SINDROMA
SJOGREN
I.
KONSEP DASAR MEDIS
A. PENGERTIAN
Sindroma Sjogren
adalah suatu penyakit autoimun kronik progresif lambat yang ditandai oleh
sebukan limfositik kelenjar eksokrin yang menimbulkan xerostomia dan mata
kering.
Sekitar 1/3
pasien datang dengan manifestasi ekstra kelenjar ( sistemik ), sejumlah kecil
pasien mengalami limfoma maligna.
Penyakit dapat
timbul tersendiri ( sindroma Sjogren primer ) atau berkaitan dengan penyakit
rematik autoimun lain, misal artritis rematoid, lupus eritematosus sistemik
atau skleroderma ( sindroma Sjogren sekunder ).
(
Isselbacher. 2000 )
Sindrom Sjogren merupakan kelainan
berupa infiltrasi sel limfosit dan sel plasma ke kelenjar eksokrin ( lakrimasi dan
salivasi )
(
Mubin.2007 )
Kekeringan pada mata dan mulut oleh karena
kerusakan kelenjar lakrimalis dan
salivarius yang dimediasi oleh sistem imun. (Mitcel,Kumar,2008)
KLASIFIKASI
SINDROMA SJOGREN :
1. Sindroma
Penyakit timbul tersendiri ( sindroma Sjogren primer )
2. Berkaitan dengan penyakit rematik autoimun
lain, misal artritis rematoid, lupus eritematosus sistemik atau skleroderma (
sindroma Sjogren sekunder ).
B.
ANATOMI FISIOLOGI
Tubuh
manusia mempunyai kemampuan untuk melawan hampir semua organisme atau toksin
yang masuk ke jaringan dan organ. Kemampuan ini dinamakan imunitas ( kekebalan
).
Sistem
imunitas khusus membentuk antibodi serta
limfosit untuk menyerang dan menghancurkan mikroorganisme spesifik atau toksin.
Ketika
benda asing masuk ke dalam tubuh,maka sistem imun segera bereaksi membentuk
suatu zat yang akan membuat benda asing tersebut menjadi tidak berbahaya.
Protein asing disebut antigen, sedang substansi yang dihasilkan disebut
antibodi.
Bila
sistem imun terpapar pada zat yang dianggap asing maka ada dua jenis respon
imun yang mungkin terjadi.
1.
Respon imun non
spesifik
Merupakan
respon imun bawaan yaitu respon terhadap zat asing walaupun tubuh sebelumnya
belum pernah terpapar oleh zat asing tersebut.
2.
Respon imun spesifik
Merupakan
respon imun yang didapat,terdapat antigen di mana tubuh sebelumnya pernah
terpajan oleh zat asing tersebut.
Terdapat
2 kelas respon imun spesifik yaitu :
·
Imunitas yang
diperantarai oleh antibodi atau imunitas humoral, melibatkan pembentukan
antibodi oleh turunan limfosit B yang diartikan sebagai sel plasma
·
Imunitas yang
diperantarai oleh sel atau imunitas seluler, melibatkan pembentukan limfosit T
aktif yang secara langsung menyerang sel-sel yang tidak diinginkan
LETAK
SISTEM IMUN
KELENJAR
LUDAH
Kelenjar
ludah ( saliva ) dihasilkan di dalam rongga mulut.di sekitar rongga mulut
terdapat 3 kelenjar ludah yaitu :
1.
Kelenjar parotis
2.
Kelenjar sub maksilaris
3.
Kelenjar sublingualis
KELENJAR AIR MATA
Terdiri dari kelenjar majemuk yang
terlihat pada sudut sebelah atas rongga
orbita.kelenjar ini mengeluarkan air mata dialirkan ke dalamkantong konjungtiva
dari saluran kelenjar lakrimalis. Bilabola mata dikedipkan, maka air mata akan
menggenangi seluruh permukaan bola mata dan sebagian akan menguap lagi masuk ke
hidung melalui saluran nasolakrimalis.
C.
ETIOLOGI
·
Etiologi Sindrom
Sjogren sampai saat ini masih belum diketahui. Terdapat
peranan
faktor genetik dan non genetik pada patogenesis Sindrom Sjogren.
·
Gangguan imunologi
D.
