HNP
(HERNIA NUCLEUS PULPOSUS)
I.
Penertian
HNP
HNP adalah : Problem tulang belaang yang
berawal ketika bagian tengah dan lunak dari diskus akan robek diluar cincin
(Gramedia, 1996 : 202)
HNP adalah : Sakit pinggang yang
disebabkan oleh degenerasi discus dan amentum longitudinasl akibat stress
setiap kali seseorang mengangkat benda berat, menegakkan badan secara
bertenaga.
(Priguna Sidharta, 1999 :
241)
HNP adalah : Hernia yang terjadi pada
sumsum tulang belakang. Hernia ini terjasi karena nukleus pulposus berada
diantara dua tulang belakang menonjol keluar.
(Oswari. E, 1989 : 216)
II. Etiologi HNP
HNP dapat terjadi karena salah jatuh
atau terukur atau mungkin berkaitan dengan perapuhan sendi pada orang tua
diskusnya mulai rapuh, luka kecil saja dapat menyebabkan hernia. Kebanyakan
kerusakan discus (90%) menyerang punggung bagian bawah, leher (80%) dan dada
(1% - 2%).
Apabila terserang HNP, mereka
dilahirkan dengan kanal tulang punggung bawah kecil dan memiliki formasi tulang
belakang abnormal dapat lebih mudah terkena penjepitan dan kerusakan urat
saraf.
(Gramedia, 1996 : 202)
III. Manifestasi Klinis
1.
Gaya jalan yang khas yakni sedikit membungkuk dan
miring ke sisi tungkai yang nyeri dengan fleksi di sendi dan lutut serta kaki
yang berjingkat.
2.
Lordosis yang mendatar dengan mobilitas tulang belakang
lumbal yang terbatas.
3.
Adakalanya terdapat skoliosis dengan konkavitas
menghadap kesisi tungkai yang nyeri.
4.
Lipatan bokong sisi yang sakit lebih rendah dari sisi
yang sehat.
5.
Adakalanya pengangkatan tungkai yang sehat dari sikap
lurus menimbulkan nyeri bokong yang sakit.
6.
Nyeri tekan biasanya kurang jelas tetapi pengetukan
berkali-kali pada daerah pinggang setinggi dan seisi HNP dapat menimbulkan
perasaan getar yang ngilu.
(Priguna Sidharta, 1999)
IV. Pathofisiologi
Sebagaimana diketahui diantara 2
vertebrate terdapat discus invertebralis yang pada bagian belakang tertutup
dengan ligament yang terbentang disluruh vertebrae-discus sendiri terdiri dari
3 jenis jaringan, yaitu :
1.
Annulus fibrasus
2.
Tulang muda
3.
Nucleus pulposus sebagai isi dari discus.
Dengan bertambahnya umur anak samapi
dewasa, maka discus selalu berada dalam tekanan yang berat, kemudian semakin
orang menjadi tua maka diskus tadi semakin mengadakan degenerasi dan menjadi
semakin kecil. Dalam pertumbuhan tadi dapat pula Annulus fibrosis yang
merupakan dinding dari discus, berubah kemudian robek, sehingga nucleus puposus
menonjol dan merupakan hernia pada diskus tadi. Hernia ini selanjutnya dapat
merobek ligament, tulang yang menutupnya, sehingga nucleus puposus dan mungkin
juga tulang muda dari discus keluar menonjol didalam theca (ruang sumsum tulang
belakang), proses tersebut dapat terjadi secara akut, terutama jika tekanan
pada discus, sekonyong-konyong menjadi sangat tinggi, misalnya pada waktu orang
mendorong benda berat dan sebagainya, menahan benda berat, mengangkat benda
berat dan sebagainya, tonjolan kemuka didalam theca tadi dapat mengadakan
tekanan secara langsung pada akar urat saraf dan tekanan ini menimbulkan
perasaan nyeri pada bagian tubuh yang disaluri oleh urat saraf tadi. Umumnya
keadaan ruptura discus tersebut hanya dapat terjadi diantara cs-cs dan antara C6
– C7 dan yang lebih banyak menimbulkan gejala-gejala low back pain,
penderita umumnya berumur 20 – 24 tahun, gejala-gejala klinis yang pokok adalah
rasa nyeri pada punggung rasa nyeri yang diderita kadang-kadang bersifat
menggelombang, seperti adanya rangsang listrik yang kadang-kadang berhenti.
