Read more: http://www.uzumaki-popey.com/2013/01/cara-membuat-blog-agar-tidak-bisa-di.html#ixzz2QmnmosON

Pages

Minggu, 17 Maret 2013

ASKEP CA LARING


Carsinoma Laring

    A. KONSEP DASAR MEDIK
1. DEFINISI
- Kanker merupakan massa jaringan abnormal tumbuh terus menerus, tidak pernah mati.
- Tumbuh tidak terkoordinasi dengan jaringan lain, akibatnya merugikan tubuh dimana ia tumbuh.
Kanker Laring adalah keganasan pada pita suara, kotak suara (laring) atau daerah lainnya di tenggorokan.
Secara anatomi karsinoma di bagi atas 3 bagian yaitu supra giotik, tumor pada puka ventrikularis, aritenoid, epigiatis dan sinus periforanus. (Glatis : tumor pada korda vokalis, subglotis : tumor dibawah koida vokalis).
2. ANATOMI DAN FISIOLOGI
Laring membentuk ektermitas dan trakea. Kerangka laring tersusun daribeberapa kartilago yang berhubungan oleh otot ligamen-ligamen (gbr 23-4). Kerangka kartilago melindungi pits suara dan mempertahankan suatu kekauan yang memungkinkan terbukanya jalan nafas. Kartilago timid, Adam’s apple, merupakan bagian kartilago terbesar pada laring dan melindungi struktur­struktur dalam.

