
lumen terjepit sehingga tidak mendapat nutrisi, terjadi parase usus
3.
ANATOMI FISIOLOGI
Secara
anatomi,anterior dinding perut terdiri atas otot – otot multilaminar yang
berhubungan dengan aponeurosis,fasia,lemak dan kulit. Pada bagian lateral
terdapat tiga lapisan otot dengan fasia oblik yang dihubungkan satu sama lain
dan pada setiap otot terdapat tendon yang disebut dengan aponeurosis.
Otot
transversus abdominis adalah otot internal lateral dari otot – otot dinding
perut dan merupakan lapisan dinding perut yang mencegah hernia inguinalis.
Bagian kauda otot membentuk lengkungan aponeurotik transversus abdominis
sebagai tepi atas cincin inguinal internal dan di atas dasar medial kanalis
inguinalis. Ligamentum inguinal menghubungkan antara tuberkulum pubikum dan
SIAS ( spina iliaka anterior superior ). Kanalis ingunalis dibatasi di
kraniolateral oleh anulus inguinalis internus yang merupakan bagian terbuka
dari fasia transversalis dan aponeurosis muskulus transversus abdominis. Pada
bagian medial bawah,di atas tuberkulum pubikum,kanal ini dibatasi anulus
inguinalis eksternus, bagian terbuka dari aponeurosis muskulus oblikus
eksternus. Bagian atas terdapat aponeurosis muskulus oblikus eksternus dan pada
bagian bawah terdapat ligamen ingunalis.
Secara fisiologis terdapat beberapa mekanisme yang dapat
mencegah terjadinya hernia ingunalis yaitu kanalis ingunalis yang berjalan
miring,adanya struktur dari muskulus oblikus internus abdominis yang menutup
anulus ingunalis internus ketika berkontraksi, dan adanya fasia transversa yang
kuat menutupi trigonum Hasselbach yang umumnya jampir tidak berotot. Pada
kondisi patologis gangguan pada mekanisme ini dapat menyebabkan terjadinya
hernia ingunalis.
4.
ETIOLOGI
a.
Defek atau kelainan
berupa sebagian dinding rongga lemah.
b.
Peningkatan tekanan
intra abdomen
5.
PATHOFISIOLOGI
Hernia
ingunalis tidak langsung (hernia inguinalis lateralis) di mana prostusi keluar
dari rongga peritoneum melalui anulus inguinalis internus yang terletak lateral
dari pembuluh epigastriak inferior,kemudian hernia masuk ke kanalis inguinalis
dan jika cukup panjang,akan menonjol keluar dari anulus inguinalis eksternus.
Apabila hernia berlanjut tonjolan akan sampai ke skrotum pada saat pengembangan
janin. Jalur ini biasanya menutup sebelum kelahiran,tetapi mungkin tetap
menjadi sisi hernia di kemudian hari
Hernia
inguinalis langsung (hernia inguinalis medialis ) di mana kondisi prostusi
langsung ke dalam segitiga Hesselbach daerah yang dibatasi oleh ligamen
inguinalis dibagian inferior , pembuluh epigastrika inferior di bagian lateral
dan tepi otot rektus di bagian medial. Dasar segitiga Hesselbach dibentuk oleh
fasia transversal yang diperkuat oleh serat aponeurosis muskulus transversus
abdominis yang terkadang tidak sempurna sehingga daerah ini potensial untuk
menjadi lemah. Hernia medialis karena tidak keluar melaui kanalis inguinalis
dan tidak ke skrotum umumnya disertai strangulasi karena cincin hernia longgar.
Saraf ilioinguinalis dan saraf iliofemoralis mempersarafi otot regio
inguinalis,sekitar kanalis inguinalis dan tali sperma serta sensibilitas kulit
ergio inguinalis,skrotum dan sebaian kecil kulit tungkai atas bagian
proksimomedial.
Pada
kondisi hernia inguinalis yang bisa keluar masuk atau prostusi dapat bersifat
hilang timbul disebut hernia responibel.