Nyeri tadi dapat pula pada punggung dan menjalar kekaki. Rasa nyeri dapat
ditimbulkan / menjadi lebih berat jika tubuh banyak bergerak juga pada
keadaan-keadaan dimana tekanan theca meninggi rasa nyeri bertambah, misalnya
batuk, wahing (bersin) menekan ruang dada perut dan sebagainya. Rasa nyeri
dapat sedemikian hebatnya sehingga penderita menjadi sungguh-sungguh seperti
orang sakit, tidak dapat bekerja dan harus tinggal terlentyang diatas tempat
tidur. Akhirnya kecuali rasa nyeri otot-ototnya pun akan menjadi kecil dan
lemah, gejala-gejala ini sangat jelas, terutama jikalau ukuran kaki yang sakit
dibandingkan dengan kaki yang sehat, keadaan perasaan dan rabaan pun berubah,
mula-mula terdapat hypaesthesia, tetapi
juga dapat bersifat nyeri seperti tertusuk-tusuk jarum. Selanjutnya pada
punggung sering terdapat gejala-gejala flattening dan sedikit scoliosis pada
punggung bawah. Otot-otot disini akan bersifat tegang dan ada pula perasaan
nyeri jika diadakan tekanan tepat diatas discus yang pecah tadi. X-ray umumnya
tidak menunjukkan kelainan pada tulang punggung hanya jika diadakan myelogiaphy
kemungkinan dapat dilihat kelainan. Diagnose ruptureal intervertebral discus
didalam urat saraf. Sedapat mungkin dalam diagnosa perlu sekaligus diteliti
discus intervertebralis mana yang pecah.
(prof. Dr. R. Soeharso,
1977 : 216)
PATHWAYS
V. Pemeriksaan Diagnostik
1. RO Spiral : Memperlihatkan perubahan degeneratif pada
tulang belakang
2. MRI : Untuk melokalisasi protrusi diskus kecil
sekalipun terutama untuk penyakit spinal lumbal.
3. CT Scan dan Mielogram jika gejala klinis dan partologinya tidak
terlihat pada
MRI
4.
Elektromiografi (EMG) :
untuk melokalisasi radiks saraf spinal khusus yang
Terkena.
VI. Penatalaksanaan
1.
Pembedahan
Tujuan :
Mengurangi tekanan pada radiks saraf untuk mengurangi nyeri dan mengubah
defisit neurologik
Macam :
a. Disektomi : Mengangkat fragmen herniasi atau yang
keluar dari duiskus intervertebral
b. Laminektomi : Mengangkat lamina untuk memanjakan elemen
neural pada kanalis spinalis, memungkinkan ahli bedah untuk menginspeksi
kanalis spinalis, mengidentifikasi dan mengangkat patologi dan menghilangkan
kompresi medula dan radiks.
c. Laminotomi : Pembagian lamina vertebra
d. Disektomi dengan peleburan
2.
Immobilisasi
Immobilisasi dengan mengeluarkan
kalor servikal, traksi atau brace
3.
Traksi
Traksi servikal yang disertai dengan penyanggah kepala yang dikaitkan
pada katrol dan beban
4.
Kompres lembab panas, analgesik, sedatif, relaksasi
otot, obat anti inflamasi dan jika perlu kortikosterid.
KONSEP DASAR KEPERAWATAN
1.
Pengkajian
Data yang diperoleh / yang dikaji tergantung pada
tempat terjadinya, beratnya, apakah akut atau kronik, pengaruh terhadap
struktur di sekelilingnya dan banyaknya akar saraf yang terkompresi.
a.