3. ETIOLOGI
Kanker laring lebih banyak ditemukan pada pria dan berhubungan dengan rokok serta pemakaian alkohol, tepapar radioaktif
3. GEJALA
· Kanker laring biasanya berasal dari pita suara, menyebabkan suara serak. Seseorang yang mengalami serak selama lebih dari 2 minggu sebaiknya segera memeriksakan diri.
· Rasa tidak enak pada tenggorokan seperti ada yang tersangkut.
· Kanker bagian laring lainnya menyebabkan nyeri dan kesulitan menelan.
· Kadang sebuah benjolan di leher yang merupakan penyebaran kanker ke kelenjar getah bening, muncul terlebih dulu sebelum gejala lainnya timbul.
Gejala lainnya yang mungkin terjadi adalah:
· Nyeri tenggorokan
· Nyeri leher
· Penurunan berat badan
· Batuk
· Batuk darah
· Bunyi pernafasan yang abnormal. (strdor/ ngorok timbul saat tidur).
4. PATOFISIOLOGI
Karsinoma laring banyak dijumpai pada usia lanjut diatas 40 tahun. Kebanyakan pada orang laki-laki.Hal ini mungkin berkaitan dengan kebiasaan merokok, bekerja dengan debu serbuk kayu, kimia toksik atau serbuk, logam berat. Bagaimana terjadinya belum diketahui secara pasti oleh para ahli.Kanker kepala dan leher menyebabkan 5,5% dari semua penyakit keganasan.Terutama neoplasma laringeal 95% adalah karsinoma sel skuamosa.Bila kanker terbatas pada pita suara (intrinsik) menyebar dengan lambat.Pita suara miskin akan pembuluh limfe sehingga tidak terjadi metastase kearah kelenjar limfe.Bila kanker melibatkan epiglotis (ekstrinsik) metastase lebih umum terjadi.Tumor supraglotis dan subglotis harus cukup besar, sebelum mengenai pita suara sehingga mengakibatkan suara serak.Tumor pita suara yang sejati terjadi lebih dini biasanya pada waktu pita suara masih dapat digerakan.
5. KLASIFIKASI
· TUMOR GANAS LARING
Ø Glotis
Tis Karsinoma insitu
T1 Tumor mengenai satu atau dua sisi pita suara, tetapi gerakan pita suara masih baik, atau tumor sudah terdapat pada komisura anterior atau posterior.
T2 Tumor meluas ke daerah supraglotis atau subglotis, pita suara masih dapat bergerak atau sudah terfiksir (impaired mobility).
T3 Tumor meliputi laring dan pira suara sudah terfiksir.
T4 Tumor sangat luas dengan kerusakan tulang rawan tiroid atau sudah keluar dari laring.
Ø Subglotis
Tis karsinoma insitu
T1 Tumor terbatas pada daerah subglotis
T2 Tumor sudah meluas ke pita, pita suara masih dapat bergerak atau sudah terfiksir.
T3 Tumor sudah mengenai laring dan pita suara sudah terfiksir.
T4 Tumor yang luas dengan destruksi tulang rawan atau perluasan ke luar laring atau dua-duanya.
Ø Metastasis Jauh (M)
Mx Tidak terdapat/ terdeteksi
M0 Tidak ada metastasis jauh
M1 Terdapat metastasis jauh.
STAGING (= STADIUM)
ST1 T1 N0 M0
ST II T2 N0 M0
STIII T3 N0 M0, T1/T2/T3 N1 M0
STIV T4 N0/N1 M0
T1/T2/T3/T4 N2/N3
T1/T2/T3/T4 N1/N2/N3 M1
Ø Penanggulangan
Setelah diagnosis dan stadium tumor ditegakkan, maka ditentukan tindakan yang akan diambil sebagai penanggulangannya.
Ada 3 cara penaggulangan yang lazim dilakukan, yakni pembedahan, radiasi, obat sitostatika ataupun kombinasi daripadanya, tergantung pada stadium penyakit dan keadaan umum pasien.
Sebagai patokan dapat dikatakan stadium 1dikirim untuk dilakukan operasi, stadium 4 dilakukan operasi dengan rekonstruksi, bila masih memungkinkan atau dikirim untuk mendapatkan radiasi.