PATOFISIOLOGI
Reaksi
imunologi yang mendasari patofisiologi Sindrom Sjogren tidak hanya
sistim
imun selular tetapi juga sistim imun humoral. Bukti keterlibatan sistim humoral
ini dapat dilihat adanya hipergammaglobulin dan terbentuknya autoantibodi yang
berada dalam sirkulasi.
Gambaran
histopatologi yang dijumpai pada SS adalah kelenjer eksokrin yang
dipenuhi
dengan infiltrasi dominan limfosit T dan B terutama daerah sekitar kelenjer dan
atau duktus, gambaran histopatologi ini dapat ditemui dikelenjer saliva,
lakrimalis serta kelenjer eksokrin yang lainnya misalnya kulit, saluran nafas,
saluran cerna dan vagina.
Fenotip limfosit T
ini merubah sel epitel dan mempresentasikan protein, merangsang
apoptosis sel epitel kelenjer melalui regulasi fas. Sel B selain mengfiltrasi
pada kelenjer, sel ini juga memproduksi imunoglobulin dan autoantibodi.
Adanya infiltrasi limfosit yang menganti sel epitel
kelenjer eksokrin, menyebabkan penurunan fungsi kelenjer yang menimbulkan
gejala klinik.
Pada kelenjer saliva dan mata menimbulkan keluhan
mulut dan mata kering. Peradangan pada kelenjer eksokrin pada pemeriksaan
klinik sering dijumpai pembesaran kelenjer.
Gambaran serologi yang didapatkan pada SS biasanyan
suatu gambaran hipergammaglobulin. Peningkatan imonuglobulin antara lain faktor
reumatoid, ANA dan antibodi non spesifik organ. Pada pemeriksaan dengan teknik
imunofloresen Tes ANA menunjukan gambaran spekled yang artinya bila diekstrak
lagi maka akan dijumpai autoantibodi Ro dan La.
Adanya antibodi Ro dan anti La ini dihubungkan
dengan gejala awal penyakit, lama penyakit, pembesaran kelenjer parotis yang
berulang, splenomegali, limfadenopati dan anti La sering dihubungkan dengan
infiltrasi limfosit pada kelenjer eksokrin minor.
Faktor genetik, infeksi, hormonal serta psikologis
diduga berperan terhadap
patogenesis,
yang merangsang siste imun teraktivasi.
E.
TANDA DAN GEJALA
Kelainan pada
mata :
1.
Mata kering, dengan
rasa berpasir atau kasar di bawah kelopak mata.
2.
Air mata berkurang
3.
Rasa terbakar dan gatal
pada mata
4.
Penumpukan serat tebal
di kantus internus
5.
Kelelahan mata
6.
Peningkatan
fotosensitvitas
Gejala
ini disebabkan oleh destruksi epitel konjungtiva bulba dan kornea yang didefinisikan
sebagai keratokonjungtivitis sika.
Kelinan
pada oral meliputi :
1.
Mukosa oral kering
2.
Rasa terbakar
3.
Hilangnya sensasi
pengecapan dan penciuman
4.
Kesulitan menelan
makanan kering
5.
Ketidakmampuan bicara
secara terus menerus
6.
Karies dentis
Terkenanya
kelenjar eksokrin lain terjadi dengan frekuensi jarang dan berupa penurunan
sekresi kelenjar mukosa pada percabangan saluran napas bagian atas dan bawah,
sehingga menimbulkan
1.
Pembesaran kelenjar
parotis
2. Pasien seringkali
mengalami kekeringan dan pembentukan krusta pada hidung dengan disertai
ulserasi
3.
Kadang sampai perforasi
pada septum nasi
4.
Kekeringan pada
tenggorokan dan trakhea
5.
Berkurangnya sekresi
kelenjar eksokrin saluran makanan yang menyebabkan atrofi mukosa esofagus,
gastritis atrofikans dan pankreatitis sub klinis.
Kelainan
di luar kelenjar (sistemik ) berupa :
1.
Mudah lelah
2.
Demam ringan
3.
Atralgia
4.
Mialgia
F. KOMPLIKASI
1. Penyakit
paru : pleuritis
2. Kelainan
ginjal, mencakup nefritis interstisialis berupa hipostenuria dan disfungsi
tubuus ginjal
3. Vaskulitis
berupa : purpura, urtikaria, ulkus kulit, limfositik.
4. Menyerang
susunan saraf pusat multifokal, rekuran, dan progresif seperti hemiparasis,
mielopati transversus, gangguan hemisensorik, kejang dan ganguan pergerakan,
juga dilaporkan terjadi meningitis aseptik dan sclerosis multiple.