Kondisi prostusi terjadi jika pasien melakukan aktifitas berdiri atau mengejan
kuat dan masuk lagi jika posisi berbaring atau distimulasi dengan mendorong
perut. Kondisi ini biasanya memberikan manisfestasi keluhan nyeri atau gejala
obstruksi usus. Apabila prostusi tidak dapat masuk kembali ke dalam rongga
perut disebut hernia ireponibel atau hernia akreta. Kondisi ini biasanya
berhubungan dengan perlekatan isi kantong pada peritoneun kantong hernia. Tidak
ada keluhan nyeri atau tanda sumbatan usus.
6.
TANDA DAN GEJALA
a.
Adanya benjolan pada
lipat paha
b.
Nyeri pada daerah
abdomen
c.
Mual
d.
Muntah
e.
Anoreksia
f.
Kelelahan
g.
Demam
7.
KOMPLIKASI
a.
Hernia inguinalis
ireponibilis : terjadi perlengketan antara isi hernia dengan dinding kantong
hernia sehingga isi hernia tidak bisa dimasukkan kembali.
b.
hernia inguinalis
strangulata : terjadi penekanan pada cincin hernia akibat makin banyaknya usus
yang masuk.
c.
Iskemia
d.
Ganggren
8.
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
a.
Kultur jaringan untuk
mendeteksi adanya adenitis tuberculosis
b.
Radiologi polos abdomen
untuk mendeteksi adanya udara pada usus dan untuk mendeteksi adanya illeus.
c.
Ct scan untuk
mendeteksi adanya adanya hernia ekstrakolon
d.
USG untuk menilai massa
hernia inguinal ( Muttaqin,2011 )
9.
PENATALAKSANAAN MEDIS
Setiap pasien dengan
hernia inguinalis lateralis harus di obati dengan pembedahan, pembedahan
secepat mungkin setelah diagnosis di tegakkan. Adapun prinsip pembedahan hernia
inguinalis lateralis adalah :
a.
Herniotomi
Adalah membuang kantong
hernia,hal ini dilakukan terutama pada anak –anak karena dasarnya adalah
kongenetal tanpa adanya kelemahan dinding perut.
b.
Hernioplasty
c.
Herniorafi
Adalah tindakan
membuang kantong hernia disertai tindakan bedah plastik untuk memperkuat
dinding perut bagian bawah di belakang kanalis inguinalis
Indikasi pembedahan
pada hernia inguinalis meliputi hal – hal sebagai berikut:
a.
Penonjolan besar yang
mengindikasikan peningkatan resiko hernia inkarserata atau hernia strangulata.
b.
Nyeri hebat merupakan
respons masuknya penonjolan memenuhi kanal.
10.
PROGNOSIS
Ketika
operasi digunakan untuk memperbaiki
hernia, prospek umumnya sangat baik.
11.
EPIDEMIOLOGI
a.
Frekwensi laki – laki
lebih tinggi dari pada wanita keadaan ini dihubungkan hernia tak langsung (
indirek ),rute yang dijalani hernia sama seperti pada saat testis bermigrasi
dari rongga perut ke scrotum,struktur anatomis dari kanal inguinal pada pria
lebih besar, serta aktifitas yang menyebabkan manifestasi peningkatan intra
abdominal meberikan predisposisi besar kondisi hernia inguinalis pada pria.
b.
Rasio perbandingan pria
: wanita ( 7:1 ) 50% hernia inguinalis tidak langsung , 25%
hernia inguinalis langsung.
B. KONSEP
KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
a. Anamnese
1)
Keluhan Utama : adanya
benjolan pada lipat paha dan nyeri pada abdomen
2)
Keluhan penyakit
sekarang : keluhan lain yang didapat sesuai dengan kondisi hernia
3)
Riwayat penyakit operasi
lalu : apabila pernah operasi apendiks uang bisa menyebabkan lemahnya otot
dinding perut.
