Read more: http://www.uzumaki-popey.com/2013/01/cara-membuat-blog-agar-tidak-bisa-di.html#ixzz2QmnmosON

Pages

Senin, 29 April 2013

HNP


HNP
(HERNIA NUCLEUS PULPOSUS)

I.          Penertian HNP
HNP adalah :  Problem tulang belaang yang berawal ketika bagian tengah dan lunak dari diskus akan robek diluar cincin
(Gramedia, 1996 : 202)
HNP adalah :  Sakit pinggang yang disebabkan oleh degenerasi discus dan amentum longitudinasl akibat stress setiap kali seseorang mengangkat benda berat, menegakkan badan secara bertenaga.
(Priguna Sidharta, 1999 : 241)
HNP adalah :  Hernia yang terjadi pada sumsum tulang belakang. Hernia ini terjasi karena nukleus pulposus berada diantara dua tulang belakang menonjol keluar.
(Oswari. E, 1989 : 216)

II.       Etiologi HNP
HNP dapat terjadi karena salah jatuh atau terukur atau mungkin berkaitan dengan perapuhan sendi pada orang tua diskusnya mulai rapuh, luka kecil saja dapat menyebabkan hernia. Kebanyakan kerusakan discus (90%) menyerang punggung bagian bawah, leher (80%) dan dada (1% - 2%).
Apabila terserang HNP, mereka dilahirkan dengan kanal tulang punggung bawah kecil dan memiliki formasi tulang belakang abnormal dapat lebih mudah terkena penjepitan dan kerusakan urat saraf.
(Gramedia, 1996 : 202)

III.    Manifestasi Klinis
1.         Gaya jalan yang khas yakni sedikit membungkuk dan miring ke sisi tungkai yang nyeri dengan fleksi di sendi dan lutut serta kaki yang berjingkat.
2.         Lordosis yang mendatar dengan mobilitas tulang belakang lumbal yang terbatas.
3.         Adakalanya terdapat skoliosis dengan konkavitas menghadap kesisi tungkai yang nyeri.
4.         Lipatan bokong sisi yang sakit lebih rendah dari sisi yang sehat.
5.         Adakalanya pengangkatan tungkai yang sehat dari sikap lurus menimbulkan nyeri bokong yang sakit.
6.         Nyeri tekan biasanya kurang jelas tetapi pengetukan berkali-kali pada daerah pinggang setinggi dan seisi HNP dapat menimbulkan perasaan getar yang ngilu.
(Priguna Sidharta, 1999)