Jenis pembedahan adalah laringgektomia totalis ataupun parsial, tergantung lokasi dan penjalaran tumor, serta dilakukan juga diseksi leher radikal bila terdapat penjalaran ke kelenjar limfa leher. Di bagian THT RSCM tersering dilakukan laringektomia totalis, karena beberapa pertimbangan, sedangkan laringektomi parsial jarang dilakukan, karena teknik sulit untuk menentukan batas tumor.
6. DIAGNOSTIC STUDIES
Pemeriksaan laring dengan kaca laring atau laringoskopi langsung dapat menunjukkan tumor dengan jelas.Tempat yang sering timbul tumor dapat dilihat pada gambar.Sinar X dada,scan tulang, untuk mengidentifikasi kemungkinan metastase. Darah lengkap, dapat menyatakan anemi yang merupakan masalah umum. Laringografi dapat dilakukan dengan kontras untuk pemeriksaan pembuluh darah dan pembuluh limfe., Kemudian laring diperiksa dengan anestesi umum dan dilakukan biopsi pada tumor.Gigi yang berlubang, sebaiknya dicabut pada saat yang sama.
Laringektomi diklasifikasikan kedalam :
a) Laringektomi parsial. Tumor yang terbatas pada pengangkatan hanya satu pita suara dan trakeotomi sementara yang di lakukan untuk mempertahankan jalan napas. Setelah sembuh dari pembedahan suara pasien akan parau.
b) Hemilaringektomi atau vertikal. Bila ada kemungkinan kanker termasuk pita suara satu benar dan satu salah.Bagian ini diangkat sepanjang kartilago aritenoid dan setengah kartilago tiroid.Trakeostomi sementara dilakukan dan suara pasien akan parau setelah pembedahan.
c) Laringektomi supraglotis atau horisontal. Bila tumor berada pada epiglotis atau pita suara yang salah, dilakukan diseksi leher radikal dan trakeotomi. Suara pasien masih utuh atau tetap normal.Karena epiglotis diangkat maka resiko aspirasi akibat makanan peroral meningkat.
d) Laringektomi total. Kanker tahap lanjut yang melibatkan sebagian besar laring, memerlukan pengangkatan laring, tulang hihoid, kartilago krikoid,2-3 cincin trakea, dan otot penghubung ke laring.Mengakibatkan kehilangan suara dan sebuah lubang ( stoma ) trakeostomi yang permanen. Dalam hal ini tidak ada bahaya aspirasi makanan peroral, dikarenakan trakea tidak lagi berhubungan dengan saluran udara – pencernaan.Suatu sayatan radikal telah dilakukan dileher pada jenis laringektomi ini.Hal ini meliputi pengangkatan pembuluh limfatik, kelenjar limfe di leher, otot sternokleidomastoideus, vena jugularis interna, saraf spinal asesorius, kelenjar salifa submandibular dan sebagian kecil kelenjar parotis (Sawyer, 1990).Operasi ini akan membuat penderita tidak dapat bersuara atau berbicara. Tetapi kasus yang dermikian dapat diatasi dengan mengajarkan pada mereka berbicara menggunakan esofagus (Esofageal speech), meskipun kualitasnya tidak sebaik bila penderita berbicara dengan menggunakan organ laring.Untuk latihan berbicara dengan esofagus perlu bantuan seorang binawicara.
7.PENCEGAHAN
· Kurangi atau hindari rokok dan alkohol.
· Kurangi penggunaan pita suara yang berlebihan contoh : Penyanyi
8. PENGOBATAN
Pengobatan tergantung kepada lokasi kanker di dalam laring.
Kanker stadium awal diatasi dengan pembedahan atau terapi penyinaran.
Jika menyerang pita suara, lebih sering dilakukan terapi penyinaran karena bisa mempertahankan suara yang normal.
Kanker stadium lanjut biasanya diatasi dengan pembedahan, yang bisa meliputi pengangkatan seluruh bagian laring (laringektomi total atau parsial), diikuti dengan terapi penyinaran.

