BAB I
KONSEP DASAR MEDIK
A. PENGERTIAN
Leukemia adalah
proliferasi sel darah putih yang masih imatur dalam jaringan pembentuk darah
(Suriadi, 2001).
Leukemia adalah suatu
penyakit klonal yang berarti satu sel kanker abnormal berproliferasi tanpa
kontrol dan menghasilkan sekelompok sel-sel anak yang abnormal (Corwin, 2001).
Leukemia adalah kanker
pada jaringan pembentuk darah, bentuk kanker yang ditemukan pada masa
kanak-kanak (Wong,2008).
Leukemia adalah suatu
penyakit keganasan/neoplasma yang berupa proliferasi abnormal pada sel darah
putih yang menyebabkan kanker pada alat pembentuk darah (Kelompok).
B. KLASIFIKASI
1. Leukemia Mielogenus Akut (LMA)
Mengenai sel
sistem hematopoetik yang kelak berdiferensiasi ke semua sel mieloid; monosit,
granulosit (basofil, netrofil, eosinofil), eritrosit, dan trombosit. Semua
kelompok usia dapat terkena. Insidensi meningkat sesuai dengan
bertambahnya usia. Merupakan leukemia nonlimfositik yang paling sering terjadi.
2.
Leukemia Mielogenus Kronis (LMK)
LMK juga
dimasukkan dalam mmatu keganasan sel immatur. Namun lebih banyak sel normal dan
imatur yang berbentuk akut, sehingga penyakit ini lebih ringan. LMK jarangmenyerang individu dibawah 20 tahun. Manifestasi
mirip dengan gambaran LMA tetapi dengan tanda dan gejala yang lebih ringan.
Pasien menunjukkan tanpa gejala selama bertahun-tahun, peningkatan leukosit
kadang sampai jumlah yang luar biasa, limpa membesar.
3.
Leukemia
Limfositik Kronis (LLK)
LLK merupakan kelainan ringan mengenai individu usia 50 -70 tahun.
Manifestasi klinispasien tidak menunjukkan gejala. Penyakit baru
terdiagnosa saat pemeriksaan fisik atau penanganan penyakit.
4.
Leukemia
Limfositik Akut (LLA)
LLA dianggap
sebagai proliferasi ganas limfoblast. Sering terjadi pada anak-anak, laki-laki
lebih banyak dibandingkan perempuan. Puncak insiden usia 4 tahun, setelah usia
15tahun. LLA jarang terjadi. Limfosit immature berproliferasi dalam sumsum
tulang dan jaringan perifer sehingga
mengganggu perkembangan sel normal.
(Guyton,
2007)
C. EPIDEMIOLOGI
1. Insiden
pertahunnya 3 – 4 kasus per 100.000 anak – anak kulit putih yang berusia di
bawah 15 tahun
2. Lebih
sering pada anak laki – laki dari pada perempuan yang berusia di atas 1 tahun
dan awitan puncaknya terjadi pada usia 2 dan 6 tahun.
D. ANATOMI
FISIOLOGI
1. Darah
Komponen-komponen
dalam darah adalah:
a.
Cairan :
Plasma darah merupakan substansi kompleks yang mengandung
protein
(albumin, glubulin, dan fibrinogen), karbohidrat
(glukosa), lemak, mineral, protein dan hormon.
b.
Komponen-komponen
seluler:
1)
Eritrosit (Sel darah merah)
2)
Leukosit (Sel darah putih)
Berdasarkan ada tidaknya granula, leukosit dibagi menjadi:
a)
Leukosit Granuler : Eosinofil, Basofil, Neutrofil
b)
Leukosit Agranuler : Monosit dan Limfosit
3)
Trombosit (platelet)
Darah
juga dibagi dalam beberapa golongan:
a. Golongan
A punya aglutinogen A dalam eritrosit dan agglutinin Beta dalam serum
b. Golongan
B punya aglutinogen B dalam eritrosit dan agglutinin Alfa dalam serum
c. Golongan
AB
d. Golongan
O
2. Mekanisme
pembekuan darah
Sistem
pembuluh darah membentuk suatu sirkuit yang utuh yang mempertahankan darah
dalam keadaan cair. Jika terdapat kerusakan pembuluh darah, trombosit dan
sistem koagulasi akan menutup kebocoran atau kerusakan tersebut sampai sel pada
dinding pembuluh darah memperbaiki kebocoran tersebut secara permanen.
