1. Bagian-bagian
yang terpenting dari mikroskop dan fungsinya
Mengetahui akan bagian
mikroskop dan fungsi dari masing-masing bagian adalah penting untuk dapat
memilih mikroskop yang sesuai dengan tujuan penggunaanya.
Adapun bagian mikroskop
yang memegang peranan dalam penggunaanya adalah :
a.
Bagian mikroskop yang
mengatur pembesaran.
Nilai
mikroskop ditentukan oleh daya pembesaran bayangan dari objek makin tinggi daya
pembesaran makin tinggi pula nilai mikroskop. Pembesaran satu mikroskop
bervariasi, tergantung kekuatan objektif dan okuler.
1)
Objektif
Objektif memegang
peranan sangat penting dalam sistem lensa mikroskop.
Kebanyakan miroskop
mempunyai tiga sampai empat buah objektif yang terpasang pada bagian bawah
“body-tube” mikroskop,yang sewaktu-waktu dapat di ganti sesuai dengan
kebeutuhan.
Pada objektif terdapat
angka x5, x10, x20, x40 dan x100. Angka-angka ini menunjukkan pembesaran 5,10,
20,40 dan 100 kali. Khusus untuk x100 dalam pemakaian di pergunakan minyak immersi yang di teteskan
pada objek gelas.
X5, x10,x40,x20 dikenal sebagai low dry
X40,
x45 dikenal
sebagai high dry
X97,
x100 dikenal dalam pemakaian
menggunakan “oil immersion”/ minyak immersi.
Ada
angka lain yang tercantum pada objektif adalah Numerical aperture (N.A)maksimum
1 (satu). Lensa minyak immersi mempunyai N.A maksimum 1,5
Numerical
aperture ( apertur numerik) : di singkat dengan N.A didefenisikan sebagai n sin
a.
N
= Indeks bias medium antara objektif dan
benda yang diamati
a= Sudut setengah kerucut cahaya yang memenuhi
bidang depan lensa objektif
2)
Okuler
Okuler mikroskop atau eyepiece microscope terletak di atas tabung mikroskop yang dipakai
pengamat untuk melihat bayangan yang berbentuk oleh lensa objektif.
Lensa pada okuler
mempunyai fungsi membesarkan bayangan yang dihasilkan oleh objektif. Di atas
atap okuler tertera x5, x10, x15.
Okuler dengan
pembesaran x10 ke atas sangat baik bila dikombinasikan dengan objektif yang
berkualitas tinggi. Apabila dengan objektif yang berkualitas rendah, pembesaran
yang dihasilkan oleh okuler akan jelek.
Total pembesaran
banyangan dari pengamatan benda adalah hasil perkalian antara pembesaran
objektif dengan pembesaran okuler. Misalnya 0bjektif mempunyai pembesaran x40,
okuler mempunyai pembesaran x5 maka total pembesaran yang dihasilkan adalah 200
kali.
3)
Tabung badan mikroskop
(body tu be of microscope)
Tabungan badan
mikroskop disebut pula draw tube / tabung gambar yang memisahkan objektif
dengan okuler. Tiap mikroskop akan berfungsi baik apabila mempunyai panjang tertentu. Apabila panjang
tabung badan mikroskop dibuat lebih panjang dari ketentuan maka banyangan akan
tampak buram.
Tabung badan mikroskop
dibagi dalam dua macam yaitu tabung mekanis (mechanical tube) mempunyai panjang
160 mm. Dan tabung optik (optical tube ) mempunyai panjang kurang dari 160 mm.
b.
Bagian mikroskop yang
mengatur cahaya
Bagian mikroskop yang
mengatur cahaya adalah cermin datar, cermin cekung, kondensor dan diafragma
iris, coarse/alat pengatur fokus secara kasar dan fine adjustment/alat
pengaturan fokus secara halus.
1)
Cermin dipakai untuk
menangkap cahaya dan merefek cahaya ketingkat berikutnya yaitu ke kondenser.
Tiap mikroskop mempunyai dua buah cermin yaitu cermi datar dan cermin cekung.