G. PEMERIKSAAN
DIAGNOSTIK
1. Test
Schirmer untuk mengukur jumlah sekresi air mata
dengan
menggunakan sebuah lembarstrip kertas penyaring yang diletakkan pada bawah
kelopak mata selama lima menit.Kemudian dilakukan pengukuran jumlah pembasahaan
kertas dengan penggaris. Sebuahlampu pemeriksaan dapat digunakan untuk
menentukan tingkat kekeringan pada permukaan mata
2. Sialografi
3.
Pemeriksaan
laboratorium : faktor rematoid positif 70 %, gamma globulin meningkat.
4.
Fungsi kelenjar liur
dapat diuji dengan mengumpulkan air liur dan menentukan jumlah produksinya.
5.
Biopsi bibir dapat
dilakukan untuk menentukan apakah terdapat penumpukan kelenjar limfosit dan
merusak kelenjar-kelenjar karena radang.
6.
Sebuah tindakan
prosedur radiologis dapat digunakan untuk mendiagnosis sindrom Sjögren.Kontras
disuntikkan ke duktus Stensen (misalnya, duktus parotis). Adanya genangan
kontras pada kelenjar dapat menandakan sindrom Sjögren
H.
PENATALAKSANAAN
·
Sindroma Sjogren pada
dasarnya masih merupakan penyakit yang tidak dapat disembuhkan, karena belum
ada modalitas terapi yang diketahui dapat mengubah perjalanan penyakit.
·
Terapi ditujukan untuk
menghilangkan gejala dan membatasi efek merusak lokal dari xerostomia kronik
dan keratokonjungtivitis sika dengan mengganti sekresi yang berkurang.
Kompleks
sika diterapi dengan penggantian cairan sesering mungkin untuk mengganti air
mata yang berkurang dengan pemberian tetes mata.
Pada
kasus yang parah, pasien menggunakannya setiap 30 menit.
·
Bila terjadi ulkus
kornea, dianjurkan eye patching dan pemberian salep asam borat.
·
Menghindari obat yang
dapat meningkatkan hipofungsi kelenjar lakrimalis dan liur misalnya diuretik,
abat antihipertensi dan antidepresen.
·
Pemberian terapi :
ü Bomheksin.
Diberikan peroral untuk memperbaiki manifestasi sika
ü Hidroksiklorokuin.
Untuk memperbaiki secara parsial hipergamaglbullinema dan meningkatkan kadar
Hb.
ü Glukokortikoid
atau imunosupresif. Diindikasikan sebagai terapi manifestasi ekstra kelenjar,
terutama bila diketahui adanya keterlibatab ginjal atau paru yang berat dan
vaskulitis sistemik.
I.
EPIDEMIOLOGI
Penyakit
ini terutamaa mengenai perempuan berusia pertengahan ( rasio perempuan banding
laki-laki adalah 9:1 ). Walaupun penyakit ini dapat ditemukan pada semua usia,
termasuk anak2. Insiden penyakit masih belum diketahui, tetapi dianggap cukup
sering karena selain sindroma primer, 30 persen pasien rematoid artritis, SLE
dan skleroderma menderita sindroma Sjogren sekunder.
J. PROGNOSIS
Pada dasarnya
merupakan penyakit yang tidak dapat disembuhkan,karena belum ada modalitas
therapi yang diketahui dapat mengubah perjalanan penyakit.
Pengobatan hanya ditujukan untuk
mengurangi gejalayang timbul.
II.