IV.    Pathofisiologi
Sebagaimana diketahui diantara 2 vertebrate terdapat discus invertebralis yang pada bagian belakang tertutup dengan ligament yang terbentang disluruh vertebrae-discus sendiri terdiri dari 3 jenis jaringan, yaitu  :
1.         Annulus fibrasus
2.         Tulang muda
3.         Nucleus pulposus sebagai isi dari discus.
Dengan bertambahnya umur anak samapi dewasa, maka discus selalu berada dalam tekanan yang berat, kemudian semakin orang menjadi tua maka diskus tadi semakin mengadakan degenerasi dan menjadi semakin kecil. Dalam pertumbuhan tadi dapat pula Annulus fibrosis yang merupakan dinding dari discus, berubah kemudian robek, sehingga nucleus puposus menonjol dan merupakan hernia pada diskus tadi. Hernia ini selanjutnya dapat merobek ligament, tulang yang menutupnya, sehingga nucleus puposus dan mungkin juga tulang muda dari discus keluar menonjol didalam theca (ruang sumsum tulang belakang), proses tersebut dapat terjadi secara akut, terutama jika tekanan pada discus, sekonyong-konyong menjadi sangat tinggi, misalnya pada waktu orang mendorong benda berat dan sebagainya, menahan benda berat, mengangkat benda berat dan sebagainya, tonjolan kemuka didalam theca tadi dapat mengadakan tekanan secara langsung pada akar urat saraf dan tekanan ini menimbulkan perasaan nyeri pada bagian tubuh yang disaluri oleh urat saraf tadi. Umumnya keadaan ruptura discus tersebut hanya dapat terjadi diantara cs-cs dan antara C6 – C7 dan yang lebih banyak menimbulkan gejala-gejala low back pain, penderita umumnya berumur 20 – 24 tahun, gejala-gejala klinis yang pokok adalah rasa nyeri pada punggung rasa nyeri yang diderita kadang-kadang bersifat menggelombang, seperti adanya rangsang listrik yang kadang-kadang berhenti. Nyeri tadi dapat pula pada punggung dan menjalar kekaki. Rasa nyeri dapat ditimbulkan / menjadi lebih berat jika tubuh banyak bergerak juga pada keadaan-keadaan dimana tekanan theca meninggi rasa nyeri bertambah, misalnya batuk, wahing (bersin) menekan ruang dada perut dan sebagainya. Rasa nyeri dapat sedemikian hebatnya sehingga penderita menjadi sungguh-sungguh seperti orang sakit, tidak dapat bekerja dan harus tinggal terlentyang diatas tempat tidur. Akhirnya kecuali rasa nyeri otot-ototnya pun akan menjadi kecil dan lemah, gejala-gejala ini sangat jelas, terutama jikalau ukuran kaki yang sakit dibandingkan dengan kaki yang sehat, keadaan perasaan dan rabaan pun berubah, mula-mula terdapat  hypaesthesia, tetapi juga dapat bersifat nyeri seperti tertusuk-tusuk jarum. Selanjutnya pada punggung sering terdapat gejala-gejala flattening dan sedikit scoliosis pada punggung bawah. Otot-otot disini akan bersifat tegang dan ada pula perasaan nyeri jika diadakan tekanan tepat diatas discus yang pecah tadi. X-ray umumnya tidak menunjukkan kelainan pada tulang punggung hanya jika diadakan myelogiaphy kemungkinan dapat dilihat kelainan. Diagnose ruptureal intervertebral discus didalam urat saraf. Sedapat mungkin dalam diagnosa perlu sekaligus diteliti discus intervertebralis mana yang pecah.
(prof. Dr. R. Soeharso, 1977 : 216)


















PATHWAYS


































V.       Pemeriksaan Diagnostik
1.  RO Spiral     :  Memperlihatkan perubahan degeneratif pada tulang belakang
2.  MRI             :  Untuk melokalisasi protrusi diskus kecil sekalipun terutama untuk penyakit spinal lumbal.
3.  CT Scan dan Mielogram jika gejala klinis dan partologinya tidak terlihat  pada
     MRI
4.   Elektromiografi (EMG) :  untuk  melokalisasi  radiks saraf spinal khusus yang
Terkena.

VI.    Penatalaksanaan
1.         Pembedahan
Tujuan                : Mengurangi tekanan pada radiks saraf untuk mengurangi nyeri dan mengubah defisit neurologik
Macam  :
a.   Disektomi        :     Mengangkat fragmen herniasi atau yang keluar dari duiskus intervertebral
b.   Laminektomi   :     Mengangkat lamina untuk memanjakan elemen neural pada kanalis spinalis, memungkinkan ahli bedah untuk menginspeksi kanalis spinalis, mengidentifikasi dan mengangkat patologi dan menghilangkan kompresi medula dan radiks.
c.   Laminotomi     :     Pembagian lamina vertebra
d.   Disektomi dengan peleburan
2.         Immobilisasi
Immobilisasi  dengan mengeluarkan kalor servikal, traksi atau brace
3.         Traksi
Traksi servikal yang disertai dengan penyanggah kepala yang dikaitkan pada katrol dan beban
4.         Kompres lembab panas, analgesik, sedatif, relaksasi otot, obat anti inflamasi dan jika perlu kortikosterid.





