Read more: http://www.uzumaki-popey.com/2013/01/cara-membuat-blog-agar-tidak-bisa-di.html#ixzz2QmnmosON

Pages

Kamis, 14 Februari 2013

Biologi Praktikum




1.      Bagian-bagian yang terpenting dari mikroskop dan fungsinya
Mengetahui akan bagian mikroskop dan fungsi dari masing-masing bagian adalah penting untuk dapat memilih mikroskop yang sesuai dengan tujuan penggunaanya.
Adapun bagian mikroskop yang memegang peranan dalam penggunaanya adalah :
a.     Bagian mikroskop yang mengatur pembesaran.
Nilai mikroskop ditentukan oleh daya pembesaran bayangan dari objek makin tinggi daya pembesaran makin tinggi pula nilai mikroskop. Pembesaran satu mikroskop bervariasi, tergantung kekuatan objektif dan okuler.
1)        Objektif
Objektif memegang peranan sangat penting dalam sistem lensa mikroskop.
Kebanyakan miroskop mempunyai tiga sampai empat buah objektif yang terpasang pada bagian bawah “body-tube” mikroskop,yang sewaktu-waktu dapat di ganti sesuai dengan kebeutuhan.
Pada objektif terdapat angka x5, x10, x20, x40 dan x100. Angka-angka ini menunjukkan pembesaran 5,10, 20,40 dan 100 kali. Khusus untuk x100 dalam pemakaian di  pergunakan minyak immersi yang di teteskan pada objek gelas.
X5, x10,x40,x20            dikenal sebagai low dry
X40, x45                         dikenal sebagai high dry
X97, x100            dikenal dalam pemakaian menggunakan “oil immersion”/ minyak immersi.
Ada angka lain yang tercantum pada objektif adalah Numerical aperture (N.A)maksimum 1 (satu). Lensa minyak immersi mempunyai N.A maksimum 1,5
Numerical aperture ( apertur numerik) : di singkat dengan N.A didefenisikan sebagai n sin a.
N =  Indeks bias medium antara objektif dan benda yang diamati
a=  Sudut setengah kerucut cahaya yang memenuhi bidang depan lensa objektif
2)        Okuler
Okuler  mikroskop atau eyepiece microscope terletak di atas tabung mikroskop yang dipakai pengamat untuk melihat bayangan yang berbentuk oleh lensa objektif.
Lensa pada okuler mempunyai fungsi membesarkan bayangan yang dihasilkan oleh objektif. Di atas atap okuler tertera x5, x10, x15.
Okuler dengan pembesaran x10 ke atas sangat baik bila dikombinasikan dengan objektif yang berkualitas tinggi. Apabila dengan objektif yang berkualitas rendah, pembesaran yang dihasilkan oleh okuler akan jelek.
Total pembesaran banyangan dari pengamatan benda adalah hasil perkalian antara pembesaran objektif dengan pembesaran okuler. Misalnya 0bjektif mempunyai pembesaran x40, okuler mempunyai pembesaran x5 maka total pembesaran yang dihasilkan adalah 200 kali.
3)        Tabung badan mikroskop (body tu be of microscope)
Tabungan badan mikroskop disebut pula draw tube / tabung gambar yang memisahkan objektif dengan okuler. Tiap mikroskop akan berfungsi baik apabila  mempunyai panjang tertentu. Apabila panjang tabung badan mikroskop dibuat lebih panjang dari ketentuan maka banyangan akan tampak buram.
Tabung badan mikroskop dibagi dalam dua macam yaitu tabung mekanis (mechanical tube) mempunyai panjang 160 mm. Dan tabung optik (optical tube ) mempunyai panjang kurang dari 160 mm.
b.     Bagian mikroskop yang mengatur cahaya
Bagian mikroskop yang mengatur cahaya adalah cermin datar, cermin cekung, kondensor dan diafragma iris, coarse/alat pengatur fokus secara kasar dan fine adjustment/alat pengaturan fokus secara halus.
1)        Cermin dipakai untuk menangkap cahaya dan merefek cahaya ketingkat berikutnya yaitu ke kondenser. Tiap mikroskop mempunyai dua buah cermin yaitu cermi datar dan cermin cekung. Dengan menggunakan objektif dengan pembesaran lemah sebaiknya menggunakan cermin cekung.
2)        Kondesor
Biasanya pengamat berusaha agar sumber cahaya misalnya lampu yang oleh cermin direfleksi pada kondeser dan untuk selanjutnya difokuskan oleh kondesor pada benda yang diamati. Dengan demikian seoah-olah benda yang di amati.
Kehler membuat sistem penyinaran yang lebih baik yaitu sumber cahaya di fokuskan pada afertur diafragma sedangkan diafragma mendan dari lensa kolektor difokuskan pada benda yang diamati.
Mikroskop yang di disaun untuk penyinaran kohler dilengkapai dengan:
a)    Lampu iluminasi, biasanya lampu bervoltase rendah
b)   Diafragma medan atau field stop.
c)    Apertur diafragma.
d)   Alat untuk mensentris kan penyinaran.
3)        Coarse dan fine adjusment
Alat untuk mengatur naik turunnya tabung tubuh mikoskop agar bayangan terfouskan, alat itu disebut coarse adjusment da fine adjusment.
Coarse adjusment sebaiknya jangan di putar kebawah untuk mencari fokus melainkan mula mula dalam posisi dibawah dekat dengan objek gelas, kemudian di putar keatas untuk mencari fokus.
Fine adjusment prinsipnya sama dengan coarse, hanya saja fine adjusment didisain untuk menaikkan atau menurunkan tabung tubuh mikroskop secara perlahan lahan.


