Read more: http://www.uzumaki-popey.com/2013/01/cara-membuat-blog-agar-tidak-bisa-di.html#ixzz2QmnmosON

Pages

Selasa, 23 April 2013

Leukemia


BAB I
KONSEP DASAR MEDIK

A.  PENGERTIAN
Leukemia adalah proliferasi sel darah putih yang masih imatur dalam jaringan pembentuk darah (Suriadi, 2001).

Leukemia adalah suatu penyakit klonal yang berarti satu sel kanker abnormal berproliferasi tanpa kontrol dan menghasilkan sekelompok sel-sel anak yang abnormal (Corwin, 2001).

Leukemia adalah kanker pada jaringan pembentuk darah, bentuk kanker yang ditemukan pada masa kanak-kanak (Wong,2008).

Leukemia adalah suatu penyakit keganasan/neoplasma yang berupa proliferasi abnormal pada sel darah putih yang menyebabkan kanker pada alat pembentuk darah (Kelompok).
 









B.     KLASIFIKASI
1.      Leukemia Mielogenus Akut (LMA)
Mengenai sel sistem hematopoetik yang kelak berdiferensiasi ke semua sel mieloid; monosit, granulosit (basofil, netrofil, eosinofil), eritrosit, dan trombosit. Semua kelompok usia dapat terkena. Insidensi meningkat sesuai dengan bertambahnya usia. Merupakan leukemia nonlimfositik yang paling sering terjadi.
2.      Leukemia Mielogenus Kronis (LMK)
LMK juga dimasukkan dalam mmatu keganasan sel immatur. Namun lebih banyak sel normal dan imatur yang berbentuk akut, sehingga penyakit ini lebih ringan. LMK jarangmenyerang individu dibawah 20 tahun. Manifestasi mirip dengan gambaran LMA tetapi dengan tanda dan gejala yang lebih ringan. Pasien menunjukkan tanpa gejala selama bertahun-tahun, peningkatan leukosit kadang sampai jumlah yang luar biasa, limpa membesar.
3.      Leukemia Limfositik Kronis (LLK)
LLK merupakan kelainan ringan mengenai individu usia 50 -70 tahun. Manifestasi klinispasien tidak menunjukkan gejala. Penyakit baru terdiagnosa saat pemeriksaan fisik atau penanganan penyakit.
4.      Leukemia Limfositik Akut (LLA)
LLA dianggap sebagai proliferasi ganas limfoblast. Sering terjadi pada anak-anak, laki-laki lebih banyak dibandingkan perempuan. Puncak insiden usia 4 tahun, setelah usia 15tahun. LLA jarang terjadi. Limfosit immature berproliferasi dalam sumsum tulang dan jaringan perifer sehingga mengganggu perkembangan sel normal.
(Guyton, 2007)

C.     EPIDEMIOLOGI
1.      Insiden pertahunnya 3 – 4 kasus per 100.000 anak – anak kulit putih yang berusia di bawah 15 tahun
2.      Lebih sering pada anak laki – laki dari pada perempuan yang berusia di atas 1 tahun dan awitan puncaknya terjadi pada usia 2 dan 6 tahun.




D.    ANATOMI FISIOLOGI
1.      Darah
Komponen-komponen dalam darah adalah:
a.       Cairan : Plasma darah merupakan substansi kompleks yang mengandung protein (albumin, glubulin, dan fibrinogen), karbohidrat (glukosa), lemak, mineral, protein dan hormon.
b.      Komponen-komponen seluler:
1)      Eritrosit (Sel darah merah)
2)      Leukosit (Sel darah putih)
Berdasarkan ada tidaknya granula, leukosit dibagi menjadi:
a)      Leukosit Granuler : Eosinofil, Basofil, Neutrofil
b)      Leukosit Agranuler           : Monosit dan Limfosit
3)      Trombosit (platelet)






Darah juga dibagi dalam beberapa golongan:
a.       Golongan A punya aglutinogen A dalam eritrosit dan agglutinin Beta dalam serum
b.      Golongan B punya aglutinogen B dalam eritrosit dan agglutinin Alfa dalam serum
c.       Golongan AB
d.      Golongan O

2.      Mekanisme pembekuan darah
Sistem pembuluh darah membentuk suatu sirkuit yang utuh yang mempertahankan darah dalam keadaan cair. Jika terdapat kerusakan pembuluh darah, trombosit dan sistem koagulasi akan menutup kebocoran atau kerusakan tersebut sampai sel pada dinding pembuluh darah memperbaiki kebocoran tersebut secara permanen.

Proses ini meliputi:
a.       Interaksi pembuluh darah dengan struktur penunjangnya
b.      Trombosit dan interaksinya dengan pembuluh darah yang mengalami kerusakan.
c.       Pembentukan fibrin oleh sistem koagulasi.
d.      Pengaturan terbentuknya bekuan darah oleh inhibitor/penghambat faktor pembekuan dan sistem fibrinnolisis.
e.       Pembentukan kembali (remodelling) tempat yang luka setelah perdarahan berhenti.

Trombosit akan membentuk sumbat hemostatis melalui proses:
a.       Adhesi. Melekat pada pembuluh darah
b.      Agregasi. Yaitu saling melekat di antara trombosit tersebut, yang kemudian menjadi dilanjutkan dengan proses koagulasi.