KONSEP DASAR KEPERAWATAN

1.         Pengkajian
Data yang diperoleh / yang dikaji tergantung pada tempat terjadinya, beratnya, apakah akut atau kronik, pengaruh terhadap struktur di sekelilingnya dan banyaknya akar saraf yang terkompresi.

a.          Aktivitas / Istirahat
Gejala     :  -  Riwayat pekerjaan yang perlu mengangkat benda berat, duduk, mengemudi dalam waktu yang lam.
                  -  Membutuhkan papan / matras yang keras saat tidur
                  -  Penururnan rentang gerak dari ekstremitar pada salah satu bagian tubuh
                  -  Tidak mampu melakukan aktivitas yang biasanya dilakukan
Tanda     :  -  Atrofi otot pada bagian yang terkena
                  -  Gangguan dalam berjalan.
b.         Eliminasi
Gejala     :  -  Konstipasi, mengalami kesulitan dan defeksi
                  -  Adanya inkontinesia / retensia urin
c.          Integritas Ego
Gejala     :  -  Ketakutan akan timbulnya paralisis, ansietas, masalah pekerjaan, finasial keluarga.
Tanda     :  -  Tampak cemas, depresi, menghhindari dari keluarga / orang terdekat
d.         Neurosensori
Gejala     :  -  Kesemutan, ketakutan, kelemahan jari tangan / kaki
Tanda     :  -  Penururnan reflek tendon dalam, kelemahan otot hipotonia, nyeri tekan / spasme otot paravertebralis, penurunan persepsi sensori.
e.          Nyeri / Kenyamanan
Gejala     :  -  Nyeri seperti tertusuk pisau yang semakin memburuk dengan adanya batuk, bersin, membengkokkan badan, defekasi, mengangkat kaki atau fleksi pada leher.
                  -  Nyeri yang tidak ada hentinya atau adanya episode nyeri yang lebih berat secara intermitten, nyeri yang menjalar ke kaki, bokong (lumbal) atau bahu / lengan, kaku pada leher.
                  -  Terdengar adanya suara “krek” saat nyeri bahu timbul
                  -  Keterbatasan untuk mobilisasi / membungkuk ke depan.
Tanda     :  -  Sikap dengan cara bersandar dari bagian tubuh yang terkena
                  -  Perubahan cara berjalan, berjalan dengan terpincang-pincang, pinggang terangkat pada bagian tubuh yang terkena.
                  -  Nyeri pada palpasi
f.          Keamanan
Gejala     :      Adanya riwayat masalah punggung yang baru saja terjadi
(Doengoes, 1992 : 320)























DIAGNOSA KEPERAWATAN

1.         Nyeri akut berhubungan dengan pada akar urat saraf spinal ditandai dengan  :
DS  :  Pasien mengatakan nyeri
DO  :  Menggosok bagian yang nyeri
           Penurunan terhadap aktifitas.

2.         Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri pada bagian belakang dan sisi tungkai ditandai dengan  :
DS  :  -
DO  :  -   Tidak dapat melakukan aktifitas
           -   Kesulitan dalam gerakan yang diinginkan
           -   Keterbatasan rentang gerak

3.         Gangguan citra tubuh berhubungan dengan flattening dan scoliosis ditandai dengan
DS  :  -
DO  :  -   Terjadi perubahan dalam keterbatasan soasial
           -   Mengalami ketidak berdayaan
           -   Larut dengan perubahan / kehilangan

4.         Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang HNP ditandai dengan
DS  :      Mengungkapkan kurang pengetahuan / ketrampilan / permintaan informasi
DO  :      -

5.         Anxietas berhubungan dengan tindakan medis, yaitu laminektomi itandai dengan
DS  :      Mengungkapkan ketidakmampuan untuk mengatasi
DO  :      Ketakutan dan ketidak mampuan
              Tegangan otot, gelisah