2.      Perbedaan utama sel Prokaryotic dan sel Eukaryotic
a.    Sel Prokaryotic
Merupakan sel yang tidak memiliki mebran inti, berasal dari kata pro yang artinya sebelum dan karyon yang berarti inti. Kebanyakan sel ini adalah uniseluler.
Semua sel prokaryotic memiliki membrane plasma, nukleoid (berupa DNA dan RNA), dan sitoplasma yang mengandung ribosom. Sel prokaryotic tidak memiliki membrane inti, maka bahan inti yang ada di dalam sel mengadakan kontak langsung dengan protoplasma. Contoh sel jenis ini adalah bakteri dan cyanobacteria
Struktur sel prokaryotic:
1)      Dinding sel
2)      Membrane plasma
3)      Sitoplasma
4)      Mesosom
5)      Ribosom
6)      DNA (Asam Deoksiribonukleat)
7)      RNA (Asam Ribonukleat)



b.        Sel Eukariotik
Sel Eukariyatotik adalah sel yang memiliki selaput inti. Materi genetic sel ini tidak tersebar melainkan di bungkus selaput. Jenis-jenis sel ini meliputi: sel protista, sel hewan, sel tumbuhan dan sel fungi.
Struktur sel Eukaryotik
1)      Mitokondria
2)      Badan mikro
3)      Lisosom
4)      Kompleks golgi
5)      Ribosom
6)      Retikulum endoplasma
7)      Sentrisol
8)      Nukleolus
9)      Nukleus
10)  Membran palasma
11)  Sitopalasma
12)  Kloroplas berfungsi

Adapun perbedaan lainnya adalah sebagai berikut :
No
Organel
Prokariotik
Eukariotik
1
Membran Plasma
Ada
2
Sitoplasma
Ada
Ada
3
Ribosom
Ada
Ada
4
Dinding Sel
Ada
5
Mesosom
Ada
6
Nukleus
Ada
7
Retikulum Endoplasma
Ada
8
Sentriol
Ada
9
Lisosom
Ada
10
Kompleks Golgi
Ada
11
Mitokondria
Ada
12
Badan Mikro
Ada