Proses pembekuan darah:
Sel darah pembeku disebut juga trombosit. Trombosit bentuknya tidak beraturan, berukuran kecil ± 3 μ dan tidak memiliki inti. Jumlahnya ± 200.000 – 450.000/mm3 darah. Trombosit dibuat dalam sumsum merah dari megakariosit. Megakariosit merupakan trombosit yang sangat besar dalam sumsum tulang. Trombosit berfungsi dalam proses pembekuan darah jika terjadi luka. Sifatnya rapuh, jika terkena benturan pada bidang yang besar atau berhubungan dengan udara akan pecah dan akan mengeluarkan zat yang disebut trombokinase atau tromboplastin.

Apabila terjadi luka dan darah keluar, trombosit akan bersentuhan dengan permukaan luka yang kasar, akan pecah dan mengeluarkan tromboplastin/trombokinase. Trombokinase bersama-sama ion Ca++ akan mengubah protrombin menjadi trombin. Protombin adalah senyawa globulin yang larut dalam plasma darah. Protrombin dibuat di dalam hati dengan bantuan vitamin K.

Begitu thrombin aktif terbentuk dalam proses hemostasis atau thrombosis, konsentrasinya harus dikontrol secara cermat untuk mencegah pembentukan bekuan lebih lanjut atau pengaktifan trombosit. Pengontrolan ini dilakukan melalui 2 cara yaitu:
a.       Thrombin beredar dalam darah sebagai prekorsor inaktif, yaitu protrombin. Pada setiap reaksinya, terdapat mekanisme umpan balik yang akan menghasilkan keseimbangan antara aktivasi dan inhibisi.
b.      Inaktivasi setiap thrombin yang terbentuk oleh zat inhibitor dalam darah.

Trombin akan mengubah fibrinogen menjadi fibrin yang akan menghalangi keluarnya sel-sel darah hingga terjadi pembekuan darah dalam waktu ± 5 menit. Untuk lebih jelasnya, perhatikanlah bagan pembekuan darah berikut ini.

Fibrinolisis (pemecahan fibrin) merupakan mekanisme pertahanan tubuh untuk mempertahankan patensi pembuluh darah dan menormalkan aliran darah. Enzim yang berperan dalam sistem ini adalah plasminogen, yang akan diubah menjadi plasmin dan kemudian akan memecah fibrinogen dan fibrin menjadi fibrinogen degradation produk (FDP).
(Syaifuddin, 2011)

E.     ETIOLOGI
Penyebab yang pasti belum diketahui, ada beberapa faktor predisposisis yang dapat menyebabkan terjadinya leukemia:
1.      Faktor genetik : virus tertentu dapat menyebabkan terjadinya perubahan struktur gen (T cell leukemia – lymphoma virus / HTLV)
2.      Radiasi
3.      Obat – obat imunosupresif , obat – obat karsinogenik
4.      Faktor herediter (kembar monozigot)
5.      Kelainan kromosom (down syndrom)

F.      PATOFISIOLOGI
1.      Normalnya tulang marrow di ganti dengan tumor yang malignant, imaturnya sel blast à adanya proliferasi sel blast mengakibatkan produksi eritrosit dan platelet terganggu sehingga akan menimbulkan anemia dan trombositopenia.
2.      Sistem retikuloendotelial akan terpengaruh dan menyebabkan gangguan sistem pertahanan tubuh dan mudah mengalami infeksi.
3.      Manifestasi akan tampak pada gambaran gagalnya bone marrow dan infiltrasi organ, sistem saraf pusat. Gangguan pada nutrisi dan metabolisme. Depresi sumsum tulang yang akan berdampak pada penurunan leukosit, eritrosit, faktor pembekuan dan peningkatan tekanan jaringan.
4.      Adanya infiltrasi pada ekstra meduler akan berakibat terjadinya pembesaran hati, limfe dan nodus limfe dan nyeri persendian.
(Suriadi,2001;175)




















G.    PATHWAY




H.    TANDA DAN GEJALA
1.      Kepucatan dan rasa lelah akibat anemia
2.      Infeksi berulang akibat penurunan sel darah putih
3.      Perdarahan dan memar akibat trombositopenia
4.      Nyeri tulang akibat penumpukan sel – sel di sumsum tulang, yang menyebabkan peningkatan tekanan dan kematian sel.
5.      Penurunan berat badan karena berkurangnya nafsu makan dan peningkatan konsumsi kalori oleh sel – sel neoplastik.
6.      Limfadenopati,splenomegali dan hepatomegali akibat infiltrasi sel leukemik ke organ – organ limfoid
7.      Pilek tidak sembuh – sembuh
8.      Demam dan anoreksia
9.      Nyeri abdomen
10.  Abnormal WBC
(Corwin, 2001 ; Suriadi, 2001)