4)
Riwayat penyakit yang
lau : penyakit sistemik seperti DM, hipertensi,TBC
5)
Pengkajian psikososial
: didapatkan peningkatan kecemasan karena nyeri abdomen dan rencana pembedahan
serta perlunya pemenuhan informasi pra bedah.
b.Pemeriksaan
Fisik
1)
Inspeksi : secara umum
terlihat penonjolan abnormal
2)
Palpasi : turgor kulit
< 3 detik menandakan dehidrasi , palpasi pada kantong hernia yang kosong
kadang dapar diraba pada funikulus spermatikus sebagai gesekan dua lapis
kantong yang memberikan sensasi gesekan dua permukaan sutera.
3)
Perkusi : nyeri ketuk
dan timpani terjadi akibat adanya flatulen, menandakam sekunder dari adanya
obstruksi intestinal atau hernia strangulasi
4)
Auskultasi : penurunan
bisisng usus atau tidak ada bising usus menandakan gejala obstruksi intestinal
2. DIAGNOSE
KEPERAWATAN
a.
Nyeri b/d respons
inflamasi lokal,kerusakan jarinag lunak pasca bedah
b.
Pemenuhan informasi b/d
adanya evaluasi diagnostik,rencana pembedahan
c.
Resiko infeksi b/d port
de entree luka pasca bedah
d. Ketidakseimbangan
cairan tubuh b/d keluar cairan tubuh melalui muntah sekunder dari obstruksi
intestinal
e.
Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d intake makanan yang kurang adekuat
f.
Kecemasan b/d prognosis
penyakit , rencana pembedahan.
3. RENCANA
KEPERAWATAN
No
|
Diagnosa Keperawatan
|
Tujuan dan kriteria
hasil
|
Intervensi
|
Rasionalisasi
|
1
|
Nyeri b/d respons inflamasi
|
Nyeri berkurang/ hilang atau
teradaptasi dengan kriteria : secara subyektif melaporkan nyeri berkurang
atau dapat diadaptasi, skala nyeri < 3, tidak gelisah, dapat
mengidentifikasi aktivitas yang meningkatkan atau menurunkan nyeri
|
·
Kaji
respons nyeri dengan pendekatan PQRST
·
Lakukan
menejemen nyeri keperawatan
·
Atur
posisi tidur semifowler
·
Tingkatkan
pengetahuan tentang sebab-sebab nyeri
·
Kolaborasi
dengan dokter untuk pemberian analgetik
|
·
Pendekatan
komprehensif untuk menentukan intervensi
·
Dapat
menurunkan stimulasi nyeri
·
Posisi
ini mengurangi ketegangan pada organ abdomen yang membantu mengurangi nyeri
·
Pengetahuan
yang akan dirasakan membantu mengurangi nyeri dan dapat membantu
mengembangkan kepatuhan pasien terhadap rencana terapeutik
·
Analgetik
memblok lintasan nyeri shg nyeri berkurang
|
2
|
Pemenuhan informasi b/d rencana
pembedahan
|
Informasi kesehatan terpenuhi
dg kriteria : pasien termotivasi untuk melaksanakan penjelasan yang telah
diberikan
|
·
Kaji
tingkat pengetahuan pasien tentang pembedahan
·
Cari
sumber yang dapat meningkatkan penerimaaan informasi
·
Beritahu
pasien tentang persiapan pra pembedahan (puasa, inform concent, cukur dll)
·
Beritahu
pasien dan keluarga kapan boleh dikunjungi
·
Berikan
informasi pada pasien pasca pembedahan (tehnik ambulasi didi, manajemen
nyeri,diet dll)
|
·
Dengan
mengetahui tingkat pengetahuan pasien perawat lebih terarah dalam memberikan
pendidikan kesehatan yang sesuai dengan tingkat pengetahuan pasien secara