3.      Organel yang aktif dalam metabolisme sel:
a.       Ribosom
Ribosom yang terdapat bebas dalam sitoplasma berfungsi untuk mengadakan sintesis protein yang akan di gunakan sendiri oleh sel yang nantinya akan di gunakan untuk pertumbuhan sel dan pembelahan sel. Ribosom yang menempel pada reticulum endoplasma berfungsi untuk mengadakan sintesis protein yang akan di keluarkan dari sel melalui organel yang mempunyai fungsi sekresi.
b.      Mitokondria
Peran mitokondria sangat penting dalam menjaga kelestarian kehidupan sel yaitu dengan menghasilkkan energy yang akan digunakan untuk menyelanggarakan/menjalankan fungsi sel.
c.       Retikulkulum endoplasma  
Fungsi reticulum endoplasma jenis ini diantaranya ialah:
1)   Sintesis lipid, kolesterol, dan hormone steroid
2)   Detoksikasi obat obatan dalam sel hati
3)   Pembentukan glikogen dalam sel hati dan otot
4)   Metabolism mineral
d.      Apparatus golgi
Fungsi dan kegiatan apparatus golgi ada beberapa macam yang terutama ialah untuk transportasi protein keluar sel. Fungsi lain apparatus golgi ialah dalam memelihara membrane plasma. Ini dapat terjadi karena vesikel sekretoris yang membawa protein keluar sel akan menempel pada membrane plasma sehingga isi vesicle sekretoris akan keluar dari dalam sel.
e.       Lisosom
Pada sel-sel kelenjar yang menghasilkan enzim-enzim tertentu  maka lisosom primer akan langsung menuju kepinggir sel dan akan menempel pada membrane plasma serta mengeluarkan enzim dari dalam sel. Sedangkan lisosom yang mengandung enzim-enzim hidrolitik akan menetap dalam sitoplasma dan akan berfungsi apabila ada bahan atau benda yang perlu dihancurkan.
Lisosom primer yang berasal dari vesikel sekretoris akan:
1.      Akan mengeluarkan enzim dalam sel
2.      Fusi dengan mitokondria yang telah mati
3.      Fusi dengan vesikel pinositosis
4.      Fusi dengan fagosom
5.      Fusi dengan lisosom lain untuk membenruk badan multi seluler
f.       Sentriol
Organel sel ini merupakan organel yang tidak ikut aktif dalam memetabolisme sel tetapi memegang peranan penting dalam proses pembelahan sel, sentriol ini masing-masing akan diikuti oleh bagian-bagian inti/kromosom yang kemudian akan membentuk inti baru yang berjumlah 2 buah.
g.      Mikrotubuli
Fungsinya dalam selnya adalah :
1)      Sebagai kerangka sel dalam
2)      Dalam sel saraf membentuk berkas dengan arah tetentu dan berfungsi sebagai alat transportasi partikel dan makromolekul
3)      Mempunyai hubungan dan fungsi gerakan sel baik gerakan silia maupun flagel
4)      Mempunyai fungsi penting dalam pembelahan sel.


h.      Fibril
Berfungsi untuk menghantar rangsangan dari satu bagian sel kebagian sel yang lain sehingga rangsangan dapat disampaikan dari satu sel saraf ke sel saraf lainnya.
i.        Mikrobodies
Berfungsi untuk menyimpan hydrogen perokisida yang berbahaya bagi sitoplasma untnuk kemudian diubah menjadi air oleh adanya enzim-enzim yang ada didalamnya.