Aktivitas / Istirahat
Gejala : - Riwayat pekerjaan yang perlu mengangkat benda berat, duduk, mengemudi
dalam waktu yang lam.
- Membutuhkan
papan / matras yang keras saat tidur
- Penururnan
rentang gerak dari ekstremitar pada salah satu bagian tubuh
- Tidak mampu
melakukan aktivitas yang biasanya dilakukan
Tanda : - Atrofi otot pada bagian yang terkena
- Gangguan
dalam berjalan.
b.
Eliminasi
Gejala : - Konstipasi, mengalami kesulitan dan defeksi
- Adanya
inkontinesia / retensia urin
c.
Integritas Ego
Gejala : - Ketakutan akan timbulnya paralisis, ansietas, masalah pekerjaan,
finasial keluarga.
Tanda : - Tampak cemas, depresi, menghhindari dari keluarga / orang terdekat
d.
Neurosensori
Gejala : - Kesemutan, ketakutan, kelemahan jari tangan / kaki
Tanda : - Penururnan reflek tendon dalam, kelemahan otot hipotonia, nyeri
tekan / spasme otot paravertebralis, penurunan persepsi sensori.
e.
Nyeri / Kenyamanan
Gejala : - Nyeri seperti tertusuk pisau yang semakin memburuk dengan adanya
batuk, bersin, membengkokkan badan, defekasi, mengangkat kaki atau fleksi pada
leher.
- Nyeri yang
tidak ada hentinya atau adanya episode nyeri yang lebih berat secara
intermitten, nyeri yang menjalar ke kaki, bokong (lumbal) atau bahu / lengan,
kaku pada leher.
- Terdengar
adanya suara “krek” saat nyeri bahu timbul
- Keterbatasan
untuk mobilisasi / membungkuk ke depan.
Tanda : - Sikap dengan cara bersandar dari bagian tubuh yang terkena
- Perubahan
cara berjalan, berjalan dengan terpincang-pincang, pinggang terangkat pada
bagian tubuh yang terkena.
- Nyeri pada
palpasi
f.
Keamanan
Gejala : Adanya riwayat
masalah punggung yang baru saja terjadi
(Doengoes, 1992 :
320)
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.
Nyeri akut berhubungan dengan pada akar urat saraf
spinal ditandai dengan :
DS : Pasien mengatakan nyeri
DO : Menggosok bagian yang nyeri
Penurunan terhadap aktifitas.
2.
Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri pada
bagian belakang dan sisi tungkai ditandai dengan :
DS : -
DO : - Tidak dapat melakukan aktifitas
- Kesulitan dalam
gerakan yang diinginkan
- Keterbatasan
rentang gerak
3.
Gangguan citra tubuh berhubungan dengan flattening dan
scoliosis ditandai dengan
DS : -
DO : - Terjadi perubahan dalam keterbatasan soasial
- Mengalami ketidak
berdayaan
- Larut dengan
perubahan / kehilangan
4.
Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya
informasi tentang HNP ditandai dengan
DS : Mengungkapkan kurang
pengetahuan / ketrampilan / permintaan informasi
DO : -
5.
Anxietas berhubungan dengan tindakan medis, yaitu
laminektomi itandai dengan
DS : Mengungkapkan
ketidakmampuan untuk mengatasi
DO : Ketakutan dan ketidak
mampuan
Tegangan otot, gelisah
RENCANA
KEPERAWATAN DAN INTERVENSI
I.
Tujuan dan
Kriteria Hasil
1.
Pasien mengatakan nyeri berkurang setelah dilakukan
tindakan dengan kriteria :
DO : - Pasien tidak menggosok bagian yang nyeri
- Pasien mampu
untuk melanjutkan aktivitas sebelumnya
DS : - Pasien mengatakan nyeri berkurang
Intervensi :
a.
Kaji adanya keluhan nyeri, cacat lokasi, cacat lokasi,
lamanya serangan, faktor pencetus / yang memperberat. Mintauntuk menetapkan
skala 0 – 10.
Rasional : Membantu menentukan
pilihan intervensi dan memberikan dasar perbandingan dan evaluasi terahadap
terapi.
b.