RENCANA KEPERAWATAN DAN INTERVENSI

I.          Tujuan dan Kriteria Hasil
1.         Pasien mengatakan nyeri berkurang setelah dilakukan tindakan dengan kriteria  :
DO   :  -    Pasien tidak menggosok bagian yang nyeri
            -    Pasien mampu untuk melanjutkan aktivitas sebelumnya
DS    :  -    Pasien mengatakan nyeri berkurang
Intervensi     :
a.          Kaji adanya keluhan nyeri, cacat lokasi, cacat lokasi, lamanya serangan, faktor pencetus / yang memperberat. Mintauntuk menetapkan skala 0 – 10.
Rasional   :   Membantu menentukan pilihan intervensi dan memberikan dasar perbandingan dan evaluasi terahadap terapi.
b.          Pertahankan tirah baring secara fase akut, letakkan pasien pada posisi semi fowler dengan tulang spinal, pinggang dan lutut dalam keadaan fleksi, posisi terlentang dengan / tanpa meninggikan kepala 10º – 30º pada posisi lateral.
Rasional   :   Tirah baring dalam posisi yang nyaman memungkinkan pasien untuk spasme otot, menurunkan penekanan pada bagian tubuh tertentu dan memfasilitasi terjadinya reduksi dari tonjolan diskus.
c.          Gunakan logroll (papan) selama melakukan perubahan posisi
Rasional   :   Menurunkan fleksi, putaran, desakan pada daerah belakang tubuh.
d.         Batasi aktifitas selama fase akut sesuai dengan kebutuhan
Rasional   :   Menurunkan gaya grafitasi dan gerak yang dapat menghilangkan spasme otot dan menurunkan edema dan tekanan pada struktur sekitar diskus inverte bralis yang terkena.
e.          Instruksikan pasien untuk melakukan teknik relaksasi / visualisasi
Rasional   :   Memfokuskan perhatian pasien, membantu menurunkan tegangan otot, dan meningkatkan proses penyembuhan.


f.           Instruksikan / anjurkan untuk melakukan mekanika tubuh yang tepat
Rasional   :   Menghilangkan / mengurangi stress pada otot dan mencegah trauma lebih lanjut.
g.          Kolaborasi untuk memberi obat sesuai kebutuhan relakson obat seperti ; diacepaim, kansoprodol.
Rasional   :   Merelaksasikan otot dan menurunkan nyeri

2.         Pasien dapat beraktivitas setelah dilakukan tindakan keperawatan
Kriteria hasil    :
DS    :  -
DO   :  -    Pasien dapat melaksanakan mobilitas ditempat tidur
            -    Pasien dapat melakukan ambulansi
            -    Pasien sudah mau menggerakkan badannya
Intervensi     :
a.          Catat respon emosi / perilaku pada immobilisasi. Berikan aktifitas yang sesuai dengan pasien.
Rasional   :   Immobilitas yang dipaksakan dapat memperbesar kegelisahan peka rangsang, aktifitas persalinan membantu dalam memfokuskan kembali perhatian pasien.
b.          Berikan pasien untuk melakukan latihan rentang gerak aktif dan pasif
Rasional   :   Memperkuat otot abdomen dan fleksor tulang belakang memperbaiki mekanika tubuh.
c.          ikuti aktivitas / prosedur dengan periode istirahat. Anjurkan pasien untuk tetep berperan serta dalam aktivitas sehari-hari dalam keterbatasan individu.
Rasional   :   Meningkatkan penyembuhan dan mebentuk kekuatan otot dan kesabaran, partisipasi pasien akan meningkatkan kemandirian pasien dan perasaan kontrol terhadap diri sendiri.
d.         Anjurkan pasien untuk meltyih kaki bagian kaki bawah / lutut. Nilai adanya edema, eritema pada ekstermitas bawah, adanya tanda hormon
Rasional   :   Stimulasi sirkulasi vena / arus balik vena menurunkan keadaan vena yang statis dan memungkinkan terbentuknya trombus.
e.          Berikan obat untuk menghilangkan nyeri, kira-kira 30 menit sebelum memindahkan / melakukan ambulansi pasien.
Rasional   :   Antisipasi terhadap nyeri dapat memungkinkan ketegangan otot. Obat merelaksasikan pasien, meningkatkan rasa nyaman dan kerja sama pasien selama melakukan aktivitas.