Dengan menggunakan objektif dengan pembesaran lemah sebaiknya menggunakan
cermin cekung.
2)
Kondesor
Biasanya pengamat
berusaha agar sumber cahaya misalnya lampu yang oleh cermin direfleksi pada
kondeser dan untuk selanjutnya difokuskan oleh kondesor pada benda yang
diamati. Dengan demikian seoah-olah benda yang di amati.
Kehler membuat sistem
penyinaran yang lebih baik yaitu sumber cahaya di fokuskan pada afertur
diafragma sedangkan diafragma mendan dari lensa kolektor difokuskan pada benda
yang diamati.
Mikroskop yang di
disaun untuk penyinaran kohler dilengkapai dengan:
a) Lampu
iluminasi, biasanya lampu bervoltase rendah
b) Diafragma
medan atau field stop.
c) Apertur
diafragma.
d) Alat
untuk mensentris kan penyinaran.
3)
Coarse dan fine
adjusment
Alat untuk mengatur
naik turunnya tabung tubuh mikoskop agar bayangan terfouskan, alat itu disebut
coarse adjusment da fine adjusment.
Coarse adjusment
sebaiknya jangan di putar kebawah untuk mencari fokus melainkan mula mula dalam
posisi dibawah dekat dengan objek gelas, kemudian di putar keatas untuk mencari
fokus.
Fine adjusment
prinsipnya sama dengan coarse, hanya saja fine adjusment didisain untuk
menaikkan atau menurunkan tabung tubuh mikroskop secara perlahan lahan.
2.
Perbedaan utama
sel Prokaryotic dan sel Eukaryotic
a.
Sel Prokaryotic
Merupakan sel yang tidak memiliki mebran inti, berasal
dari kata pro yang artinya sebelum dan karyon yang berarti inti. Kebanyakan sel
ini adalah uniseluler.
Semua sel prokaryotic memiliki membrane plasma,
nukleoid (berupa DNA dan RNA), dan sitoplasma yang mengandung ribosom. Sel
prokaryotic tidak memiliki membrane inti, maka bahan inti yang ada di dalam sel
mengadakan kontak langsung dengan protoplasma. Contoh sel jenis ini adalah
bakteri dan cyanobacteria
Struktur sel prokaryotic:
1)
Dinding sel
2)
Membrane plasma
3)
Sitoplasma
4)
Mesosom
5)
Ribosom
6)
DNA (Asam
Deoksiribonukleat)
7)
RNA (Asam
Ribonukleat)
b.
Sel
Eukariotik
Sel Eukariyatotik adalah sel yang memiliki selaput
inti. Materi genetic sel ini tidak tersebar melainkan di bungkus selaput.
Jenis-jenis sel ini meliputi: sel protista, sel hewan, sel tumbuhan dan sel
fungi.
Struktur sel Eukaryotik
1)
Mitokondria
2) Badan mikro
3) Lisosom
4) Kompleks golgi
5) Ribosom
6) Retikulum endoplasma
7) Sentrisol
8) Nukleolus
9) Nukleus
10) Membran palasma
11) Sitopalasma
12) Kloroplas berfungsi
Adapun perbedaan
lainnya adalah sebagai berikut :
No
|
Organel
|
Prokariotik
|
Eukariotik
|
1
|
Membran Plasma
|
Ada
|
|
2
|
Sitoplasma
|
Ada
|
Ada
|
3
|
Ribosom
|
Ada
|
Ada
|
4
|
Dinding Sel
|
Ada
|
|
5
|
Mesosom
|
Ada
|
|
6
|
Nukleus
|
Ada
|
|
7
|
Retikulum Endoplasma
|
Ada
|
|
8
|
Sentriol
|
Ada
|
|
9
|
Lisosom
|
Ada
|
|
10
|
Kompleks Golgi
|
Ada
|
|
11
|
Mitokondria
|
Ada
|
|
12
|
Badan Mikro
|
Ada
|
3. Organel
yang aktif dalam metabolisme sel:
a. Ribosom
Ribosom
yang terdapat bebas dalam sitoplasma berfungsi untuk mengadakan sintesis
protein yang akan di gunakan sendiri oleh sel yang nantinya akan di gunakan
untuk pertumbuhan sel dan pembelahan sel. Ribosom yang menempel pada reticulum
endoplasma berfungsi untuk mengadakan sintesis protein yang akan di keluarkan
dari sel melalui organel yang mempunyai fungsi sekresi.