Pertahankan tirah baring secara fase akut, letakkan
pasien pada posisi semi fowler dengan tulang spinal, pinggang dan lutut dalam
keadaan fleksi, posisi terlentang dengan / tanpa meninggikan kepala 10º – 30º
pada posisi lateral.
Rasional : Tirah baring dalam posisi
yang nyaman memungkinkan pasien untuk spasme otot, menurunkan penekanan pada
bagian tubuh tertentu dan memfasilitasi terjadinya reduksi dari tonjolan diskus.
c.
Gunakan logroll (papan) selama melakukan perubahan
posisi
Rasional : Menurunkan fleksi,
putaran, desakan pada daerah belakang tubuh.
d.
Batasi aktifitas selama fase akut sesuai dengan
kebutuhan
Rasional : Menurunkan gaya grafitasi
dan gerak yang dapat menghilangkan spasme otot dan menurunkan edema dan tekanan
pada struktur sekitar diskus inverte bralis yang terkena.
e.
Instruksikan pasien untuk melakukan teknik relaksasi /
visualisasi
Rasional : Memfokuskan perhatian
pasien, membantu menurunkan tegangan otot, dan meningkatkan proses penyembuhan.
f.
Instruksikan / anjurkan untuk melakukan mekanika tubuh
yang tepat
Rasional : Menghilangkan /
mengurangi stress pada otot dan mencegah trauma lebih lanjut.
g.
Kolaborasi untuk memberi obat sesuai kebutuhan relakson
obat seperti ; diacepaim, kansoprodol.
Rasional : Merelaksasikan otot dan
menurunkan nyeri
2.
Pasien dapat beraktivitas setelah dilakukan tindakan
keperawatan
Kriteria hasil :
DS : -
DO : - Pasien dapat melaksanakan mobilitas ditempat tidur
- Pasien dapat
melakukan ambulansi
- Pasien sudah
mau menggerakkan badannya
Intervensi :
a.
Catat respon emosi / perilaku pada immobilisasi.
Berikan aktifitas yang sesuai dengan pasien.
Rasional : Immobilitas yang
dipaksakan dapat memperbesar kegelisahan peka rangsang, aktifitas persalinan
membantu dalam memfokuskan kembali perhatian pasien.
b.
Berikan pasien untuk melakukan latihan rentang gerak
aktif dan pasif
Rasional : Memperkuat otot abdomen
dan fleksor tulang belakang memperbaiki mekanika tubuh.
c.
ikuti aktivitas / prosedur dengan periode istirahat.
Anjurkan pasien untuk tetep berperan serta dalam aktivitas sehari-hari dalam
keterbatasan individu.
Rasional : Meningkatkan penyembuhan
dan mebentuk kekuatan otot dan kesabaran, partisipasi pasien akan meningkatkan
kemandirian pasien dan perasaan kontrol terhadap diri sendiri.
d.
Anjurkan pasien untuk meltyih kaki bagian kaki bawah /
lutut. Nilai adanya edema, eritema pada ekstermitas bawah, adanya tanda hormon
Rasional : Stimulasi sirkulasi vena
/ arus balik vena menurunkan keadaan vena yang statis dan memungkinkan
terbentuknya trombus.
e.
Berikan obat untuk menghilangkan nyeri, kira-kira 30
menit sebelum memindahkan / melakukan ambulansi pasien.
Rasional : Antisipasi terhadap nyeri
dapat memungkinkan ketegangan otot. Obat merelaksasikan pasien, meningkatkan
rasa nyaman dan kerja sama pasien selama melakukan aktivitas.
3.
Pasien tidak perlu malu dengan gangguan citra tubuhnya
setelah dilakukan tindakan keperawatan
Kriteria hasil :
DS : -
DO : - Tidak terjadi perubahan dalam keterlibatan sosial
- Pasien tidak
mengalami ketidak berdayaan
- Pasien tidak
larut dengan perubahan atau kehilangan.
Intervensi :
a.
Dorong individu untuk mengekspresikan perasaan.