I.       PEMERIKSAAN PENUNJANG
1.      Pemeriksaan darah tepi àterdapat lekosit yang imatur
2.      Aspirasi sumsum tulang ( BMP ) à hiperseluler terutama banyak terdapat sel muda
3.      Lumbal punksi à untuk mengetahui apakan sistem saraf pusat terinfiltrasi. ( Suriadi , 2001 ; 177 )
4.       CT scan (CAT scan): Sebuah prosedur yang membuat serangkaian gambar detil dari perut, diambil dari sudut yang berbeda. Gambar-gambar yang dibuat oleh komputer yang terhubung ke mesin x-ray. Pewarna mungkin disuntikkan ke pembuluh darah atau ditelan untuk membantu organ-organ atau jaringan muncul lebih jelas. Prosedur ini juga disebut tomografi komputer, computerized
5.      MRI (Magnetic Resonance Imaging): Sebuah prosedur yang menggunakan magnet, gelombang radio, dan komputer untuk membuat serangkaian gambar-gambar detil dari daerah di dalam tubuh. Prosedur ini juga disebut nuklir Magnetic Resonance Imaging (NMRI).
6.      Hitung darah lengkap :menunjukan anemia normositik
a.       Hemoglobin àdapat kuarang dari 10 g
b.      Retikulosit à jumlahnya rendah
c.       Trombosit à mungkin sangat rendah <50.000/mm
d.      SDP à lebih dari 50.000 (adanya sel blast leukemi)

J.       PENATALAKSANAAN
1.      Pemakaian agen kemoterapeutik ada 4 fase :
a.       Terapi induksi , yang menghasilkan remisi total atau remisi dengan kurang dar 5 % sel – sel leukemia dalam sumsum tulang.
b.      Terapi profilaksis SSP , yang mencegah agar sel – sel leukemia tidak mengivasi SSP.
c.       Terapi intensifikasi , yang menghilangkan sel – sel leukemia yang masih tersisa,diikuti dengan terapi intensifikasi lambat ( delayed intensification ) yang mencegah timbulnya klon leukemik yang resisten.
d.      Terapi rumatan , yang berfungsi untuk mempertahankan fase remisi , walaupun kombinasi terapi obat dan radiasi dapat bervareasi per institusi,karakteristik prognosis atau resiko pada pasien dan tipe leukemia yang ditangani.
2.      Induksi remisi
Hampir segera setelah diagnosis ditegakkan, terapi induksi dimulai dan berlangsung selama 4 hingga 6 minggu. Obat-obatan utama yang dipakai untuk induksi pada ALL adalah kortikosteroid (terutama prednison), vinkristin dan L-asparaginase, dengan atau tanpa doksorubisin. Tetapi obat pada AML meliputi doksorubisin atau daunorubisin (daunomisin) dan sitosin arabinosida; berbagai obat-obatan lain mungkin digunakan.
      Karena banyak diantara obat ini juga menyebabkan mielosupresi unsur-unsur darah yang normal, periode waktu yang terjadi segera sesudah remisi merupakan periode yang sangat menentukan. Tubuh pasien tidak lagi memiliki pertahanan dan sangat rentan terhadap infeksi dan perdarahan spontan. Konsekuesinya, terapi suportif selama periode ini sangat esensial.
3.      Reinduksi sesudah relaps
Adanya sel-sel leukimia dalam sumsum tulang, SSP atau testis menunjukkan terjadinya relaps/kekambuhan penyakit. Terapi pada anak-anak yang mengalami relaps meliputi terapi reinduksi dengan prednison dan vinkristin, disertai pemberian kombinasi obat lain yang belum digunakan. Terapi preventif SSP dan terapi rumatannya dilaksanakan sesuai dengan yang telah diuraikan sebelumnya dan dilaksanakan setelah remisi.
4.      Transplantasi sumsum tulang
Transplantasi sumsum tulang sudah dilakukan untuk penanganan anak-anak yang menderita ALL dan AML dengan hasil baik. Transplantasi ini tidak direkomendasikan untuk anak-anak yang menderita ALL selama remisi yang pertama karena kemoterapi masih mungkin memberikan hasil yang menakjubkan. Mengingat prognosis anak-anak yang menderita AML lebih buruk, transplantasi sumsung tulang alogenik bisa dipertimbangkan selama remisi pertama. Transplantasi sumsum tulang alogenik meliputi tindakan memperoleh sumsum tulang dari donor anggota keluarga yang histokompatibel dan cocok, biasanya dari saudara kandung.

      Sumsum tulang yang digunakan untuk transplantasi bukan hanya dari donor yang ada hubungan keluarga tetapi juga bisa dari donor yang tidak memiliki hubungan keluarga asalkan antigennya cocok atau dari donor yang antigennya tidak cocok. Sel-sel tunas (stem cells) darah tepi juga dapat digunakan. Transplan sel tunas darah perifer dapat berdiferensiasi menjadi sel-sel khusus dalam sistem hematologi dan transplan ini bisa diperoleh dari donor yang ada hubungan keluarga atau tidak, atau dari darah tali pusat. Tanpa memerhatikan tipe transplannya, tindakan transplantasi sumsung tulang disertai dengan angka morbiditas dan mortalitas yang signifikan yang meliputi graft-vs-host diseadse, infeksi menyeluruh atau kerusakan organ yang berat. Kesembuhan sesudah dilakukan transplantasi sumsum tulang berkisar dari 30% hingga 60%; angka relaps pasca-transplantasi juga menunjukkan prognosis yang suram.