b. Mitokondria
Peran
mitokondria sangat penting dalam menjaga kelestarian kehidupan sel yaitu dengan
menghasilkkan energy yang akan digunakan untuk menyelanggarakan/menjalankan
fungsi sel.
c. Retikulkulum
endoplasma
Fungsi
reticulum endoplasma jenis ini diantaranya ialah:
1) Sintesis
lipid, kolesterol, dan hormone steroid
2) Detoksikasi
obat obatan dalam sel hati
3) Pembentukan
glikogen dalam sel hati dan otot
4) Metabolism
mineral
d. Apparatus
golgi
Fungsi dan kegiatan
apparatus golgi ada beberapa macam yang terutama ialah untuk transportasi
protein keluar sel. Fungsi lain apparatus golgi ialah dalam memelihara membrane
plasma. Ini dapat terjadi karena vesikel sekretoris yang membawa protein keluar
sel akan menempel pada membrane plasma sehingga isi vesicle sekretoris akan
keluar dari dalam sel.
e. Lisosom
Pada
sel-sel kelenjar yang menghasilkan enzim-enzim tertentu maka lisosom primer akan langsung menuju
kepinggir sel dan akan menempel pada membrane plasma serta mengeluarkan enzim
dari dalam sel. Sedangkan lisosom yang mengandung enzim-enzim hidrolitik akan
menetap dalam sitoplasma dan akan berfungsi apabila ada bahan atau benda yang
perlu dihancurkan.
Lisosom
primer yang berasal dari vesikel sekretoris akan:
1. Akan
mengeluarkan enzim dalam sel
2. Fusi
dengan mitokondria yang telah mati
3. Fusi
dengan vesikel pinositosis
4. Fusi
dengan fagosom
5. Fusi
dengan lisosom lain untuk membenruk badan multi seluler
f. Sentriol
Organel sel ini
merupakan organel yang tidak ikut aktif dalam memetabolisme sel tetapi memegang
peranan penting dalam proses pembelahan sel, sentriol ini masing-masing akan
diikuti oleh bagian-bagian inti/kromosom yang kemudian akan membentuk inti baru
yang berjumlah 2 buah.
g. Mikrotubuli
Fungsinya dalam selnya
adalah :
1) Sebagai
kerangka sel dalam
2) Dalam
sel saraf membentuk berkas dengan arah tetentu dan berfungsi sebagai alat
transportasi partikel dan makromolekul
3) Mempunyai
hubungan dan fungsi gerakan sel baik gerakan silia maupun flagel
4) Mempunyai
fungsi penting dalam pembelahan sel.
h. Fibril
Berfungsi untuk
menghantar rangsangan dari satu bagian sel kebagian sel yang lain sehingga
rangsangan dapat disampaikan dari satu sel saraf ke sel saraf lainnya.
i.
Mikrobodies
Berfungsi untuk
menyimpan hydrogen perokisida yang berbahaya bagi sitoplasma untnuk kemudian
diubah menjadi air oleh adanya enzim-enzim yang ada didalamnya.
4.
Perkembangan
Ovum pada proses Oogenesis
Oogenesis adalah proses pembentukan
sel telur (ovum) di dalam ovarium. Oogenesis dimulai dengan pembentukan bakal
sel-sel telur yang disebut oogonia (tunggal: oogonium). Pembentukan sel telur
pada manusia dimulai sejak di dalam kandungan, yaitu di dalam ovari fetus perempuan.