Kususnya mengenai pikiran, perasaan, pandangan dirinya.
Rasional : Memberikan kesempatan mendiskusikan
persepsi pasien tentang dari gambaran diri dan kenyataan situasi individu.
b.
Dorong individu untuk bertanya mengenai masalah,
penanganan, perkembangan prognosa kesehatan
Rasional : Agar pasien mengetahui
perkembangan penyakitnya
c.
Berikan informasi yang dapat dipercaya dan perkuat
informasi yang telah diberikan
Rasional : Informasi yang tepat
dapat meningkatkan kepercayaan klien
d.
Siapkan orang terdekat terhadap perubahan fisik dan
emosional. Dukung keluarga ketika mereka berupaya untuk beradaptasi.
Rasional : Agar pasien tidak merasa
dikucilkan , ada perhatian keluarga yang memacu ingin cepat sembuh.
4.
Pasien dapat mengetahui perjalanan penyakit dan tidakan
keparawatan
Kriteria hasil :
DS : Pasien bisa mengungkapkan
dan menjelaskan tentang penyakitnya
DO : -
Intervensi :
a.
Jelaskan kembali proses penyakit dan prognosis serta
pembahasan kegiatan, seperti hindari mengemudikan kendaraan dalam periode waktu
yang lama.
Rasional : Pengetahuan dasar yang
memadai memungkinkan pasien untuk membuat pilihan yang tepat, dapat
meningkatkan kerjasama pasien mengenai program pengobatan dan mendapatkan
penyembuhan yang optimal.
b.
Berikan informasi tentang berbagai hal dan instruksikan
pasien untuk melakukan perubahan-perubahan mekanika tubuh tanpa bantuan dan
juga melakukan latihan.
Rasional : Menurunkan resiko
terjadinya trauma berulang dari leher / punggung dengan menggunakan otot-otot
bokong.
c.
Diskusikan mengenai kebutuhan diet
Rasional : Diet serat tinggi dapat
mengurangi konstipasi, kalori yang dibatasi dapat meningkatkan pengontrolan /
penurunan berat badan yang dapat menurunkan tekanan pada diskus
intervertebrallis.
d.
Anjurkan untuk menggunakan papan / matras yang kuat,
bantal kecil yang agar datar dibawah leher, tidur miring dengan lutut
difleksikan, hindari posisi telungkup.
Rasional : Dapat menurunkan regangan
otot melalui dunkungan struktural dan pencegahan terhadap hiperktensi dari
tulang belakang
5.
Klien tidak merasa cemas setelah dilakukan keperawatan
Kriteria hasil :
DS : -
DO : -
Intervensi :
a.
Kaji perubahan perilkau / perubahan dalam tingkat
kesadaran
Contoh : orientasi waktu tempat dan
orang
Rasional : Dapat mengindikasikan
tingkat toksisitas uremik, respon terhadap terjadinya komplikasi diallisis dan
memerlukan pengkajian / intervensi lanjut.
b.
Pertahankan penjelasan sederhana
Rasional : Memperbaiki orientasi
reallitas
c.
Berikan lingkungan aman, berikan pembatas bila perlu,
pagar tempat tidur diberi bantalan
Rasional : Mencegah trauma
DAFTAR PUSTAKA
Doengoes, ME, dkk, 1993, Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3 Buku Kedokteran EGC ; Jakarta
Dunphy, J Engelbert, 1980, Pemeriksaan Fisik Bedah, Yayasan Essentia Medica ; Yogyakarta.
Oswani, E, 1989, Bedah
dan Perawatannya, PT Gramedia ; Jakarta
R. Soeharso, prof. Dr, 1977, Ilmu Bedah Orthopedi, Yayasan Essential Medica ; Yogyakarta
Sidharta, Priguna, 1999, Neurologis Klinis dalam Praktek Umum, Dian Rakyat ; Jakarta
Snell, Richard. S, 1996, Nevroanatomi Klinik Edisi 2, Buku Kedokteran EGC ; Jakarta
0 komentar :
Posting Komentar