efektif dan efisien
·
Keluarga
pasien perlu dilibatkan dalam pemenuhan informasi akan menurunkan resiko
misinterprestasi terhadap informasi
·
Pasien
yang sdh menyelesaikan administrasi dan mengetahui informasi tentang
persiapan prabedah TT inform concent
·
Pasien
akan mendapatkan manfaat bila mengetahui kapan keluarganya dapat berkunjung
setelah pembedahan
·
Ambulasi
dini sangat penting untuk mempercepat pemulihan,pasien hernia tanpa
komplikasi dibantu untuk duduk, berdiri dan jalan pada hari pertama pasca
bedah
|
3
|
Resiko infeksi b/d port de
entree luka pasca pembedahan
|
Tidak terjadi infeksi, terjadi
perbaikan pada integritas jaringan lunak dg kriteria : jahitan dilepas pada
hari 12 tanpa ada tanda infeksi dan peradangan pada area luka,AL Normal, TTV
dalam batas normal
|
·
Kaji
jenis pembedahan hari pembedahan apa ada order khusus dokter dalam merawat
luka
·
Lakukan
perawatan luka dengan tehnik steril
·
Anjurkan
pasien untuk menjaga balutan luka tetap bersih dan kering
·
Kolaborasi
dokter untuk pemberian antibiotik
|
·
Mengidentifikasi
penyimpangan atau kemajuan dan tujuan yang diharapkan
·
Dengan
perawatan luka steril mengurangi resiko infeksi
·
Kondisi
kering dan bersih akan menghindari dari kontaminasi komensal
·
Antibiotik
yang tepat akan mengurangi resiko infeksi
|
4.
SAP
SATUAN ACARA PENYULUHAN
Pokok
Bahasan : Penyakit
Hernia
Sasaran : Pasien dan keluarga
Hari/
Tanggal : 16 Maret 2013
Waktu :
30 menit
Tempat
: Ruang Begonia
Penyuluh : Kelompok
Tujuan
Instruksional Umum (TIU)
Setelah
mengikuti kegiatan penyuluhan selama 1x 30 menit, pasien dan keluarga mampu memahami penyakit
hernia
Tujuan
Instruksional Khusus (TIK)
Setelah mengikuti kegiatan
penyuluhan selama 1x 30 menit, mampu:
a.
Memahami
pengertian hernia
b.
Mengetahui
tentang penyebab hernia
c.
Mengetahui tanda
dan gejala hernia
Garis Besar Materi
a.
Pengertian hernia
b.
Penyebab hernia
c.
Tanda dan gejala
dari
hernia
Metode Pelaksanaan
a.
Ceramah
b.
Diskusi (tanya
jawab)
Media
dan Sumber
Media : Leaflet , Laptop , Gambar – gambar
Sumber :
Ngastiyah , 1997 , Perawatan Anak Sakit , EGC ,
Jakarta
Speer
, Kathleen M , 2007 , Rencana Asuhan
Keperawatan Pediatrik , Edisi 3
, EGC , Jakarta
Proses kegiatan
Penyuluhan:
No
|
Kegiatan
|
Kegiatan Peserta
|
Waktu
|
1
|
Pendahuluan
1. Memberi salam
2. Memberi pertanyaan apersepsi
3. Mengkomunikasikan pokok bahasan
4. Mengkomunikasikan tujuan
|
1. Menjawab salam
2. Menjawab
3. Mendengarkan
4. Mendengarkan
|
5 menit
|
2
|
Kegiatan Inti
1. Menjelaskan tentang Pengertian
hernia
2. Menjelaskan tentang Penyebab
hernia
3. Menjelaskan tentang Tanda
dan gejala
hernia
|
1.
Memperhatiakan dan mendengarkan
2.
Memperhatiakan dan mendengarkan
3.
Memperhatiakan dan mendengarkan
|
15 menit
|
3
|
Penutup
*
Menyimpulkan materi bersama peserta
*
Memberikan evaluasi secara lisan
*
Memberikan salam penutup
|
*
Memperhatikan
*
Menjawab
*
Menjawab salam
|
1.