K.    KOMPLIKASI
1.      Sepsis
2.      Perdarahan
3.      Gagal organ
4.      Iron Deficiency Anemia ( IDA )
5.      Kematian

L.     PROGNOSA
1.      Anak – anak yang di diagnosis pada saat berusia antara 2 tahun dan 9 tahun secara konsisten menunjukan prognosis yang lebih baik di bandingkan dengan anak – anak yang didiagnosis sebelum usia 2 tahun dan lebih dari 10 tahun
2.      Before chemotherapy and other cancer cure methods were invented, a patient with acute lymphocytic leukemia could survive for 4 months at the most. However, thanks to modern treatment methods, about 80% of the affected children are completely cured. Adults have been seen to have a 40% chance of complete cure. Acute leukemia prognosis will vary, depending on the stage of disease progression, but children in the age group of 3 to 7 seem to have the highest chance of complete recovery.
3.      Prognosis also varies depending on the form of leukemia. In general, patients with chronic forms of the disease tend to live longer than those with acute forms. The average survival rate for patients with chronic leukemia is about nine years. By contrast, only about half of all patients with acute myelogenous leukemia survive five years. For acute lymphocytic leukemia, the survival rate is even less.
BAB II
KONSEP DASAR KEPERAWATAN

A.    PENGKAJIAN
1.      Aktifitas
Gejala : kelelahan,malaise,kelemahan,tidak
Tanda : kelelahan otot , peningkatan kebutuhan tidur
2.      Sirkulasi
Gejala : palpitasi
Tanda : takikardi,murmur jantung,membran mukosa pucat
3.      Eliminasi
Gejala : diare,nyeri tekan perianal,feces hitam,hematuri
4.      Integritas ego
Gejala : perasaan tak berdaya/tak ada harapan
Tanda : depresi,menarik diri,ansietas,takut,marah,kacau
5.      Makanan / cairan
Gejala : kehilangan nafsu makan ,anoreksia ,muntah,    perubahan BB, disfagia
Tanda : distensi abdominal,penurunan bunyi usus, ulkus mulut,hipetropi gusi
6.      Neurosensori
Gejala : kurang koordinasi,disorientasi,pusing
Tanda : otot mudah teransang,aktivitas kejang
7.      Nyeri / kenyamanan
Gejala : nyeri abdomen,sakit kepala,nyeri tulang/sendi
Tanda : perilaku berhati – hati,gelisah
8.      Pernafasan
Gejala : nafas pendek
Tanda : dispnea,takipnea,batuk,ronki
9.      Keamanan
Gejala : gagngguan penglihatan,riwayat infeksi, perdarahan     spontan
Tanda : demam,kemerahan ,purpura,infiltrat leukemik pada dermis
10.  Seksualitas
Gejala : penurunan libido, impoten

Menurut Suriadi (2001), pengkajian fokus yang perlu dilakukan adalah:
1.      Riwayat penyakit
2.      Kaji adanya tanda-tanda anemia: pucat, kelamahan, sesak napas
3.      Kaji adanya tanda-tanda leucopenia: demam, infeksi
4.      Kaji adanya trombositopenia: petechie, purpura, perdarahan membrane mukosa
5.      Kaji adanya tanda-tanda invasi ekstra medulola: limfadenopati, hepatomegali
6.      Kaji adanya pembesaran testis
7.      Kaji adanya hematuria, hipertensi, gagal ginjal, inflamasi sekitar rectal, nyeri

B.     DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.      Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d. mual muntah
2.      Resiko cedera b.d peningkatan TIK
3.      Intoleransi aktivitas b.d. kelemahan akibat anemia
4.      Hipertermia b.d. proses inflamasi sekunder karena depresi sumsum tulang
5.      Resiko infeksi b.d penurunan sistem pertahanan tubuh
6.      Nyeri akut b.d efek fisiologis
7.      Kerusakan integritas kulit b.d. pemberian agen kemoterapi, radioterapi, imobilitas
8.      Gangguan citra tubuh b.d. alopesia dan perubahan pola penampilan
9.      Penurunan koping keluarga
10.  Ansietas
11.  Defisiensi pengetahuan


C.     NOC DAN NIC
  1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d mual muntah
Tujuan: BB meningkat, turgor kulit baik, tidak ada mual atau muntah, nafsu makan meningkat
Intervensi:
a.       Observais kebiasaan makan klien
b.      Berikan makanan dalam keadaan menarik
c.       Anjurkan untuk  melonggarkan tekanan dan jelaskan bahwa hilangnya nafsu makan dimungkinkan karena efek kemoterapi
d.      Kolaborasi dengan ahli gizi

  1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan; perdarahan
Tujuan : mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit
Kriteria hasil: tidak ada tanda-tanda dehidrasi, torgor kulit baik, mukosa bibir lembab, tanda-tanda vital membaik
Intervensi :
a.       Monitor intake dan output cairan
Rasional: untuk mengetahui adanya dehidrasi
b.      Kaji tanda-tanda dehidrasi
Rasional: untuk mengetahui tingkat dehidrasi
c.       Awasi tanda-tanda vital
Rasional: takikardia dapat menunjukkan respon terhadap efek kehilangan cairan

  1. Nyeri akut berhubungan dengan trauma
Tujuan: nyeri hilang
Kriteria hasil: orang tua pasien mengatakan nyerinya sudah berkurang, ditandai dengan: pasien tidak lagi menahan sakit, pasien lebih tenang, tanda-tanda vital tidak ada yang naik seperti tekanan darah, nadi, pernafasan, pasien tampak rileks.
Intervensi  :
a.       Beri  kompres hangat di bagian yang sakit
Rasional: memberikan kenyamanan
b.      Ubah posisi klien bila nyeri
Rasional: kaji karakter, intensitas dan letak nyeri
c.       Kaji tanda dehidrasi
Rasional: untuk mengetahui tingkat dehidrasi