Pengangkatan seluruh pita suara menyebabkan penderita tidak memiliki suara.
Suara yang baru dibuat dengan salah satu dari cara berikut:
a) Esophageal speech, penderita diajari untuk membawa udara ke dalam kerongkongan ketika bernafas dan secara perlahan menghembuskannya untuk menghasilkan suara.
b) Fistula trakeoesofageal, merupakan katup satu arah yang dimasukkan diantara trakea dan kerongkongan. Katup ini mendorong udara ke dalam kerongkongan ketika penderita bernafas, sehingga menghasilkan suara. Jika katup mengalami kelainan fungsi, cairan dan makanan bisa secara tidak sengaja masuk ke dalam trakea.
c) Elektrolaring adalah suatu alat yang bertindak sebagai sumber suara dan dipasang di leher. Suara yang dihasilkan oleh ketiga cara tersebut dirubah menjadi percakapan dengan menggunakan mulut, hidung, gigi, lidah dan bibir.
Suara yang dihasilkan lebih lemah dibandingkan suara normal.
d) Penggunaan Blom-Singer Voice : prosthesis dan kutub tracheostomy dengan alat ini pasien yang mengalami laringoctomy total dapat berbicara normal.
    B. KONSEP DASAR KEPERAWATAN
Data Pre dan Postoperasi tergantung pada tipe kusus atau lokasi proses kanker dan koplikasi yang ada.
1. PENGKAJIAN POLA KESEHATAN
a) Kejian persepsi kesehatan- pemeliharaan kesehatan
1) Kebiasaan merokok
2) Lingkungan tempat tinggal yang tidak sehat
3) Selalu sering menggunakan pita suara atau terlalu sering bernyanyi.
b) Kaji pola nutrisi metabolik
1) Sulit menelan
2) Mudah tersedak
3) Sakit tenggorokan yang menetap.
c) Kaji pola eliminasi
1) Tidak bisa BAB dengan Normal
2) Sulit BAK
d) Kaji Pola aktivitas dan latihan
Tidak dapat mengeluarkan suara yang normal pada saat sedang menyanyi
e) Kaji pola tidur dan istirahat
1) Tidak dapat tidur dengan nyenyak atau sulit tidur.
2) Sering mengalami mimpi buruk
f) Kaji pola persepsi kognitif
1) Tidak dapat melakukan pekerjaan yang berhubungan dengan suara.
2) Tidak ada nafsu makan, mual-mual, badan terasa lemah.
g) Kaji pola peran dan hubungan sesama.
1) Tidak ada masalah dengan alat kelamin
2) Tidak ada penyimpangan seksualitas.
h) Kaji pola reproduksi – seksualitas
1) Tidak ada masalah dengan alat kelamin
2) Tidak ada penyimpangan seksualitas.
i) Kaji pola mekanisme koping dan toleransi terhadap stress
1) Perasaan cemas dan bingung karena penyakitnya belum sembuh.
2) Perasaan takut tidak bisa bersuara lagi/ bisu.
j) Kaji pola persepsi dan pola diri
1) Perasaan takut kehilangan suara.
2) Perasaan malu/ menarik diri.
k) Kaji pola sistem kepercayaan
1) Tidak ada masalah dengan kepercayaan
2) Selalu berdoa dan memintan kepada Tuhan agar penyakitnya dapat disembuhkan.
PREOPERASI
DP 1 Ansietas Berhubungan Dengan Kurang Pengetahuan Tentang Pra Dan Pascaoperasi Dan Takut Akan Kecacatan.
Batasan Karakteristik : Mengungkapkan keluhan khusus, merasa tidak mampu, meminta informasi, mengungkapkan kurang mengertidan gelisah, menolak operasi.
Tujuan : Cemas berkurang atau hilang.
Kriteria Hasil : Mengungkapkan perasaan dan pikirannya secara terbuka, melaporkan berkurangnya cemas dan takut, mengungkapkan mengerti tentang pre dan posoprasi.
Rencana Tindakan :
a) Jelaskan apa yang terjadi selama periode praoperasi dan pascaoperasi.
R/ : Pengetahuan tentang apa yang diperkirakan membantu mengurangi kecemasan dan meningkatkan kerjasama pasien.
b) Jika laringektomi total akan dilakukan, konsultasikan dulu dengan pasien dan dokter untuk mendapatkan kunjungan dari anggota klub laringektomi.Atur waktu untuk berdiskusi
R/ : Mengetahui apa yang diharapkan dan melihat hasil yang sukses membantu menurunkan kecemasan dan memungkinkan pasien berpikir realistik.
1) Izinkan pasien untuk mengetahui keadaan pascaoperasi
R/ : Pengetahuan tentang apa yang diharapkan dari intervensi bedah membantu menurunkan kecemasan dan memungkinkan pasien untuk memikirkan tujuan yang realistik.
2) Jika akan dilakukan laringektomi horizontal atau supraglotik laringektomi, ajarkan pasien dan latih cara-cara menelan sebagai berikut:
Ketika makan duduk dan tegak lurus ke depan dengan kepala fleksi.
R/ : Belajar bagaimana beradaptasi dengan perubahan fisiologik dapat menjadikan frustrasi dan menyebabkan ansietas.
DP 2 Menolak Operasi Berhubungan Dengan Kurang Pengetahuan Tentang Prosedur Pre Dan Paskaoperasi, Kecemasan, Ketakutan Akan Kecacatan Dan Ancaman Kematian.
Karakteristik data : kurang kerjasama dan menolak untuk dioperasi, menanyakan informasi tentang persiapan pre dan prosedur posoperasi.
Tujuan : Klien akan bersedia dioperasi.
Kriteria hasil : Mengungkapkan perasaan dan pikirannya secara terbuka, mengatakan mengerti pre dan posoperasi, mengatakan berkurangnya kecemasan, klien dioperasi.
Rencana tindakan :
1. Kaji faktor-faktor yang menyebabkan klien menolak untuk dioperasi.
2. Anjurkan keluarga untuk memberikan suport seperti dukungan spiritual.
3. Direncanakan tindakan sesuai diagnosa keperawatan no.1
POST OPERASI
1. Mempertahankan jalan napas tetap terbuka, ventilasi adekuat.
2. Membantu pasien dalam mengembangkan metode komunikasi alternatif.
3. Memperbaiki atau mempertahankan integritas kulit.
4. Membuat atau mempertahankan nutrisi adekuat
5. Memberikan dukungan emosi untuk penerimaan gambaran diri yang terganggu.
6. Memberikan informasi tentang proses penyakit atau prognosis dan pengobatan.
Tujuan Pemulangan
1. Ventilasi atau oksigenasi adekuat untuk kebutuhan individu.
2. Komunikasi dengan efektif.
3. Komplikasi tercegah atau minimal
4. Memulai untuk mengatasi gambaran diri.
5. Proses penyakit atau prognosis dan program terapi dapat dipahami.
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
POST OPERASI
DP I. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan pengangkatan sebagian atau seluruh glotis, gangguan kemampuan untuk bernapas, batuk dan menelan, serta sekresi banyak dan kental.
Batasan karakteristik : sulit bernapas, perubahan pada frekwensi atau kedalaman pernapasan,penggunaan otot aksesori pernapasan, bunyi napas tidak normal,sianosis.
Tujuan : Klien akan mempertahankan jalan napas tetap terbuka.
Kriteria hasil : bunyi napas bersih dan jelas, tidak sesak, tidak sianosis, frekwensi napas normal.
Rencana tindakan :
Mandiri
1) Awasi frekwensi atau kedalaman pernapasan.Auskultasi bunyi napas.Selidiki kegelisahan, dispnea, dan sianosis.
R/ : Perubahan pada pernapasan, adanya ronki,mengi,diduga adanya retensi sekret.
2) Tinggikan kepala 30-45 derajat.
R/ : Memudahkan drainase sekret, kerja pernapasan dan ekspansi paru.
3) Dorong menelan bila pasien mampu.
R/ : mencegah pengumpulan sekret oral menurunkan resiko aspirasi. Catatan : menelan terganggu bila epiglotis diangkat atau edema paskaoperasi bermakna dan nyeri terjadi.
4) Dorong batuk efektif dan napas dalam.
R/ : Memobilisasi sekret untuk membersihkan jalan napas dan membantu mencegah komplikasi pernapasan.
5) Hisap selang laringektomi atau trakeotomi, oral dan rongga nasal. Catat jumlah, warna dan konsistensi sekret.
R/ : Mencegah sekresi menyumbat jalan napas, khususnya bila kemampuan menelan terganggu dan pasien tidak dapat meniup lewat hidung.
6) Observasi jaringan sekitar selang terhadap adanya perdarahan. Ubah posisi pasien untuk memeriksa adanya pengumpulan darah dibelakang leher atau balutan posterior.
R/ : Sedikit jumlah perembesan mungkin terjadi. Namun perdarahan terus-menerus atau timbulnya perdarahan tiba-tiba yang tidak terkontrol dan menunjukkan sulit bernapas secara tiba-tiba.
7) Ganti selang atau kanul sesuai indikasi.
R/ : Mencegah akumulasi sekret dan perlengketan mukosa tebal dari obstruksi jalan napas.
Kolaborasi
8) Berikan humidifikasi tambahan, contoh tekanan udara atau oksigen dan peningkatan masukan cairan.
R/ : Fisiologi normal ( hidung) berarti menyaring atau melembabkan udara yang lewat.
9) Awasi seri GDA atau nadi oksimetri, foto dada.
R/ : Pengumpulan sekret atau adanya ateletaksis dapat menimbulkan pneumonia yang memerlukan tindakan terapi lebih agresif.
DP. II. Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan defisit anatomi (pengangkatan batang suara) dan hambatan fisik (selang trakeostomi).