M55enit
|
Evaluasi
Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan, mampu:
a.
Memahami
pengertian hernia
b.
Mengetahui
tentang penyebab hernia
c.
Mengetahui tanda
dan gejala hernia
Yogyakarta, 28 Februari 2013
Pembimbing Penyuluh
Indrayanti, S.Kep, Ns Kelompok 3
5. ETIK
, LEGAL DAN ADVOKASI
a. ETIK
1) Otonomi
(Autonomy)
a)
Prinsip bahwa individu
mempunyai hak menentuka diri sendiri, memperoleh kebebasan dan kemandirian
b)
Perawat yg mengikuti prinsip
ini akan menghargai keluhan gejala subjektif (misal : nyeri), dan meminta
persetujuan tindakan sebelum prosedur dilaksanakan
2)
Nonmaleficience (Tidak merugikan)
a)
Prinsip menghindari tindakan
yg membahayakan. Bahaya dpt berarti dgn sengaja, risiko atau tidak sengaja
membahayakan.
b)
Contoh : kecerobohan perawat
dalam memberikan pengobatan menyebabkan klien mengalami cedera
3)
Beneficience (Berbuat baik)
a)
Prinsip bahwa seseorang
harus melakukan kebaikan. Perawat melakukan kebaikan dengan mengimplementasikan
tindakan yg menguntungkan/bermanfaat bagi klien.
b)
Dapat terjadi dilema bila
klien menolak tindakan tersebut, atau ketika petugas kesehatan berperan sebagai
peneliti
4)
Justice (Keadilan)
a)
Prinsip bahwa individu
memiliki hak diperlakukan setara.
b.
Contoh : ketika perawat
bertugas sendirian sementara ada beberapa pasien di sana maka perawat perlu
mempertimbangkan situasi dan kemudian melakukan tindakan secara adil.
5)
Veracity (Kejujuran)
a)
Mengacu pada mengatakan
kebenaran. Bok (1992) mengatakan bahwa bohong pada orang yg sakit atau
menjelang ajal jarang dibenarkan.
b)
Kehilangan kepercayaan thd perawat
dan kecemasan karena tidak mengetahui kebenaran biasanya lebih merugikan
6)
Fidelity (Menepati janji)
a)
Prinsip bahwa individu wajib
setia terhadap komitmen atau kesepakatan dan tgg jawab yg dimiliki.
b)
Kesetiaan jg melibatkan
aspek kerahasiaan / privasi dan komitmen adanya kesesuaian antara informasi dgn
fakta.
7)
Confidentiality (Kerahasiaan)
Aturan
dalam prinsip kerahasiaan adalah informasi tentang klien, harus dijaga privasi
klien. Segala sesuatu yang terdapat dalam dokumen catatan kesehatan klien hanya
boleh dibaca dalam rangka pengobatan klien.
8)
Accountability (Akuntabilitas)
Akuntabilitas
merupakan standar yang pasti bahwa tindakan seorang professional dapat dinilai
dalam situasi yang tidak jelas atau tanpa kecuali.
Ditinjau
dari segi etik keperawatan, dalam kasus hernia ini perawat harus menggunakan
prinsip etika otonomi dimana sebelum diadakan tindakan operasi keluarga dan pasien
harus ditanya terlebih dahulu setuju atau tidak (inform concern).
DAFTAR
PUSTAKA
Wong, Donna L at all ,
2008, Buku Ajar Keperawatan Pediatrik
, Volume 2 , EGC , Jakarta
Muttaqin,Arif dan
Sari,K , Gangguan Gastrointestinal
Aplikasi Askep Medikal Bedah
, Salemba Medika , Jakarta
http://www.sparkpeople.com/resource/health_az_detail.asp?AZ=235&Page=8
diakses pada tanggal 18 April 2012
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/22470068
di akses pada tanggal 18 April 2012
download askep disini
atau klik disini
http://www.tusfiles.net/3zpboa635is7
0 komentar :
Posting Komentar