4.      Perkembangan Ovum pada proses Oogenesis


Oogenesis adalah proses pembentukan sel telur (ovum) di dalam ovarium. Oogenesis dimulai dengan pembentukan bakal sel-sel telur yang disebut oogonia (tunggal: oogonium). Pembentukan sel telur pada manusia dimulai sejak di dalam kandungan, yaitu di dalam ovari fetus perempuan. Pada akhir bulan ketiga usia fetus, semua oogonia yang bersifat diploid telah selesai dibentuk dan siap memasuki tahap pembelahan. Semula oogonia membelah secara mitosis menghasilkan oosit primer. Pada perkembangan fetus selanjutnya, semua oosit primer membelah secara miosis, tetapi hanya sampai fase profase. Pembelahan miosis tersebut berhenti hingga bayi perempuan dilahirkan, ovariumnya mampu menghasilkan sekitar 2 juta oosit primer mengalami kematian setiap hari sampai masa pubertas. Memasuki masa pubertas, oosit melanjutkan pembelahan miosis I. hasil pembelahan tersebut berupa dua sel haploid, satu sel yang besar disebut oosit sekunder dan satu sel berukuran lebih kecil disebut badan kutub primer.
Pada tahap selanjutnya, oosit sekunder dan badan kutub primer akan mengalami pembelahan miosis II. Pada saat itu, oosit sekunder akan membelah menjadi dua sel, yaitu satu sel berukuran normal disebut ootid dan satu lagi berukuran lebih kecil disebut badan polar sekunder. Badan kutub tersebut bergabung dengan dua badan kutub sekunder lainnya yang berasal dari pembelahan badan kutub primer sehingga diperoleh tiga badan kutub sekunder. Ootid mengalami perkembangan lebih lanjut menjadi ovum matang, sedangkan ketiga badan kutub mengalami degenerasi (hancur). Dengan demikian dapat disimpulkan  bahwa pada oogenesis hanya menghasilkan satu ovum. 

Proses Pembentukan Sel Telur (Ovum)
Ovarium menghasilkan ovum. Proses pembentukan ovum di dalam ovarium disebut oogenesis. Pada ovarium yang ada di dalam tubuh embrio atau fetus terdapat sekitar 600.000 buah sel induk telur atau disebut oogonium. Pada saat umur fetus (embrio) lima bulan, oogonium memperbanyak diri secara mitosis, membentuk kurang lebih 7 juta oosit primer. Pada saat embrio (fetus) umur 6 bulan, oosit primer dalam tahap meiosis (profase I). Setelah itu, terjadi pengurangan jumlah oosit primer sampai lahir. Pada saat lahir dua ovarium mengandung 2 juta oosit primer. Selanjutnya, oosit primer yang sedang tahap membelah tersebut istirahat sampai masa pubertas. Pada waktu anak berumur 7 tahun jumlahnya susut lagi menjadi sekitar 300.000 – 400.000 oosit primer. Dari kira-kira 2 juta oosit pada dua ovarium hanya 400 buah yang akan menjadi folikel matang. Folikel matang berupa kantung kecil dengan dinding sel-sel epitel di dalam berisi satu sel telur. Folikel menghasilkan hormon estrogen. Tiap bulan dilepas satu ovum dari sebuah folikel mulai dari seorang wanita mengalami puber sampai menopause. Setiap ovarium menghasilkan sekitar 20.000 folikel matang. Sekitar 400.000 dari dua ovarium dapat mematangkan sel telur selama wanita melewati masa subur. Folikel lainnya mengalami degenerasi. Oogenesis dan ovulasi terjadi sekali dalam sebulan, bergiliran antara ovarium kiri dan ovarium kanan.
Sejak masa embrio hingga dewasa, oogonia (sel induk telur) di dalam ovarium mengalami perkembangan. Oogonium pada masa embrio ini memperbanyak diri secara mitosis membentuk oosit primer. Saat embrio berusia 6 bulan, oosit primer mengalami meiosis I dan berhenti pada fase profase. Kemudian oosit primer ini berhenti membelah hingga masa pubertas.