KONSEP DASAR
KEPERAWATAN
PENGKAJIAN
Riwayat
penyakit
·
Xeroptalmia dan
xerostomia
·
Mata seperti
berkabut,berpasir,merah,rasa terbakar,mata lelah,gatal
·
Kesulitan menelan dan
berbicara,haus ulkus lidah,bibir,mulut
·
Kemungkinan
espiktaksis,suara serak
·
Sering terkena ISPA
·
Gatal
generalisata,keletihan,atralgia,mialgia
Periksaan
fisik
·
Ulserasi mulut,karies
gigi
·
Pembesaran kelenjar
saliva
·
Pembesaran nodus
kelenjar limfe
·
Mukosa Oral: eritema,
lengket,kering
DIAGNOSA
KEPERAWATAN
1. Nyeri
akut berhubungan dengan cedera,inflamasi
2. Gangguan
menelan berhubungan dengan ulserasi pada bibir,mulut,lidah
3. Resiko
infeksi berhubungan dengan proses inflamasi
INTERVENSI
1. Nyeri
akut berhubungan dengan cedera,inflamasi
NOC:
·
Mampu
mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu
menggunakan tehnik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri, mencari
bantuan)
·
Melaporkan
bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen nyeri
·
Mampu
mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan tanda nyeri)
·
Menyatakan
rasa nyaman setelah nyeri berkurang
·
Tanda vital dalam
rentang normal
·
Tidak mengalami
gangguan tidur
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
§ Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk
lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi
§ Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
§
Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan menemukan dukungan
§
Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan,
pencahayaan dan kebisingan
§
Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi
§
Ajarkan tentang teknik non farmakologi: napas dada, relaksasi, distraksi
§
Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri
§ Berikan informasi tentang nyeri seperti penyebab nyeri,
berapa lama nyeri akan berkurang dan antisipasi ketidaknyamanan dari prosedur
§ Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian
analgesik pertama kali
§ Berikan
terapi untuk nyeri di mata akibat mata yang kering
§ Anjurkan
pasien untuk minumsedikit sedikit
|
Menentukan
tingkat nyeri,mengambil tindakan yang tepat
Menentukan
tingkat nyeri,mengambil tindakan yang tepat
Meningkatkan
koping terhadap nyeri
Meminimalkan
stimulus nyeri
Menentukan
tingkat nyeri,mengambil tindakan yang tepat
Mengurangi
nyeri yang timbul
Mengurangi
nyeri
Meningkatkan
koping terhadap nyeri
Mencatat
efektifitas dan respon tubuh terhadap obat.
Membantu
mengurangi kepedihan di mata
Membasahi
mukosa mulut, mengurangi nyeri
|
2. Resiko
infeksi berhubungan dengan proses inflamasi
NOC :
·
Klien
bebas dari tanda dan gejala infeksi
·
Menunjukkan
kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi
·
Jumlah leukosit dalam
batas normal
·
Menunjukkan perilaku
hidup sehat
·
Status
imun, gastrointestinal, genitourinaria dalam batas normal
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
· Pertahankan teknik aseptik
· Batasi pengunjung bila perlu dan lakukan
Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah tindakan
keperawatan
Gunakan baju, sarung tangan sebagai alat pelindung
Ganti letak IV perifer dan dressing sesuai dengan
petunjuk umum
Gunakan kateter intermiten untuk menurunkan infeksi
kandung kencing
· Tingkatkan intake nutrisi dan cairan
·
Berikan terapi antibiotik ssuai program
·
Pertahankan teknik isolasi k/p
·
Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan gejala infeksi
·
Kaji adanya tanda infeksi sistemik
|
Mengurangi
terjadinya infeksi
Mengurangi
terjadinya infeksi
Membantu
meningkatkan status nutrisi untuk ketahanan tubuh
Menurunkan
resiko infeksi
Pasien
dan keluarga kooperatif dalam pengobatan
Mencegah
kerusakan lebih lanjut dan menentukan intervensi yang tepat
|
3. Gangguan
menelan berhubungan dengan ulserasi pada bibir,mulut,lidah
NOC :
§ Nutritional status: Adequacy of
nutrient
§ Nutritional
Status : food and Fluid Intake
§ Weight
Control
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
·
Kaji kemampuan pasien
menelan makanan
·
Anjurkan pasien untuk
makan sedikit sedikit dan yang lunak
·
Berikan makanan
sesuai kondisi pasien
·
Kolaborasi
dalampemberian nutrisi parenteral,jika intake nutrisi tidak adekuat
|
Mengethui
tingkat kemampuan pasien menlan dan menentuka intervenasi yang tepat
Mendukung
status nutrisi pasien
Membantu
pasien mempertahankan status nutrisi
Memenuhi
intake nutrisi yang adekuat
|
III.
LEGAL ETIK KEPERAWATAN
A. PRINSIP
ETIK
Prinsip moral mempunyai
peranan yang penting dalam menentukan perilaku tang etis dan dalam memecahkan
masalah etik.
Prinsip moral merupakan
standart umum dalam melakukan sesuatu sehingga membuat suatu sistem etik dalam
memecahkan masalah, sehingga perawat harus selalu ingat dan menerapka prinsip
etik dalam memberikan pelayanan pada pasien.