  1. Resiko cedera b.d peningkatan TIK
Intervensi:
a.       Kaji kemampuan pasien untuk mobilisasi, cek factor yang potensial meningkatkan cedera
b.      Kaji adanya tanda dan gejala penurunan perfusi jaringan
c.       Ajarkan manajemen aktivitas
d.      Lakukan upaya pencegahan perdarahan
e.       Kolaborasi pemberian obat

  1. Intoleransi aktivitas berhubugan dengan kelemahan fisik, kebutuhan energi yang berlebihan
Tujuan: klien beraktivitas seperti biasa, Tidak terjadi kelelahan
Kriteria hasil: pasien kembali ceria,dan tidak rewel lagi.
Intervensi :
a.       Kaji respon individu terhadap aktivitas
Rasional: menentukan tingkat ketergantungan pasien
b.      Tingkatkan aktivitas secara bertahap
Rasional: mengurangi penggunaan energy
c.       Ajarkan metode penghematan energy
Rasional: penghematan energi                 
d.      Berikan diet tinggi kalori tinggi protein
Rasional: pemenuhan nutrisi pasien

D.    ASPEK LEGAL, ETIK, DAN ADVOKASI
1.      Accountability
Perawat bertanggung jawab dan bertanggung gugat terhadap segala tindakan yang dilakukan. Pada kasus semua kasus, perawat bertanggung jawab atas mulai dari proses pengkajian, membuat diagnosa keperawatan, intervensi keperawatan hingga segala informasi mengenai asuhan keperawatan yang di lakukan, baik sebelum, saat dan pasca intervensi yaitu evaluasi.
2.      Autonomi (penentuan pilihan)
Perawat yang mengikuti prinsip autonomi menghargai hak klien untuk mengambil keputusan sendiri. Dengan menghargai hak autonomi berarti perawat menyadari keunikan individu secara holistik. Setiap individu harus memiliki kebebasan untuk memilih.
3.      Beneficience.
Beneficence berarti melakukan yang baik. Perawat memiliki kewajiban untuk melakukan dengan baik, yaitu mengimplementasikan tindakan yang mengutungkan klien dan keluarga serta meningkatkan kesejahteraan klien dengan cara melindungi hak-hak klien.
4.      Non-malefisience (tidak membahayakan klien).
Non Maleficence berarti tugas yang dilakukan perawat tidak menyebabkan bahaya bagi kliennya. Prinsip ini adalah prinsip dasar sebagian besar kode etik keperawatan. Bahaya dapat berarti dengan sengaja membahayakan, resiko membahayakan, dan bahaya yang tidak disengaja.
5.      Justice (perlakuan adil)
Prinsip keadilan menuntut perlakuan terhadap orang lain yang adil danmemberikan apa yang menjadi kebutuhanan mereka. Ketika ada sumber untuk di berikan dalam perawatan, perawat dapat mengalokasikan dalam cara pembagian yang adil untuk setiap penerima atau bagaimana supaya kebutuhan paling besar dari apa yang merekabutuhkan untuk bertahan hidup.
6.      Fidelity (Setia)
Prinsip kesetiaan menyatakan bahwa perawat harus memegang janji yang dibuatnya kepada klien. Jadi, ketika seseorang jujur dan memegang janji yang di buatnya, rasa percaya yang sangat penting dalam hubungan perawat-klien akan terbentuk.Fidelity berarti setia terhadap kesepakatan dan tanggung jawab yang dimikili oleh seseorangperawat. Pada kasus, perawat harus memegang janji yang telah di bicarakan sebelumnyakepada klien.
7.      Veracity (Kebenaran)
Veracity mengacu pada mengatakan kebenaran. Prinsip mengatakan yang sebenarnya mengarahkan praktisi untuk menghindari melakukan kebohongan pada klien atau menipu mereka. Pada kasus, perawat harus berkata jujur.



















DAFTAR PUSTAKA

Corwin, Ellizabeth. (2001). Buku saku patofisiologi. Jakarta: EGC

Mansjoer, Arif. (2000). Kapita selekta kedokteran. Jakarta: EGC

Muttaqin, Arif. (2009). Buku ajar asuhan keperawatan klien dengan gangguan system kardiovaskuler dan hematologi. Jakarta: Salemba Medika

Price, Sylvia. & Wilson. (1994). Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jakarta: EGC

Smeltzer, Suzzane. (2001). Buku ajar keperawatan medical bedah, Brunner Suddarth. Edisi 8. Jakarta: EGC

Suriadi. Rita, Y. (2001). Asuhan keperawatan pada anak. Edisi I. Jakarta: EGC

Syaifuddin. (2011). Anatomi tubuh manusia untuk mahasiswa keperawatan. Edisi kedua. Jakarta: EGC

Wong, Donna L. (2008). Buku ajar asuhan keperawatan pediatric. Volume 2. Jakarta: EGC









SATUAN ACARA PENYULUHAN

Pokok bahasan                        : leukemia
Sasaran                                    : pasien dan keluarga
Sub tema                                 : penatalaksanaan pasien leukemia
Waktu                                                 : ± 30 menit