Proses ini
meliputi:
a.
Interaksi pembuluh darah dengan
struktur penunjangnya
b.
Trombosit dan interaksinya dengan
pembuluh darah yang mengalami kerusakan.
c.
Pembentukan fibrin oleh sistem
koagulasi.
d.
Pengaturan terbentuknya bekuan darah
oleh inhibitor/penghambat faktor pembekuan dan sistem fibrinnolisis.
e.
Pembentukan kembali (remodelling)
tempat yang luka setelah perdarahan berhenti.
Trombosit
akan membentuk sumbat hemostatis melalui proses:
a.
Adhesi. Melekat pada pembuluh darah
b.
Agregasi. Yaitu saling melekat di
antara trombosit tersebut, yang kemudian menjadi dilanjutkan dengan proses
koagulasi.
Proses
pembekuan darah:
Sel
darah pembeku disebut juga trombosit. Trombosit bentuknya tidak beraturan, berukuran
kecil ± 3 μ dan tidak memiliki inti. Jumlahnya ± 200.000 – 450.000/mm3 darah.
Trombosit dibuat dalam sumsum merah dari megakariosit. Megakariosit merupakan
trombosit yang sangat besar dalam sumsum tulang. Trombosit berfungsi dalam
proses pembekuan darah jika terjadi luka. Sifatnya rapuh, jika terkena benturan
pada bidang yang besar atau berhubungan dengan udara akan pecah dan akan
mengeluarkan zat yang disebut trombokinase atau tromboplastin.
Apabila
terjadi luka dan darah keluar, trombosit akan bersentuhan dengan permukaan luka
yang kasar, akan pecah dan mengeluarkan tromboplastin/trombokinase.
Trombokinase bersama-sama ion Ca++ akan mengubah protrombin
menjadi trombin.
Protombin adalah senyawa globulin yang larut dalam plasma darah. Protrombin dibuat
di dalam hati dengan bantuan vitamin K.
Begitu
thrombin aktif terbentuk dalam proses hemostasis atau thrombosis,
konsentrasinya harus dikontrol secara cermat untuk mencegah pembentukan bekuan
lebih lanjut atau pengaktifan trombosit. Pengontrolan ini dilakukan melalui 2
cara yaitu:
a. Thrombin
beredar dalam darah sebagai prekorsor inaktif, yaitu protrombin. Pada setiap
reaksinya, terdapat mekanisme umpan balik yang akan menghasilkan keseimbangan
antara aktivasi dan inhibisi.
b. Inaktivasi
setiap thrombin yang terbentuk oleh zat inhibitor dalam darah.
Trombin akan
mengubah fibrinogen
menjadi fibrin
yang akan menghalangi keluarnya sel-sel darah hingga terjadi pembekuan darah
dalam waktu ± 5 menit. Untuk lebih jelasnya, perhatikanlah bagan pembekuan
darah berikut ini.
Fibrinolisis
(pemecahan fibrin) merupakan mekanisme pertahanan tubuh untuk mempertahankan
patensi pembuluh darah dan menormalkan aliran darah. Enzim yang berperan dalam
sistem ini adalah plasminogen, yang akan diubah menjadi plasmin dan kemudian
akan memecah fibrinogen dan fibrin menjadi fibrinogen degradation produk (FDP).