Pada akhir bulan ketiga usia fetus, semua oogonia yang bersifat diploid telah
selesai dibentuk dan siap memasuki tahap pembelahan. Semula oogonia membelah secara mitosis menghasilkan
oosit primer. Pada perkembangan fetus
selanjutnya, semua oosit primer membelah secara miosis, tetapi hanya sampai
fase profase. Pembelahan miosis tersebut berhenti hingga bayi perempuan
dilahirkan, ovariumnya mampu menghasilkan sekitar 2 juta oosit primer mengalami
kematian setiap hari sampai masa pubertas. Memasuki masa pubertas, oosit melanjutkan pembelahan
miosis I. hasil pembelahan tersebut berupa dua sel haploid, satu sel yang besar
disebut oosit sekunder dan satu sel berukuran lebih kecil disebut badan kutub
primer.
Pada tahap selanjutnya,
oosit sekunder dan badan kutub primer akan
mengalami pembelahan miosis II. Pada saat itu, oosit sekunder akan
membelah menjadi dua sel, yaitu satu sel berukuran normal disebut ootid dan
satu lagi berukuran lebih kecil disebut badan polar sekunder. Badan kutub
tersebut bergabung dengan dua badan kutub sekunder lainnya yang berasal dari
pembelahan badan kutub primer sehingga diperoleh tiga badan kutub sekunder.
Ootid mengalami perkembangan lebih lanjut menjadi ovum matang, sedangkan ketiga
badan kutub mengalami degenerasi (hancur). Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa pada oogenesis hanya menghasilkan satu ovum.
Proses
Pembentukan Sel Telur (Ovum)
Ovarium
menghasilkan ovum. Proses pembentukan ovum di dalam ovarium disebut oogenesis.
Pada ovarium yang ada di dalam tubuh embrio atau fetus terdapat sekitar 600.000
buah sel induk telur atau disebut oogonium. Pada saat umur fetus
(embrio) lima bulan, oogonium memperbanyak diri secara mitosis, membentuk
kurang lebih 7 juta oosit primer. Pada saat embrio (fetus) umur 6 bulan, oosit
primer dalam tahap meiosis (profase I). Setelah itu, terjadi pengurangan jumlah
oosit primer sampai lahir. Pada saat lahir dua ovarium mengandung 2 juta oosit
primer. Selanjutnya, oosit primer yang sedang tahap membelah tersebut istirahat
sampai masa pubertas. Pada waktu anak berumur 7 tahun jumlahnya susut lagi
menjadi sekitar 300.000 – 400.000 oosit primer. Dari kira-kira 2 juta oosit
pada dua ovarium hanya 400 buah yang akan menjadi folikel matang. Folikel
matang berupa kantung kecil dengan dinding sel-sel epitel di dalam berisi satu
sel telur. Folikel menghasilkan hormon estrogen. Tiap bulan dilepas satu ovum dari
sebuah folikel mulai dari seorang wanita mengalami puber sampai menopause.
Setiap ovarium menghasilkan sekitar 20.000 folikel matang. Sekitar 400.000 dari
dua ovarium dapat mematangkan sel telur selama wanita melewati masa subur.
Folikel lainnya mengalami degenerasi. Oogenesis dan ovulasi terjadi sekali
dalam sebulan, bergiliran antara ovarium kiri dan ovarium kanan.
Sejak
masa embrio hingga dewasa, oogonia (sel induk telur) di dalam ovarium mengalami
perkembangan. Oogonium pada masa embrio ini memperbanyak diri secara mitosis
membentuk oosit primer. Saat embrio berusia 6 bulan, oosit primer mengalami
meiosis I dan berhenti pada fase profase. Kemudian oosit primer ini berhenti
membelah hingga masa pubertas.
5.
Perkembangan
sel kelamin jantan (sperma) pada proses spermatogenesis tikus :
Sperma diproduksi oleh organ yang bernama
testis dalam kantung zakar. Hal ini menyebabkan testis terasa lebih dingin
dibandingkan anggota tubuh lainnya. Pembentukan sperma berjalan lambat pada
suhu normal, tapi terus-menerus terjadi pada suhu yang lebih rendah dalam
kantung zakar.
Pada tubulus seminiferus testis terdapat
sel-sel induk spermatozoa atau spermatogonium. Selain itu juga terdapat sel
Sertoli yang berfungsi memberi makan spermatozoa juga sel Leydig yang terdapat
di antara tubulus seminiferus. Sel Leydig berfungsi menghasilkan testosteron.