5.      Perkembangan sel kelamin jantan (sperma) pada proses spermatogenesis tikus :
Sperma diproduksi oleh organ yang bernama testis dalam kantung zakar. Hal ini menyebabkan testis terasa lebih dingin dibandingkan anggota tubuh lainnya. Pembentukan sperma berjalan lambat pada suhu normal, tapi terus-menerus terjadi pada suhu yang lebih rendah dalam kantung zakar.
Pada tubulus seminiferus testis terdapat sel-sel induk spermatozoa atau spermatogonium. Selain itu juga terdapat sel Sertoli yang berfungsi memberi makan spermatozoa juga sel Leydig yang terdapat di antara tubulus seminiferus. Sel Leydig berfungsi menghasilkan testosteron.
Spermatogonium berkembang menjadi sel spermatosit primer. Sel spermatosit primer bermiosis menghasilkan spermatosit sekunder. Spermatosit sekunder membelah lagi menghasilkan spermatid. Spermatid berdeferensiasi menjadi spermatozoa masak. Bila spermatogenesis sudah selesai, maka ABP(Androgen Binding Protein) testosteron tidak diperlukan lagi, sel Sertoli akan menghasilkan hormon inhibin untuk memberi umpan balik kepada hiposis agar menghentikan sekresi FSH dan LH.
Kemudian spermatozoa akan keluar melalui uretra bersama-sama dengan cairan yang dihasilkan oleh kelenjar vesikula seminalis, kelenjar prostat, dan kelenjar Cowper. Spermatozoa bersama cairan dari kelenjar-kelenjar tersebut dikenal sebagai semen atau air mani. Pada waktu ejakulasi, seorang laki-laki dapat mengeluarkan 300 – 400 juta sel spermatozoa. Pada laki-laki, spermatogenesis terjadi seumur hidup dan pelepasan spermatozoa dapat terjadi setiap saat.
Pada akhir proses, terjadi pertumbuhan dan perkembangan atau diferensiasi yang rumit, tetapi bukan pembelahan sel, yaitu mengubah spermatid menjadi sperma yang fungsional. Nukleus mengecil dan menjadi kepala sperma, sedangkan sebagian besar sitoplasma dibuang. Sperma ini mengandung enzim yang memegang peranan dalam menembus membran sel telur.
Spermatogenesis terjadi secara diklik di semua bagian tubulus seminiferus. Di setiap satu bagian tubulus, berbagai tahapan tersebut berlangsung secara berurutan. Pada bagian tubulus yang berdekatan, sel cenderung berada dalam satu tahapan lebih maju atau lebih dini. Pada manusia, perkembangan spermatogonium menjadi sperma matang membutuhkan waktu 16 hari. Spermatogenesis dipengaruhi oleh hormon gonadotropin, Follicle Stimulating Hormone (FSH), Luteinizing hormone (LH), dan hormon testosteron.
Sudah dijelaskan sebelumnya bahwa sperma diproduksi oleh tubulus seminiferus. Hal yang mengagumkan dari kerja tubulus seminiferus ini adalah mampu memproduksi sperma setiap hari sekitar 100 juta spermatozoa. Jumlah yang normal spermatozoa berkisar antara 35 – 200 juta, tetapi mungkin pada seseorang hanya memproduksi kurang dari 20 juta, maka orang tersebut dapat dikatakan kurang subur. Biasanya faktor usia sangat berpengaruh terhadap produksi sperma. Seorang laki-laki yang berusia lebih dari 55 tahun produksi spermanya berangsur-angsur menurun. Pada usia di atas 90 tahun, seseorang akan kehilangan tingkat kesuburan.
Selain usia, faktor lain yang mengurangi kesuburan adalah frekuensi melakukan hubungan kelamin. Seseorang yang sering melakukan hubungan kelamin akan berkurang kesuburannya. Hal ini disebabkan karena sperma belum sempat dewasa sehingga tidak dapat membuahi sel telur. Berkebalikan dengan hal itu, apabila sperma tidak pernah dikeluarkan maka spermatozoa yang telah tua akan mati lalu diserap oleh tubuh.