Karakteristik data : Ketidakmampuan berbicara, perubahan pada karakteristik suara.
Tujuan : Komunikasi klien akan efektif .
Kriteria hasil : Mengidentifikasi atau merencanakan pilihan metode berbicara yang tepat setelah sembuh.
Rencana tindakan :
Mandiri
1) Kaji atau diskusikan praoperasi mengapa bicara dan bernapas terganggu, gunakan gambaran anatomik atau model untuk membantu penjelasan.
R/ : untuk mengurangi rasa takut pada klien.
2) Tentukan apakah pasien mempunyai gangguan komunikasi lain seperti pendengaran dan penglihatan.
R/ : adanya masalah lain mempengaruhi rencana untuk pilihan komunikasi.
3) Berikan pilihan cara komunikasi yang tepat bagi kebutuhan pasien misalnya papan dan pensil, papan alfabet atau gambar, dan bahasa isyarat.
R/ : Memungkingkan pasien untuk menyatakan kebutuhan atau masalah.
4) Berikan waktu yang cukup untuk komunikasi.
R/ : Kehilangan bicara dan stres menganggu komunikasi dan menyebabkan frustrasi dan hambatan ekspresi.
5) Berikan komunikasi non verbal, contoh sentuhan dan gerak fisik.
R/ : Mengkomunikasikan masalah dan memenuhi kebutuhan kontak dengan orang lain.
6) Dorong komunikasi terus-menerus dengan dunia luar contoh koran,TV, radio dan kalender.
R/ : Mmempertahankan kontak dengan pola hidup normal dan melanjutkan komunikasi dengan cara lain.
7) Beritahu kehilangan bicara sementara setelah laringektomi sebagian dan atau tergantung pada tersedianya alat bantu suara.
R/ : Memberikan dorongan dan harapan untuk masa depan dengan memikirkan pilihan arti komunikasi dan bicara tersedia mungkin.
8) Ingatkan pasien untuk tidak bersuara sampai dokter memberi izin.
R/ : Meningkatkan penyembuhan pita suara dan membatasi potensi disfungsi pita permanen.
9) Atur pertemuan dengan orang lain yang mempunyai pengalaman prosedur ini dengan tepat.
R/ : Memberikan model peran, meningkatkan motivasi untuk pemecahan masalah dan mempelajari cara baru untuk berkomunikasi.
Kolaborasi
10) Konsul dengan anggota tim kesehatan yang tepat atau terapis atau agen rehabilitasi, selama rehabilitasi dasar dirumah sakit sesuai sumber komunikasi.
R/ : Kemampuan untuk menggunakan pilihan suara dan metode bicara (contoh bicara esofageal) sangat bervariasi, tergantung pada luasnya prosedur pembedahan, usia pasien, dan motivasi untuk kembali ke hidup aktif.
DP III. Kerusakan integritas kulit atau jaringan berhubungan dengan bedah pengangkatan, radiasi atau agen kemoterapi, gangguan sirkulasi atau suplai darah,pembentukan udema dan pengumpulan atau drainase sekret terus-menerus.
Karakteristik data : kerusakan permukaan kulit atau jaringan, kerusakan lapisan kulit atau jaringan.
Tujuan : Menunjukkan waktu penyembuhan yang tepat tanpa komplikasi.
Kriteria hasil : integritas jaringan dan kulit sembuh tanpa komplikasi.
Rencana tindakan :
1) Kaji warna kulit, suhu dan pengisian kapiler pada area operasi dan tandur kulit.
R/ : Kulit harus berwarna merah muda atau mirip dengan warna kulit sekitarnya. Sianosis dan pengisian lambat dapat menunjukkan kongesti vena, yang dapat menimbulkan iskemia atau nekrosis jaringan.
2) Pertahankan kepala tempat tidur 30-45 derajat.
R/ : Meminimalkan kongesti jaringan paskaoperasi dan edema sehubungan dengan eksisi saluran limfe.
3) Lindungi lembaran kulit dan jahitan dari tegangan atau tekanan. Berkan bantal atau gulungan dan anjurkan pasien untuk menyokong kepala atau leher selama aktivitas.
R/ : Tekanan dari selang dan plester trakeostomi atau tegangan pada jahitan dapat menggangu sirkulasi atau menyebabkan cedera jaringan.
4) Awasi drainase berdarah dari sisi operasi, jahitan dan drein.Rasional drainase berdarah biasanya tetap sedikit setelah 24 jam pertama.Perdarahan terus-menerus menunjukkan masalah yang memerlukan perhatian medik.
5) Catat atau laporkan adanya drainase seperti susu.
R/ : Drainase seperti susu menunjukkan kebocoran duktus limfe torakal (dapat menyebabkan kekurangan cairan tubuh dan elektrolit).
6) Ganti balutan sesuai indikasi bila digunakan.