Spermatogonium berkembang menjadi sel
spermatosit primer. Sel spermatosit primer bermiosis menghasilkan spermatosit
sekunder. Spermatosit sekunder membelah lagi menghasilkan spermatid. Spermatid
berdeferensiasi menjadi spermatozoa masak. Bila spermatogenesis sudah selesai,
maka ABP(Androgen Binding Protein) testosteron
tidak diperlukan lagi, sel Sertoli akan menghasilkan hormon inhibin untuk
memberi umpan balik kepada hiposis agar menghentikan sekresi FSH dan LH.
Kemudian spermatozoa akan keluar melalui
uretra bersama-sama dengan cairan yang dihasilkan oleh kelenjar vesikula
seminalis, kelenjar prostat, dan kelenjar Cowper. Spermatozoa bersama cairan
dari kelenjar-kelenjar tersebut dikenal sebagai semen atau air mani. Pada waktu
ejakulasi, seorang laki-laki dapat mengeluarkan 300 – 400 juta sel spermatozoa.
Pada laki-laki, spermatogenesis terjadi seumur hidup dan pelepasan spermatozoa
dapat terjadi setiap saat.
Pada akhir proses, terjadi pertumbuhan dan
perkembangan atau diferensiasi yang rumit, tetapi bukan pembelahan sel, yaitu
mengubah spermatid menjadi sperma yang fungsional. Nukleus mengecil dan menjadi
kepala sperma, sedangkan sebagian besar sitoplasma dibuang. Sperma ini
mengandung enzim yang memegang peranan dalam menembus membran sel telur.
Spermatogenesis terjadi secara diklik di semua
bagian tubulus seminiferus. Di setiap satu bagian tubulus, berbagai tahapan
tersebut berlangsung secara berurutan. Pada bagian tubulus yang berdekatan, sel
cenderung berada dalam satu tahapan lebih maju atau lebih dini. Pada manusia,
perkembangan spermatogonium menjadi sperma matang membutuhkan waktu 16 hari.
Spermatogenesis dipengaruhi oleh hormon gonadotropin, Follicle Stimulating Hormone (FSH), Luteinizing hormone (LH), dan hormon testosteron.
Sudah dijelaskan sebelumnya bahwa sperma
diproduksi oleh tubulus
seminiferus. Hal yang mengagumkan dari kerja tubulus seminiferus ini
adalah mampu memproduksi sperma setiap hari sekitar 100 juta spermatozoa.
Jumlah yang normal spermatozoa berkisar antara 35 – 200 juta, tetapi mungkin
pada seseorang hanya memproduksi kurang dari 20 juta, maka orang tersebut dapat
dikatakan kurang subur. Biasanya faktor usia sangat berpengaruh terhadap
produksi sperma. Seorang laki-laki yang berusia lebih dari 55 tahun produksi
spermanya berangsur-angsur menurun. Pada usia di atas 90 tahun, seseorang akan
kehilangan tingkat kesuburan.
Selain usia, faktor lain
yang mengurangi kesuburan adalah frekuensi melakukan hubungan kelamin.
Seseorang yang sering melakukan hubungan kelamin akan berkurang kesuburannya.
Hal ini disebabkan karena sperma belum sempat dewasa sehingga tidak dapat
membuahi sel telur. Berkebalikan dengan hal itu, apabila sperma tidak pernah
dikeluarkan maka spermatozoa yang telah tua akan mati lalu diserap oleh tubuh.
6. Sistem Penggolongan Darah ( ABO, MN, Rhesus )
Golongan darah manusia dibagi
menjadi beberapa macam. Hal ini dapat dilihat dari aglutinogen (antigen) dan
aglutinin (antibodi ) yang terkandung dalam darah seseorang. Penggolongan darah
ini pertama kali ditemukan oleh Dr. Lendsteiner dan Donath. Di dalam darah
manusia terdapat aglutinogen (antigen) pada eritrosit dan aglutinin (antibodi )
yang terdapat di dalam plasma darah.