6.      Sistem Penggolongan Darah ( ABO, MN, Rhesus )
Golongan darah manusia dibagi menjadi beberapa macam. Hal ini dapat dilihat dari aglutinogen (antigen) dan aglutinin (antibodi ) yang terkandung dalam darah seseorang. Penggolongan darah ini pertama kali ditemukan oleh Dr. Lendsteiner dan Donath. Di dalam darah manusia terdapat aglutinogen (antigen) pada eritrosit dan aglutinin (antibodi ) yang terdapat di dalam plasma darah.
Penemuan Karl Landsteiner diawali dari penelitiannya, yaitu ketika eritrosit seseorang dicampur dengan serum darah orang lain, maka terjadi penggumpalan (aglutinasi). Tetapi pada orang selanjutnya, campuran itu tidak menyebabkan penggumpalan darah. Aglutinogen (aglutinin) yang terdapat pada eritrosit orang tertentu dapat bereaksi dengan zat aglutinin (antibodi) yang terdapat pada serum darah. Aglutinogen dibedakan menjadi dua yaitu:
a.       Aglutinogen A : memiliki enzim glikosil transferase yang mengandung glutiasetil glukosamin pada rangka glikoproteinnya.
b.      Aglutinogen B : memiliki enzim galaktose pada rangka glikoproteinnya. Aglutinin dibedakan menjadi aglutinin α dan β .

Darah seseorang memungkinkan dapat mengandung aglutinogen A saja atau aglutinogen B saja. Tetapi kemungkinan juga dapat mengandung aglutinogen A dan B. Ada juga yang tidak mengandung aglutinogen sama sekali. Adanya aglutinogen dan aglutinin inilah yang menjadi dasar penggolongan darah manusia berdasarkan sistem ABO.

Menurut sistem ABO, golongan darah manusia dibedakan menjadi empat, yaitu sebagai berikut :
No
Golongan
Darah
Keterangan
1.
A
Apabila di dalam sel darah seseorang mengandung aglutinogen A dan serumnya mengandung agglutinin β sehingga dapat dirumuskan (A, β)
2.
B
Apabila di dalam sel darah seseorang terdapat aglutinogen B, sedangkan dalam serumnya terdapat agglutinin α sehingga dirumuskan (B, α)
3.
AB
Apabila di dalam sel darah seseorang terdapat aglutinogen A dan B, sedangkan di dalam serumnya tidak mengandung agglutinin, sehingga dapat dirumuskan (AB,—)
4.
O
Apabila di dalamsel darah seseorang tidak mengandung aglutinogen dan serumnya mengandung α dan β, sehingga dapat dirumuskan (—,α,β)

Penggolongan darah pada manusia maupun hewan selain dengan sistem ABO, juga dapat digolongkan berdasarkan sistem MN. Hal ini didasarkan pada hasil penemuan antigen baru oleh K. Landsteiner dan P. Levine pada tahun 1927 pada eritrosit. Antigen ini oleh Landsteiner dan Levin diberi nama antigen M dan antigen N. Sama halnya dengan sistem ABO, apabila di dalam eritrosit seseorang terdapat antigen M maka golongan darah orang tersebut disebut golongan darah M, apabila di dalam eritrosit seseorang yang lain terdapat antigen N maka golongan darah orang tersebut disebut golongan darah N, dan apabila sesorang yang lain lagi memiliki kedua antigen tersebut (MN) maka orang tersebut bergolongan darah MN.

Di dalam eritrosit, antigen M dan N dikendalikan oleh sebuah gen yang memiliki alela ganda, yaitu alela LM yang mengendalikan antigen M dan alela LN yang mengendalikan antigen N. Pada penggolongan darah MN ini tidak terdapat dominansi antara alela LM dan alela LN, artinya apabila seseorang memiliki kedua antigen tersebut (M dan N) maka orang itu bergolongan darah MN.