I.                   Tujuan instruksional umum.
Setelah diberikan penyuluhan peserta dapat memahami tentang penatalaksanaan pasien leukemia dengan baik dan benar

II.                Tujuan instrukksional khusus
Setelah diberikan penyuluhan diharapkan peserta mampu :
1.      Menjelaskan pengertian leukemia
2.      Menjelaskan penatalaksanaan pasien leukemia

III.             Media
A.     Leaflet

IV.             Metode:
A.    Ceramah
B.     Tanya jawab

V.                Kegiatan penyuluhan
No
Kegiatan
Respon
Waktu
1
Pembukaan
1.      Penyampaian salam
2.      Menjelaskan tujuan

-          Menjawab salam
-          Memperhatikan
5 menit
2
Penyampaian materi


-          Mendengarkan
-          Memperhatikan
20 menit
3
Penutup
1.      Tanya jawab
2.      Menyimpulkan materi
3.      Mengakhiri kegiatan

-          Mendengarkan
-          Menjawab pertanyaan
-          Menutup salam
5 menit

VI.             Evaluasi

JURNAL-JURNAL TERKAIT

1.       Kelayakan penilaian geriatri rawat inap untuk orang dewasa yang menerima kemoterapi induksi untuk leukemia myelogenous akut.
Klepin HD, Geiger AM, Tooze JA, Kritchevsky SB, Williamson JD, Ellis LR, Levitan D, Pardee TS, Isom S, Powell BL.
Sumber

Comprehensive Cancer Center, School of Medicine, Wake Forest University, Winston-Salem, North Carolina 27157, Amerika Serikat. hklepin@wfubmc.edu
Abstrak
TUJUAN:

Untuk menguji kelayakan dan kegunaan penilaian geriatri samping tempat tidur (GA) untuk mendeteksi penurunan domain geriatri beberapa pada orang dewasa yang lebih tua memulai kemoterapi untuk leukemia myelogenous akut (AML).
DESAIN:

Calon studi kohort observasional.
SETTING:

Tunggal akademik institusi.
PESERTA:

Individu yang berusia 60 dan lebih tua dengan AML baru didiagnosa dan terencana kemoterapi.
PENGUKURAN:

GA samping tempat tidur dilakukan selama mengunakan uji rawat inap untuk AML. GA mengukur termasuk Pemeriksaan Mini-Mental State diubah; Pusat Studi Epidemiologi Depresi Skala; Thermometer Distress, Lada Alat Penilaian Cacat (termasuk yang dilaporkan sendiri aktivitas hidup sehari-hari (ADL), ADL instrumental, dan pertanyaan mobilitas); Kinerja Fisik Pendek Baterai (termasuk timed 4-m berjalan, berdiri kursi, berdiri keseimbangan); kekuatan pegangan, dan Cell Transplantasi Indeks Komorbiditas hematopoietik.
HASIL:

Dari 54 peserta (usia rata-rata 70,8 ± 6,4) memenuhi syarat untuk analisis ini, 92,6% menyelesaikan seluruh GA baterai (rata-rata waktu 44,0 ± 14 menit). Para gangguan setelah terdeteksi: gangguan kognitif, 31,5%, depresi, 38,9%, kesusahan, 53,7%, penurunan ADL, 48,2%, kinerja fisik terganggu, 53,7%, dan komorbiditas, 46,3%. Sebagian besar mengalami gangguan dalam satu (92,6%) atau lebih (63%) domain fungsional. Untuk 38 peserta dinilai memiliki status kinerja baik sesuai standar oncologic penilaian (Koperasi Timur Onkologi Kinerja Skala skor ≤ 1), gangguan dalam langkah-langkah GA individu berkisar antara 23,7% sampai 50%. Variabilitas yang signifikan dalam status kognitif, emosional, dan fisik terdeteksi bahkan setelah stratifikasi menurut biologi tumor (sitogenetika risiko klasifikasi kelompok).
KESIMPULAN:

Rawat Inap GA layak dan menambahkan informasi baru pada standar penilaian onkologi, yang mungkin penting untuk stratifikasi risiko terapi pada orang dewasa dengan AML.

© 2011, Hak Cipta Penulis Journal kompilasi © 2011, The American Geriatrics Society.

PMID:
    22091497
    [PubMed - diindeks untuk MEDLINE]

2.       Status fungsional dan kualitas kesehatan yang berhubungan hidup di antara pasien transplantasi alogenik di RS: perbandingan sosiodemografi, penyakit, dan karakteristik pengobatan.
Hibah M, L Cooke, Williams AC, Bhatia S, L Popplewell, Uman G, Forman S.
Sumber

Divisi Riset Keperawatan dan Pendidikan, Kota Harapan, 1500 Timur Duarte Road, Duarte, CA, 91010, Amerika Serikat, mgrant@coh.org.
Abstrak
TUJUAN:

Tujuan dari makalah ini adalah untuk melaporkan temuan sebuah studi pasien transplantasi sel hematopoietik, menggambarkan kebutuhan pasien transplantasi alogenik pada saat dikeluarkan sehubungan dengan status fungsional mereka, kualitas hidup (kualitas hidup), dan informasi pengasuh dan membandingkan ini perlu di sejumlah sosiodemografi, penyakit, dan karakteristik pengobatan. Temuan penelitian ini merupakan bagian dari penelitian yang lebih besar dicampur-metode, yang mewakili satu titik data waktu penelitian yang lebih besar.
METODE:

Tulisan ini akan membahas data dasar yang dikumpulkan pada saat debit untuk 282 pasien transplantasi alogenik, yang meliputi data sosiodemografi dikombinasikan dengan penyakit, pengobatan, status fungsional, dan data kualitas hidup untuk menyajikan potret yang komprehensif dari pasien transplantasi di debit.
HASIL:

Rerata usia 48 tahun, laki-laki mewakili 52%, dan 22% dari pasien adalah Hispanik. Sebagian besar pasien menderita leukemia akut (55%), didiagnosis dalam 3 tahun terakhir, dan telah dicocokkan tidak berhubungan (52%) transplantasi. Waktu dari transplantasi untuk debit rata-rata 30 hari. Berarti skor untuk kualitas hidup (skala = 1-10, dengan 10 = kualitas hidup terbaik) termasuk rendah skor 5,7 untuk kedua psikologis dan sosial kesejahteraan, 6,3 untuk kualitas hidup secara keseluruhan, dan 7,1 baik untuk fisik dan spiritual kesejahteraan. Pria memiliki kualitas hidup secara signifikan lebih tinggi daripada perempuan, seperti yang dilakukan non-Hispanik. Pasien dengan penyakit Hodgkin memiliki signifikan lebih rendah skor keseluruhan kualitas hidup.
KESIMPULAN:

Hasil kami menyoroti tantangan fisik, psikologis, sosial, dan spiritual yang hadir untuk pasien dan perawat mereka pada saat dikeluarkan dari rumah sakit setelah transplantasi alogenik.

PMID:
    22318502
    [PubMed - seperti yang disediakan oleh penerbit]

3.       Dewasa yang belum terpenuhi remaja dan muda kanker yang selamat informasi dan kebutuhan pelayanan: berbasis populasi kanker studi registri.
Keegan TH, Lichtensztajn DY, Kato saya, Kent EE, Wu XC, Barat MM, Hamilton AS, Zebrack B, Bellizzi KM, Smith AW; dan HARAPAN AYA Collaborative Study Group.
Sumber

Pencegahan Kanker Institute of California, 2201 Walnut Avenue, Suite 300, Fremont, CA, 94538, Amerika Serikat, theresa.keegan @ CPIC.org.
Abstrak
TUJUAN:

Kami dijelaskan informasi yang belum terpenuhi dan pelayanan kebutuhan remaja dan muda (AYA) penderita kanker dewasa (15-39 tahun) dan faktor sosiodemografi dan kesehatan yang berhubungan diidentifikasi terkait dengan kebutuhan yang tak terpenuhi.
METODE:

Kami mempelajari 523 Ayas direkrut dari tujuh pendaftar kanker berbasis populasi, didiagnosis dengan leukemia limfositik akut, limfoma Hodgkin, limfoma non-Hodgkin, kanker sel benih, atau sarkoma pada tahun 2007-2008. Peserta mengisi survei rata-rata 11 bulan dari diagnosis. Multivariabel analisis regresi logistik digunakan untuk memperkirakan hubungan antara yang belum terpenuhi (informasi dan pelayanan) kebutuhan dan faktor-faktor sosiodemografi dan kesehatan terkait.
HASIL:

Lebih dari setengah dari Ayas memiliki informasi yang belum terpenuhi kebutuhan yang berkaitan dengan kanker mereka kembali dan perawatan kanker. Ayas membutuhkan jasa, tetapi tidak menerima mereka, berkisar antara 29% untuk di-panti jompo sampai 75% untuk kelompok pendukung. Mayoritas Ayas yang membutuhkan seorang ahli manajemen rasa nyeri, terapi fisik / okupasi, pekerja kesehatan mental, atau nasihat keuangan untuk membayar untuk perawatan kesehatan tidak menerima layanan. Dalam analisis multivariabel, peserta yang lebih tua, pria, peserta non-putih ras / etnis, dan peserta yang melaporkan kurang dari kesehatan umum yang sangat baik atau adil / miskin kualitas perawatan lebih mungkin untuk melaporkan kebutuhan informasi belum terpenuhi. Faktor yang terkait dengan kedua layanan belum terpenuhi dan kebutuhan informasi termasuk kesehatan fisik atau masalah emosional mengganggu kegiatan sosial atau memiliki ≥ 3 fisik terkait pengobatan gejala.
KESIMPULAN:

Baru-baru didiagnosis AYA penderita kanker memiliki informasi belum terpenuhi substansial perlu bervariasi oleh faktor demografi dan kesehatan terkait. IMPLIKASI UNTUK KORBAN KANKER: Kami mengidentifikasi sub kelompok penderita kanker AYA dengan kebutuhan yang belum terpenuhi tinggi yang dapat ditargetkan untuk intervensi dan arahan.