Penemuan Karl Landsteiner diawali
dari penelitiannya, yaitu ketika eritrosit seseorang dicampur dengan serum
darah orang lain, maka terjadi penggumpalan (aglutinasi). Tetapi pada orang
selanjutnya, campuran itu tidak menyebabkan penggumpalan darah. Aglutinogen
(aglutinin) yang terdapat pada eritrosit orang tertentu dapat bereaksi dengan
zat aglutinin (antibodi) yang terdapat pada serum darah. Aglutinogen dibedakan
menjadi dua yaitu:
a.
Aglutinogen A : memiliki enzim
glikosil transferase yang mengandung glutiasetil glukosamin pada rangka
glikoproteinnya.
b.
Aglutinogen B : memiliki enzim
galaktose pada rangka glikoproteinnya. Aglutinin dibedakan menjadi aglutinin α
dan β .
Darah seseorang memungkinkan dapat mengandung
aglutinogen A saja atau aglutinogen B saja. Tetapi kemungkinan juga dapat
mengandung aglutinogen A dan B. Ada juga yang tidak mengandung aglutinogen sama
sekali. Adanya aglutinogen dan aglutinin inilah yang menjadi dasar penggolongan
darah manusia berdasarkan sistem ABO.
Menurut sistem ABO, golongan darah manusia
dibedakan menjadi empat, yaitu sebagai berikut :
No
|
Golongan
Darah
|
Keterangan
|
1.
|
A
|
Apabila di dalam sel darah
seseorang mengandung aglutinogen A dan serumnya mengandung agglutinin β
sehingga dapat dirumuskan (A, β)
|
2.
|
B
|
Apabila di dalam sel darah
seseorang terdapat aglutinogen B, sedangkan dalam serumnya terdapat
agglutinin α sehingga dirumuskan (B, α)
|
3.
|
AB
|
Apabila di dalam sel darah
seseorang terdapat aglutinogen A dan B, sedangkan di dalam serumnya tidak
mengandung agglutinin, sehingga dapat dirumuskan (AB,—)
|
4.
|
O
|
Apabila di dalamsel darah seseorang
tidak mengandung aglutinogen dan serumnya mengandung α dan β, sehingga dapat
dirumuskan (—,α,β)
|
Penggolongan darah pada manusia
maupun hewan selain dengan sistem ABO, juga dapat digolongkan berdasarkan
sistem MN. Hal ini didasarkan pada hasil penemuan antigen baru oleh K.
Landsteiner dan P. Levine pada tahun 1927 pada eritrosit. Antigen ini oleh
Landsteiner dan Levin diberi nama antigen M dan antigen N. Sama halnya dengan
sistem ABO, apabila di dalam eritrosit seseorang terdapat antigen M maka golongan
darah orang tersebut disebut golongan darah M, apabila di dalam eritrosit
seseorang yang lain terdapat antigen N maka golongan darah orang tersebut
disebut golongan darah N, dan apabila sesorang yang lain lagi memiliki kedua
antigen tersebut (MN) maka orang tersebut bergolongan darah MN.
Di dalam eritrosit, antigen M dan
N dikendalikan oleh sebuah gen yang memiliki alela ganda, yaitu alela LM yang
mengendalikan antigen M dan alela LN yang mengendalikan antigen N. Pada
penggolongan darah MN ini tidak terdapat dominansi antara alela LM dan alela
LN, artinya apabila seseorang memiliki kedua antigen tersebut (M dan N) maka
orang itu bergolongan darah MN.
Untuk pewarisan golongan darah MN
parental kepada filiusnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
No
|
Parenteral
|
Genotif
|
Gamet
|
Filius
|
Golongan
Darah
|
Persentase
|
|
1.
|
Ayah
|
MN
|
|
|
|
M
|
25%
|
|
Ibu
|
MN
|
|
|
|
2MN
|
50%
|
|
|
|
|
|
|
N
|
25%
|
2.
|
Ayah
|
MN
|
|
|
|
MN
|
50%
|
|
Ibu
|
N
|
|
|
|
N
|
50%
|
Landsteiner dan A.S. Weiner pada
tahun 1946 menemukan antigen tertentu dalam darah Maccacus rhesus,
yang diberi nama antigen rhesus (Rh). Antigen ini jugaditemukan dalamsel darah
merah manusia, sehingga darah manusia di golongkanmenjadi 2 yaitu Rh+ dan
Rh- :
a.