Untuk pewarisan golongan darah MN parental kepada filiusnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
No
Parenteral
Genotif
Gamet
Filius
Golongan
Darah
Persentase
1.
Ayah
MN
M
25%

Ibu
MN
2MN
50%





N
25%
2.
Ayah
MN
MN
50%

Ibu
N
N
50%

Landsteiner dan A.S. Weiner pada tahun 1946 menemukan antigen tertentu dalam darah Maccacus rhesus, yang diberi nama antigen rhesus (Rh). Antigen ini jugaditemukan dalamsel darah merah manusia, sehingga darah manusia di golongkanmenjadi 2 yaitu Rh+ dan Rh:
a.         Orang bergolongan Rh+ : Bila di dalam eritrositnya terkandung aglutinogen Rhesus, yang 85% dimiliki orang berkulit berwarna.
b.        Orang bergolongan Rh- : Bila dalam eritrositnya tidak terdapat aglutinogen Rhesus, yang 85% dimiliki orang berkulit putih.

Adanya antigen Rh di dalamdarah dikendalikan oleh gen IRh, yang dominan terhadap Irh. Sehingga genotif orang menurut sistem Rh ini dapat dibedakan atas :
Fenotif
Genotif
Macam Gamet
,
Seorang ibu yang Rh+ mengandung embrio bergolongan Rh- atau Rh+, kemungkinan anaknya akan lahir dengan selamat, dalam arti tidak terjadi gangguan darah karena faktor Rh, tetapi pada ibu yang bergolongan darah Rh- :
a.       Bila mengandung embrio Rh-, embrio tidak akan mengalami gangguan apapun dan mungkin lahir dengan selamat
b.      Bila mengandung embrio Rh+, kemungkinan kandungan pertama akan lahir dengan selamat, artinya tidak mengalami gangguan karena sistem Rh ini. Tetapi pada waktu bayi ini lahir dalam rahim ibu kemungkinan akan tertinggal antigen Rh yang dapat ikut peredaran darah ibu, sehingga dalam tubuh ibu akan terbentuk zat anti Rh.
Apabila bayi bergolongan Rh+ berada dalam kandungan ibu bergolongan RH-, dimana darah ibu sudah terbentuk zat anti Rh+, maka tubuh bayi akan kemasukan zat anti Rh+, dan anak itu akan menderita penyakit kuning atau anemia berat sejak lahir yang disebut erythroblastosis foetalis (sel darah merahnya tidak dapat dewasa) yang ditandai dengan :
a.       tubuh menggembung oleh cairan
b.      hati dan limpha membengkak
c.       dalam darah banyak erithroblast (eritrosit yang belum masak yang dya ikatanya terhadap oksigen berkurang )
d.      kulit berwarna kuning keemasan

Hal ini dapat terjadi karena zat anti Rh dari ibu masuk ke sistem peredaran darahanak, sehingga zat anti Rh tersebut bertemu dengan antigen Rh. Bayi yangmengalami gangguan ini biasanya tidak berumur panjang. Tetapi kondisi ini sekarang dapat ditolong dengan jalan mengganti seluruh darahnya dengan darahyang normal.

Eritrosit atau sel darah merah memiliki permukaan yang disetting secara beragam. Pada dasarnya permukaan tersebut terdiri dari struktur protein dan karbohidrat dengan beraneka macam jenis antigen permukaan. Antigen permukaan ini disebut aglutinogen. Jumlahnya sangat banyak, lebih dari 700 buah. Antigen permukaan ini apabila berikatan dengan antibodi yang cocok dengannya, akan mengakibatkan terjadinya aglutinasi dan hemolisis dari eritrosit tersebut. Antibodi ini disebut aglutinin. Dahulunya hal ini tidak diketahui, sehingga ketika dilakukan donor darah banyak resipien yang mengalami kelainan yang berujung kepada kematian. Pada tahun 1901, Ilmuwan Australia, Karl Landsteiner akhirnya melakukan serangkaian percobaan dan menemukan penggolongan darah yang saat ini sudah dikenal luas yaitu Sistem ABO. Selanjutnya pada tahun 1923 Karl Landsteiner dengan rekannya Alexander S.Wienner menemukan sistem Rhesus.