3.         Pasien tidak perlu malu dengan gangguan citra tubuhnya setelah dilakukan tindakan keperawatan
Kriteria hasil    :
DS    :  -
DO   :  -    Tidak terjadi perubahan dalam keterlibatan sosial
            -    Pasien tidak mengalami ketidak berdayaan
            -    Pasien tidak larut dengan perubahan atau kehilangan.
Intervensi     :
a.          Dorong individu untuk mengekspresikan perasaan. Kususnya mengenai pikiran, perasaan, pandangan dirinya.
Rasional   :   Memberikan kesempatan mendiskusikan persepsi pasien tentang dari gambaran diri dan kenyataan situasi individu.
b.          Dorong individu untuk bertanya mengenai masalah, penanganan, perkembangan prognosa kesehatan
Rasional   :   Agar pasien mengetahui perkembangan penyakitnya
c.          Berikan informasi yang dapat dipercaya dan perkuat informasi yang telah diberikan
Rasional   :   Informasi yang tepat dapat meningkatkan kepercayaan klien
d.         Siapkan orang terdekat terhadap perubahan fisik dan emosional. Dukung keluarga ketika mereka berupaya untuk beradaptasi.
Rasional   :   Agar pasien tidak merasa dikucilkan , ada perhatian keluarga yang memacu ingin cepat sembuh.

4.         Pasien dapat mengetahui perjalanan penyakit dan tidakan keparawatan
Kriteria hasil    :
DS    :  Pasien bisa mengungkapkan dan menjelaskan tentang penyakitnya
DO   :  -
Intervensi     :
a.          Jelaskan kembali proses penyakit dan prognosis serta pembahasan kegiatan, seperti hindari mengemudikan kendaraan dalam periode waktu yang lama.
Rasional   :   Pengetahuan dasar yang memadai memungkinkan pasien untuk membuat pilihan yang tepat, dapat meningkatkan kerjasama pasien mengenai program pengobatan dan mendapatkan penyembuhan yang optimal.
b.          Berikan informasi tentang berbagai hal dan instruksikan pasien untuk melakukan perubahan-perubahan mekanika tubuh tanpa bantuan dan juga melakukan latihan.
Rasional   :   Menurunkan resiko terjadinya trauma berulang dari leher / punggung dengan menggunakan otot-otot bokong.
c.          Diskusikan mengenai kebutuhan diet
Rasional   :   Diet serat tinggi dapat mengurangi konstipasi, kalori yang dibatasi dapat meningkatkan pengontrolan / penurunan berat badan yang dapat menurunkan tekanan pada diskus intervertebrallis.
d.         Anjurkan untuk menggunakan papan / matras yang kuat, bantal kecil yang agar datar dibawah leher, tidur miring dengan lutut difleksikan, hindari posisi telungkup.
Rasional   :   Dapat menurunkan regangan otot melalui dunkungan struktural dan pencegahan terhadap hiperktensi dari tulang belakang

5.         Klien tidak merasa cemas setelah dilakukan keperawatan
Kriteria hasil    :
DS    :  -
DO   :  -
Intervensi     :
a.          Kaji perubahan perilkau / perubahan dalam tingkat kesadaran
Contoh : orientasi waktu tempat dan orang
Rasional   :   Dapat mengindikasikan tingkat toksisitas uremik, respon terhadap terjadinya komplikasi diallisis dan memerlukan pengkajian / intervensi lanjut.
b.          Pertahankan penjelasan sederhana
Rasional   :   Memperbaiki orientasi reallitas
c.          Berikan lingkungan aman, berikan pembatas bila perlu, pagar tempat tidur diberi bantalan
Rasional   :   Mencegah trauma






























DAFTAR PUSTAKA

Doengoes, ME, dkk, 1993, Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3 Buku Kedokteran EGC ; Jakarta

Dunphy, J Engelbert, 1980, Pemeriksaan Fisik Bedah, Yayasan Essentia Medica ; Yogyakarta.

Oswani, E, 1989, Bedah dan Perawatannya, PT Gramedia ; Jakarta

R. Soeharso, prof. Dr, 1977, Ilmu Bedah Orthopedi, Yayasan Essential Medica ; Yogyakarta

Sidharta, Priguna, 1999, Neurologis Klinis dalam Praktek Umum, Dian Rakyat ; Jakarta

Snell, Richard. S, 1996, Nevroanatomi Klinik Edisi 2, Buku Kedokteran EGC ; Jakarta

0 komentar :

Posting Komentar

 

Blogger news

English French German Spain Italian Dutch

Russian Brazil Japanese Korean Arabic Chinese Simplified
Translate Widget by Google

Blogroll

Widget edited by super-bee

About