Orang bergolongan Rh+ :
Bila di dalam eritrositnya terkandung aglutinogen Rhesus, yang 85% dimiliki
orang berkulit berwarna.
b.
Orang bergolongan Rh- :
Bila dalam eritrositnya tidak terdapat aglutinogen Rhesus,
yang 85% dimiliki orang berkulit putih.
Adanya antigen Rh di dalamdarah
dikendalikan oleh gen IRh, yang dominan terhadap Irh.
Sehingga genotif orang menurut sistem Rh ini dapat dibedakan atas :
Fenotif
|
Genotif
|
Macam Gamet
|
|
|
|
|
|
|
Seorang ibu yang Rh+ mengandung
embrio bergolongan Rh- atau Rh+, kemungkinan anaknya
akan lahir dengan selamat, dalam arti tidak terjadi gangguan darah karena
faktor Rh, tetapi pada ibu yang bergolongan darah Rh- :
a.
Bila mengandung embrio Rh-,
embrio tidak akan mengalami gangguan apapun dan mungkin lahir dengan selamat
b.
Bila mengandung embrio Rh+,
kemungkinan kandungan pertama akan lahir dengan selamat, artinya tidak
mengalami gangguan karena sistem Rh ini. Tetapi pada waktu bayi ini lahir dalam
rahim ibu kemungkinan akan tertinggal antigen Rh yang dapat ikut peredaran
darah ibu, sehingga dalam tubuh ibu akan terbentuk zat anti Rh.
Apabila bayi bergolongan Rh+ berada
dalam kandungan ibu bergolongan RH-, dimana darah ibu sudah
terbentuk zat anti Rh+, maka tubuh bayi akan kemasukan zat anti Rh+,
dan anak itu akan menderita penyakit kuning atau anemia berat sejak lahir yang
disebut erythroblastosis foetalis (sel darah merahnya tidak
dapat dewasa) yang ditandai dengan :
a.
tubuh menggembung oleh cairan
b.
hati dan limpha membengkak
c.
dalam darah banyak erithroblast
(eritrosit yang belum masak yang dya ikatanya terhadap oksigen berkurang )
d.
kulit berwarna kuning keemasan
Hal ini dapat terjadi karena zat
anti Rh dari ibu masuk ke sistem peredaran darahanak, sehingga zat anti Rh
tersebut bertemu dengan antigen Rh. Bayi yangmengalami gangguan ini biasanya
tidak berumur panjang. Tetapi kondisi ini sekarang dapat ditolong dengan jalan
mengganti seluruh darahnya dengan darahyang normal.
Eritrosit atau sel darah merah memiliki permukaan
yang disetting secara beragam. Pada dasarnya permukaan tersebut terdiri dari
struktur protein dan karbohidrat dengan beraneka macam jenis antigen permukaan.
Antigen permukaan ini disebut aglutinogen. Jumlahnya sangat banyak, lebih dari
700 buah. Antigen permukaan ini apabila berikatan dengan antibodi yang cocok
dengannya, akan mengakibatkan terjadinya aglutinasi dan hemolisis dari
eritrosit tersebut. Antibodi ini disebut aglutinin. Dahulunya hal ini tidak
diketahui, sehingga ketika dilakukan donor darah banyak resipien yang mengalami
kelainan yang berujung kepada kematian. Pada tahun 1901, Ilmuwan Australia,
Karl Landsteiner akhirnya melakukan serangkaian percobaan dan menemukan
penggolongan darah yang saat ini sudah dikenal luas yaitu Sistem ABO.
Selanjutnya pada tahun 1923 Karl Landsteiner dengan rekannya Alexander
S.Wienner menemukan sistem Rhesus.