Dasar penggolongan pada sistem ABO dan Rhesus sebenarnya sama, yakni presentasi antigen permukaan yang terdapat di eritrosit. Di dalam tubuh kita, Allah swt telah menciptakan aglutinogen dan aglutinin eritrosit yang berbeda sehingga tidak menimbulkan autolisis. 
Untuk sistem ABO, rinciannya adalah sebagai berikut:
a.       Golongan darah A: memiliki aglutinogen A dan aglutinin anti-B
b.       Golongan darah B: memiliki aglutinogen B dan aglutinin anti-A
c.        Golongan darah AB: memiliki aglutinogen A dan B, dan tidak mempunyai agglutinin
d.       Golongan darah O: tidak memiliki aglutinogen, dan aglutininnya anti-A dan anti-B

Untuk ABO, aglutininnya adalah antibodi Ig-M. Struktur molekulnya relatif besar. Sehingga pada ibu dan anak yang dikandungnya, tidak akan terjadi ABO inkompatibiliti fetal atau maternal, karena antibodi Ig-M janin maupun ibu tidak akan lewat di sawar plasenta karena ukurannya yang lebih besar.
Aglutiongen ABO ini diturunkan dari orang tua secara genetik, sesuai dengan hukum Mendel. Sistem ABO diatur oleh sebuah gen, yang terdiri dari 3 macam alel, IA, IB, dan I0, dimana IA dan IB adalah alel yang dominan. Rinciannya sebagai berikut:
a.       Golongan darah A: memiliki gen IAIA atau IAI0
b.       Golongan darah B: memiliki gen IBIB atau IBI0
c.        Golongan darah AB: memiliki gen IAIB
d.       Golongan darah O: memiliki gen I0I0

Golongan darah A sekarang ini telah terbagi menjadi dua golongan akibat mutasi gen, yaitu A1 dan A2. A1 adalah golongan A yang mana antigen A-nya bereaksi kuat dengan antibodi anti-A, sedangkan A2 adalah golongan A yang antigen A-nya bereaksi lemah dengan antibodi anti-A, sehingga jika di tes golongan darahnya dengan antisera (antibodi buatan) sering disangka golongan O padahal dia A, atau B padahal dia AB. Untuk itu diperlukan antisera anti AB untuk membedakan keduanya.
Untuk sistem Rhesus, penggolongannya dibedakan menjadi dua, positif atau negatif. 
a.       Rhesus positif : memiliki aglutinogen Rh pada eritrositnya, tanpa aglutinin anti-Rh / anti-D.
b.       Rhesus negatif: tidak ada aglutinogen Rh, tapi pada 90% orang ada aglutinin anti-Rh / anti-D.
Prinsipnya sama dengan ABO, akan tetapi pada penggolongan Rhesus ini, antibodi anti-D itu adalah golongan dari antibodi IgG yang ukurannya relatif lebih kecil dan bisa melewati sawar darah plasenta, sehingga memungkinkan terjadinya inkompatibilitas pada ibu yang Rhnya negatif dengan janinnya yang Rh positif (eritroblastosis fetalis). Akan tetapi sensitisasi antibodi ini baru akan menghasilkan reaksi untuk pemaparan antigen Rh untuk kedua kalinya, sehingga eritroblastosis fetalis baru akan terjadi pada janin kedua dari ibu Rh negatif.

DAFTAR PUSTAKA

Aditya Marianti, Sumadi.  (2007). Biologi Sel. Graha Ilmu. Yogyakarta

Gabriel, J.F. 1996. Fisika Kedokteran. Jakarta : EGC.

Juniarto, Achmad Zulfa. 2002. Biologi Sel. Jakarta : EGC

       Purnomo.dkk. 2006. Biologi 2a untuk kelas XI SMA dan MA. Jakarta: Sunda Kelapa Pustaka.

       Syamsuri, Istamar. dkk. 2004. Biologi Jilid 1A Untuk SMA Kelas X Semester 1. Jakarta: Erlangga.




0 komentar :

Posting Komentar

 

Blogger news

English French German Spain Italian Dutch

Russian Brazil Japanese Korean Arabic Chinese Simplified
Translate Widget by Google

Blogroll

Widget edited by super-bee

About