PMID:
    22457219
    [PubMed - seperti yang disediakan oleh penerbit]

4.       Dasatinib, dosis tinggi imatinib dan nilotinib untuk pengobatan imatinib-tahan leukemia myeloid kronis: review sistematis dan evaluasi ekonomi.
Loveman E, K Cooper, Bryant J, Colquitt J, Frampton G, Clegg A.
Sumber

Southampton Kesehatan Pusat Penilaian (SHTAC), University of Southampton, Southampton, Inggris.
Abstrak
LATAR BELAKANG:

Laporan ini ditugaskan sebagai suplemen untuk laporan penilaian teknologi yang ada diproduksi oleh Teknologi Semenanjung Penilaian Group (PenTAG), yang dievaluasi efektivitas klinis dan efektivitas biaya dasatinib dan nilotinib pada pasien yang baik tahan atau toleran terhadap standar dosis imatinib.
TUJUAN:

Laporan ini mengevaluasi efektivitas klinis dan efektivitas biaya dasatinib, nilotinib dan dosis tinggi imatinib dalam indikasi berlisensi mereka untuk pengobatan orang dengan leukemia myeloid kronis (CML) yang resisten terhadap dosis standar imatinib.
SUMBER DATA:

Database bibliografi digeledah dari awal sampai Januari 2011, termasuk The Cochrane Library, MEDLINE (Ovid), EMBASE (Ovid), dan MEDLINE Dalam Proses & Lain Non-Indexed Kutipan. Bibliografi dari makalah yang terkait disaring, konferensi kunci digeledah, dan ahli dihubungi untuk mengidentifikasi referensi dipublikasikan dan tidak dipublikasikan tambahan.
TINJAUAN METODE:

Laporan ini berisi review sistematis studi efektivitas dan efektivitas biaya klinis, penilai independen dari informasi yang disampaikan oleh produsen obat ke Institut Nasional untuk Kesehatan dan Clinical Excellence (NICE), penilai independen dari evaluasi ekonomi PenTAG, dan analisis ekonomi baru beradaptasi model ekonomi PenTAG. Prosedur sistematis yang melibatkan dua standar ulasan untuk menjaga imparsialitas dan transparansi, dan untuk meminimalkan bias, dilakukan.
HASIL:

Sebelas studi memenuhi kriteria inklusi. Empat penelitian tersebut termasuk data baru yang diterbitkan sejak laporan PenTAG; semua ini berada di fase kronis CML. Tidak ada studi yang relevan pada efektivitas klinis nilotinib ditemukan. Studi efektivitas klinis pada dasatinib [satu lengan dari percobaan terkontrol acak (RCT)] dan dosis tinggi imatinib (satu lengan dari RCT dan tiga kelompok tunggal studi kohort) memiliki keterbatasan metodologis utama. Keterbatasan ini tidak memungkinkan suatu perbandingan dari senjata yang berbeda dalam RCT. Data dari studi dirangkum dalam laporan ini, tapi hati-hati pada interpretasi diperlukan. Satu evaluasi ekonomi diidentifikasi bahwa dibandingkan dasatinib dengan dosis tinggi imatinib pada pasien dengan kronis-fase CML yang CML resisten terhadap dosis standar imatinib. Pengajuan industri Dua dan evaluasi ekonomi PenTAG yang dikritik dan perbedaan dalam asumsi dan hasil yang diidentifikasi. Model ekonomi PenTAG diadaptasi dan analisis baru yang dilakukan untuk dasatinib intervensi, nilotinib dan dosis tinggi imatinib dan pembanding interferon alfa, standar dosis imatinib, transplantasi sel induk dan hydroxycarbamide. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketiga intervensi, dasatinib, nilotinib dan dosis tinggi imatinib, memiliki biaya yang sama dan efektivitas biaya dibandingkan dengan hydroxycarbamide, dengan efektivitas biaya sekitar £ 30.000 per tahun kualitas yang disesuaikan hidup diperoleh. Namun, tidak mungkin untuk mendapatkan kesimpulan pasti tentang efektivitas biaya relatif dari tiga intervensi karena ketidakpastian yang besar sekitar input data. Ketidakpastian itu dieksplorasi menggunakan analisis sensitivitas deterministik, analisis ambang batas dan analisis sensitivitas probabilistik.
PEMBATASAN:

Kekurangan berkualitas baik bukti harus dipertimbangkan ketika menginterpretasikan laporan ini.
KESIMPULAN:

Ulasan ini telah mengidentifikasi informasi baru yang sangat terbatas pada efektivitas klinis dari intervensi lebih yang sudah ditunjukkan dalam laporan PenTAG. Keterbatasan dalam data ada, namun, hasil kelompok tunggal studi menunjukkan bahwa intervensi dapat mengarah pada peningkatan respons hematologis dan sitogenetika pada orang dengan imatinib-tahan CML. Analisis ekonomi tidak menyorot salah satu dari intervensi sebagai yang paling hemat biaya, namun hasil analisis dapat dilakukan karena sangat tidak pasti kurangnya kesepakatan tentang asumsi yang sesuai. Rekomendasi untuk penelitian masa depan yang dibuat oleh PenTAG, untuk barang berkualitas RCT membandingkan tiga perlakuan tetap.
PENDANAAN:

Lembaga Nasional untuk Kesehatan Program Penelitian Kesehatan Teknologi Penilaian.

PMID:
    22564553
    [PubMed - dalam proses]


1 komentar :

 

Blogger news

English French German Spain Italian Dutch

Russian Brazil Japanese Korean Arabic Chinese Simplified
Translate Widget by Google

Blogroll

Widget edited by super-bee

About