Dasar
penggolongan pada sistem ABO dan Rhesus sebenarnya sama, yakni presentasi
antigen permukaan yang terdapat di eritrosit. Di dalam tubuh kita, Allah swt
telah menciptakan aglutinogen dan aglutinin eritrosit yang berbeda sehingga
tidak menimbulkan autolisis.
Untuk sistem ABO, rinciannya
adalah sebagai berikut:
a. Golongan
darah A: memiliki aglutinogen A dan aglutinin anti-B
b. Golongan darah
B: memiliki aglutinogen B dan aglutinin anti-A
c.
Golongan darah AB: memiliki
aglutinogen A dan B, dan tidak mempunyai agglutinin
d. Golongan
darah O: tidak memiliki aglutinogen, dan aglutininnya anti-A dan anti-B
Untuk ABO, aglutininnya adalah
antibodi Ig-M. Struktur molekulnya relatif besar. Sehingga pada ibu dan anak
yang dikandungnya, tidak akan terjadi ABO inkompatibiliti fetal atau maternal,
karena antibodi Ig-M janin maupun ibu tidak akan lewat di sawar plasenta karena
ukurannya yang lebih besar.
Aglutiongen ABO ini diturunkan dari orang tua
secara genetik, sesuai dengan hukum Mendel. Sistem ABO diatur oleh sebuah gen,
yang terdiri dari 3 macam alel, IA, IB, dan I0, dimana IA dan
IB adalah alel yang dominan. Rinciannya sebagai berikut:
a.
Golongan darah A: memiliki
gen IAIA atau IAI0
b.
Golongan darah B: memiliki
gen IBIB atau IBI0
c.
Golongan darah AB: memiliki
gen IAIB
d.
Golongan darah O: memiliki
gen I0I0
Golongan darah A sekarang ini
telah terbagi menjadi dua golongan akibat mutasi gen, yaitu A1 dan A2. A1
adalah golongan A yang mana antigen A-nya bereaksi kuat dengan antibodi anti-A,
sedangkan A2 adalah golongan A yang antigen A-nya bereaksi lemah dengan
antibodi anti-A, sehingga jika di tes golongan darahnya dengan antisera
(antibodi buatan) sering disangka golongan O padahal dia A, atau B padahal dia
AB. Untuk itu diperlukan antisera anti AB untuk membedakan keduanya.
Untuk sistem Rhesus, penggolongannya dibedakan
menjadi dua, positif atau negatif.
a.
Rhesus positif : memiliki
aglutinogen Rh pada eritrositnya, tanpa aglutinin anti-Rh / anti-D.
b.
Rhesus negatif: tidak ada
aglutinogen Rh, tapi pada 90% orang ada aglutinin anti-Rh / anti-D.
Prinsipnya sama dengan ABO, akan
tetapi pada penggolongan Rhesus ini, antibodi anti-D itu adalah golongan dari
antibodi IgG yang ukurannya relatif lebih kecil dan bisa melewati sawar darah
plasenta, sehingga memungkinkan terjadinya inkompatibilitas pada ibu yang Rhnya
negatif dengan janinnya yang Rh positif (eritroblastosis fetalis). Akan tetapi
sensitisasi antibodi ini baru akan menghasilkan reaksi untuk pemaparan antigen
Rh untuk kedua kalinya, sehingga eritroblastosis fetalis baru akan terjadi pada
janin kedua dari ibu Rh negatif.
DAFTAR
PUSTAKA
Aditya Marianti,
Sumadi. (2007). Biologi Sel. Graha Ilmu. Yogyakarta
Gabriel, J.F.
1996. Fisika Kedokteran. Jakarta :
EGC.
Juniarto, Achmad Zulfa.
2002. Biologi Sel. Jakarta : EGC
Purnomo.dkk.
2006. Biologi
2a untuk kelas XI SMA dan MA. Jakarta: Sunda Kelapa Pustaka.
Syamsuri,
Istamar. dkk. 2004. Biologi Jilid 1A Untuk SMA Kelas X Semester 1.
Jakarta: Erlangga.
0 komentar :
Posting Komentar