R/ : Balutan basah meningkatkan resiko kerusakan jaringan atau infeksi..
7) Bersihkan insisi dengan cairan garam faal steril dan peroksida (campuran 1 : 1) setelah balutan diangkat.
R/ : Mencegah pembetukan kerak , yang dapat menjebak drainase purulen, merusak tepi kulit, dan meningkatkan ukuran luka.Peroksida tidak banyak digunakan karena dapat membakar tepi dan menggangu penyembuhan.
8) Bersihkan sekitar stoma dan selang bila dipasang serta hindari sabun dan alkohol.
R/ : Mempertahankan area bersih meningkatkan penyembuhan dan kenyamanan. Sabun dan agen kering lainnya dapat menimbulkan iritasi stoma dan kemungkinan inflamasi.Bahan lain selain kain dapat meninggalkan serat pada stoma yang dapat mengiritasi atau terhisap ke paru.
Kolaborasi
9) Berikan antibiotik oral, topikal dan IV sesuai indikasi.
R/ : Mencegah atau mengontrol infeksi.
DP IV. Perubahan membran mukosa oral berhubungan dengan dehidrasi, kebersihan oral tidak adekuat, kanker oral, penurunan produksi saliva sekunder terhadap radiasi atau prosedur pembedahan dan defisit nutrisi.
Karakteristik data : Xerostomia ( mulut kering ), ketidaknyamanan mulut, saliva kental atau banyak, penurunan produksi saliva, lidah kering,pecah dan kotor,bibir inflamasi, tidak ada gigi.
Tujuan : Menunjukkan membran mukosa oral baik atau integritas membran mukosa baik.
Kriteria Hasil : Mulut lembab atau tidak kering, mulut terasa segar, lidah normal, bersih dan tidak pecah, tidak ada tanda inflamasi pada bibir.
Rencana tindakan :
Mandiri
1) Inspeksi rongga oral dan perhatikan perubahan pada saliva.
R/ : Kerusakan pada kelenjar saliva dapat menurunkan produksi saliva, mengakibatkan mulut kering.
2) Perhatikan perubahan pada lidah, bibir, geligi dan gusi serta membran mukosa.
R/ : Pembedahan meliputi reseksi parsial dari lidah, platum lunak, dan faring.
3) Hisapan rongga oral secara perlahan atau sering.
R/ : Saliva mengandung enzim pencernaan yang mungkin bersifat erosif pada jaringan yang terpajan.
4) Tunjukkan pasien bagaimana menyikat bagian dalam mulut, platum, lidah dan geligi dengan sering.
R/ : Menurunkan bakteri dan resiko infeksi, meningkatkan penyembuhan jaringan dan kenyamanan.
5) Berikan pelumas pada bibir; berikan irigasi oral sesuai indikasi.
R/ : mengatasi efek kekeringan dari tindakan terapeutik; menghilangkan sifat erosif dari sekresi.
DP V. Nyeri akut berhubungan dengan insisi bedah, pembengkakan jaringan, adanya selang nasogastrik atau orogastrik.
Karakteristik data : Ketidaknyamanan pada area bedah atau nyeri karena menelan, nyeri wajah, perilaku distraksi, gelisah, perilaku berhati-hati.
Tujuan : Nyeri klien akan berkurang atau hilang.
Kriteria hasil : Klien mengatakan nyeri hilang, tidak gelisah, rileks dan ekpresi wajah ceria.
Rencana tindakan :
1) Sokong kepala dan leher dengan bantal.
R/ : Kelemahan otot diakibatkan oleh reseksi otot dan saraf pada struktur leher dan atau bahu.
2) Dorong pasien untuk mengeluarkan saliva atau penghisap mulut dengan hati-hati bila tidak mampu menelan.
R/ : Menelan menyebabkan aktivitas otot yang dapat menimbulkan nyeri karena edema atau regangan jahitan.
3) Selidiki perubahan karakteristik nyeri, periksa mulut, jahitan tenggorok untuk trauma baru.
R/ : Dapat menunjukkan terjadinya komplikasi yang memerlukan evaluasi lanjut atau intervensi.
4) Catat indikator non verbal dan respon automatik terhadap nyeri. Evaluasi efek analgesik.
R/ : Alat menentukan adanya nyeri dan keefektifan obat.
5) Anjurkan penggunaan perilaku manajemen stres, contoh teknik relaksasi, bimbingan imajinasi. Rasional meningkatkan rasa sehat,dapat menurunkan kebutuhan analgesik dan meningkatkan penyembuhan.
6) Kolaborasi dengan pemberian analgesik, contoh codein, ASA, dan Darvon sesuai indikasi. Rasional derajat nyeri sehubungan dengan luas dan dampak psikologi pembedahan sesuai dengan kondisi tubuh.Diharapkan dapat menurunkan atau menghilangkan nyeri.