Prinsip etik yang harus
diterapkan yaitu :
1. Prinsip otonomi
Yaitu memberi kebebasan
kepada pasien untuk menerima atau menolak tindakan yang akan diberikan, dalam
hal ini perawat harus mengahargai keputusan pasien.
2.Prinsip non maleficience
Berarti tidak melukai atau
tidak menimbulkan bahaya/ cedara bagi orang lain
3.Prinsip benefience
Perawat memberikan tindakan
yang terbaik dari yang baik
4. Prinsip keadilan
Merupakan prinsip moral
berlaku adil untuk semua individu. Tindakan yang sama tidak selalu identik,
tetapi dalam hal ini persamaan berarti mempunyai kontribusi yang relatif sama
untuk kebaikan kehidupan seseorang.
5. Prinsip kejujuran
Kejujuran harus dimiliki oleh
seorang perwat dalam membina hubungan dengan pasien.
6. Prinsip ketaatan
Yaitu tanggung jawab untuk
tetap setia pada suatu kesepakatan. Tanggung jawab dalam konteks hubungan
perawat klien meliputi tanggung jawab menjaga janji, mempertahankan konfidence,
dan memberikan perhatian/kepedulian. ( Mimin Emi.2003)
B. ASPEK
LEGAL
Perawat
mempunyai tanggung jawab yang dapt di wujudnyatakan dalam pelayanan yang
berdasarkan prosedur,sehingga profesionel dalam semua tindakan perawatan.
C. ADVOKASI
Peran perawat
adalah memfasilitasi orang tua untuk memperoleh informasi,konsultasi dengan
dokter supaya jelas.
Menyiapkan dan
memberikan Pen-Kes yang memadai terutama dengan anak yang sedang sakit.
IV.
SATUAN ACARA PENYULUHAN
Tema : Sindrom Sjogren
Sub tema: Cara
menggunakan tetes mata dan salep mata
Waktu : 25 menit
Tempat : Ruang Anna
Sasaran : Pasien dengan sindroma Sjogren dan keluarga
1.
Tujuan Umum :
setelah
mengikuti penyuluhan selama 25 menit pasien mengerti tentang cara-cara
memberikan tetes mata buatan dan salep mata
2.
Tujuan khusus :
setelah orang
tua dan anak mengerti cara pemberian diet cair maka diharapkan:
·
Penderita dan keluarga
mampu mendemonstrasikan tentang cara-cara memberikan tetes mata dan salep mata
·
Pasien dan keluarga mau
memberikan dan mentaati tentang cara-cara memberikan tetes mata dan salep mata
Materi :
·
Sindoma Sjogren
·
Cara-cara memberikan
tetes mata dan salep mata pada pasien dengan sindrom sjogren
3.
Metode : diskusi,tanya jawab
4.
Media : monitor,leafled
5.
Kegiatan penyuluhan
Kegiatan
|
Penyuluh
|
Audience
|
Waktu
|
Pendahuluan
Isi
Penutup
|
·
Salam
pembuka
·
Menjelaskan
tujuan penyuluhan
·
Menyampaikan
tentang penyakit sindrom sjogren
·
Menyampaikan
tentang cara memberikan obat tetes mata dan salep mata
·
Memberi kesempatan
bertanya
·
Menyimpulkan
pesan
·
Salam
penutup
|
·
Menjawab
salam
·
Menyimak
·
Mendengarkan
·
Mendengarkan
·
Memperhatikan
informasi dari penyuluh
·
Menerima
pesanan
·
Menjawab pertanyaan
·
mendengarkan pesanan
·
Menjawab
salam penutup
|
5 menit
15 menit
5 menit
|
V.
JURNAL TERLAMPIR
DAFTAR
PUSTAKA
Mitchell.
2008. Buku Saku Dasar Patologi Penyakit.
Jakarta : EGC
Mubin.
2007. Panduan Praktis Ilmu penyakit
Dalam, Diagnosis Dan Terapi.Jakarta: EGC
Isselbacher.
2000. Harison Prinsip-Prinsip Ilmu Penyakit
Dalam.Jakarta : EGC
Syaifuddin.1996.
Anatomi Fisiologi Untuk Perawat.
Jakarta : EGC
NANDA
2009-2011.Diagnosis keperawatan, Definisi
dan Klasifikasi. Jakarta : EGC
0 komentar :
Posting Komentar