DP VI. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan gangguan jenis masukan makanan sementara atau permanen, gangguan mekanisme umpan balik keinginan makan, rasa, dan bau karena perubahan pembedahan atau struktur, radiasi atau kemoterapi.
Karakteristik data : Tidak adekuatnya masukan makanan,ketidakmampuan mencerna makanan, menolak makan, kurang tertarik pada makanan,laporan gangguan sensasi pengecap, penurunan berat badan, kelemahan otot yang diperlukan untuk menelan atau mengunyah.
Tujuan : Klien akan mempertahankan kebutuhan nutrisi yang adekuat.
Kriteria hasil : Membuat pilihan diit untuk memenuhi kebutuhan nutrisi dalam situasi individu, menunjukkan peningkatan BB dan penyembuhan jaringan atau insisi sesuai waktunya.
Rencana tindakan :
1) Auskultasi bunyi usus.
R/ : Makan dimulai hanya setelah bunyi usus membik setelah operasi.
2) Pertahankan selang makan, contoh periksa letak selang : dengan mendorongkan air hangat sesuai indikasi.
R/ : Selang dimasukan pada pembedahan dan biasanya dijahit.Dorongan air untuk mempertahankan kepatenan selang.
3) Ajarkan pasien atau orang terdekat teknik makan sendiri, contoh ujung spuit, kantong dan metode corong, menghancurkan makanan bila pasien akan pulang dengan selang makanan.
R/ : Membantu meningkatkan keberhasilan nutrisi dan mempertahankan martabat orang dewasa yang saat ini terpaksa tergantung pada orang lain.
4) Mulai dengan makanan kecil dan tingkatkan sesuai dengan toleransi. Catat tanda kepenuhan gaster, regurgitasi dan diare.
R/ : Kandungan makanan dapat mengakibatkab ketidaktoleransian GI, memerlukan perubahan pada kecepatan atau tipe formula.
5) Berikan diet nutrisi seimbang (misalnya semikental atau makanan halus) atau makanan selang sesuai indikasi.
R/ : Macam-macam jenis makanan dapat dibuat untuk tambahan atau batasan faktor tertentu, seperti lemak dan gula atau memberikan makanan yang disediakan pasien.
DP VII. Gangguan citra diri berhubungan dengan kehilangan suara, perubahan anatomi wajah dan leher.
Karakteristik data : perasaan negatif tentang citra diri, perubahan dalam keterlibatan sosial, ansietas, depresi, kurang kontak mata.
Tujuan : Mengidentifikasi perasaan dan metode koping untuk persepsi negatif pada diri sendiri.
Kriteria hasil : Menunjukkan adaptasi awal terhadap perubahan tubuh sebagai bukti dengan partisipasi aktivitas perawatan diri dan interaksi positip dengan orang lain.Berkomunikasi dengan orang terdekat tentang perubahan peran yang telah terjadi.Mulai mengembangkan rencana untuk perubahan pola hidup. Berpartisipasi dalam tim sebagai upaya melaksanakan rehabilitasi.
Rencana tindakan :
1) Diskusikan arti kehilangan atau perubahan dengan pasien, identifikasi persepsi situasi atau harapan yang akan datang.
R/ : Alat dalam mengidentifikasi atau mengartikan masalah untuk memfokuskan perhatian dan intervensi secara konstruktif.
2) Catat bahasa tubuh non verbal, perilaku negatif atau bicara sendiri. Kaji pengrusakan diri atau perilaku bunuh diri.
R/ : Dapat menunjukkan depresi atau keputusasaan, kebutuhan untuk pengkajian lanjut atau intervensi lebih intensif.
3) Catat reaksi emosi, contoh kehilangan, depresi, marah.
R/ : Pasien dapat mengalami depresi cepat setelah pembedahan atau reaksi syok dan menyangkal.
4) Susun batasan pada perilaku maladaptif, bantu pasien untuk mengidentifikasi perilaku positip yang akan membaik.
R/ : Penolakan dapat mengakibatkan penurunan harga diri dan mempengaruhi penerimaan gambaran diri yang baru.
5) Kolaboratif dengan merujuk pasien atau orang terdekat ke sumber pendukung, contoh ahli terapi psikologis, pekerja sosial, konseling keluarga.
R/ : Pendekatan menyeluruh diperlukan untuk membantu pasien menghadapi rehabilitasi dan kesehatan. Keluarga memerlukan bantuan dalam pemahaman proses yang pasien lalui dan membantu mereka dalam emosi mereka.

DOWNLOAD DISINI
ATAU


0 komentar :

Posting Komentar

 

Blogger news

English French German Spain Italian Dutch

Russian Brazil Japanese Korean Arabic Chinese Simplified
Translate Widget by Google

Blogroll

Widget edited by super-bee

About