(Syaifuddin, 2011)
E. ETIOLOGI
Penyebab yang pasti
belum diketahui, ada beberapa faktor predisposisis yang dapat menyebabkan
terjadinya leukemia:
1. Faktor
genetik : virus tertentu dapat menyebabkan terjadinya perubahan struktur gen (T
cell leukemia – lymphoma virus / HTLV)
2. Radiasi
3. Obat
– obat imunosupresif , obat – obat karsinogenik
4. Faktor
herediter (kembar monozigot)
5. Kelainan
kromosom (down syndrom)
F. PATOFISIOLOGI
1. Normalnya
tulang marrow di ganti dengan tumor yang malignant, imaturnya sel blast Ã
adanya proliferasi sel blast mengakibatkan produksi eritrosit dan platelet
terganggu sehingga akan menimbulkan anemia dan trombositopenia.
2. Sistem
retikuloendotelial akan terpengaruh dan menyebabkan gangguan sistem pertahanan
tubuh dan mudah mengalami infeksi.
3. Manifestasi
akan tampak pada gambaran gagalnya bone marrow dan infiltrasi organ, sistem
saraf pusat. Gangguan pada nutrisi dan metabolisme. Depresi sumsum tulang yang
akan berdampak pada penurunan leukosit, eritrosit, faktor pembekuan dan
peningkatan tekanan jaringan.
4. Adanya
infiltrasi pada ekstra meduler akan berakibat terjadinya pembesaran hati, limfe
dan nodus limfe dan nyeri persendian.
(Suriadi,2001;175)
G. PATHWAY
H. TANDA
DAN GEJALA
1. Kepucatan
dan rasa lelah akibat anemia
2. Infeksi
berulang akibat penurunan sel darah putih
3. Perdarahan
dan memar akibat trombositopenia
4. Nyeri
tulang akibat penumpukan sel – sel di sumsum tulang, yang menyebabkan
peningkatan tekanan dan kematian sel.
5. Penurunan
berat badan karena berkurangnya nafsu makan dan peningkatan konsumsi kalori
oleh sel – sel neoplastik.
6. Limfadenopati,splenomegali
dan hepatomegali akibat infiltrasi sel leukemik ke organ – organ limfoid
7. Pilek
tidak sembuh – sembuh
8. Demam
dan anoreksia
9. Nyeri
abdomen
10. Abnormal
WBC
(Corwin, 2001 ; Suriadi, 2001)
I. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan
darah tepi à terdapat lekosit yang imatur
2. Aspirasi
sumsum tulang ( BMP ) Ã
hiperseluler terutama banyak terdapat sel muda
3. Lumbal
punksi à untuk mengetahui apakan sistem
saraf pusat terinfiltrasi. ( Suriadi , 2001 ; 177 )
4. CT
scan (CAT scan): Sebuah prosedur yang membuat serangkaian gambar detil dari
perut, diambil dari sudut yang berbeda. Gambar-gambar yang dibuat oleh komputer
yang terhubung ke mesin x-ray. Pewarna mungkin disuntikkan ke pembuluh darah
atau ditelan untuk membantu organ-organ atau jaringan muncul lebih jelas.
Prosedur ini juga disebut tomografi komputer, computerized
5. MRI
(Magnetic Resonance Imaging): Sebuah prosedur yang menggunakan magnet,
gelombang radio, dan komputer untuk membuat serangkaian gambar-gambar detil
dari daerah di dalam tubuh. Prosedur ini juga disebut nuklir Magnetic Resonance
Imaging (NMRI).
6. Hitung
darah lengkap :menunjukan anemia normositik
a. Hemoglobin
à dapat
kuarang dari 10 g
b. Retikulosit
Ã
jumlahnya rendah
c. Trombosit
Ã
mungkin sangat rendah <50.000/mm
d. SDP
Ã
lebih dari 50.000 (adanya sel blast leukemi)
J. PENATALAKSANAAN
1. Pemakaian
agen kemoterapeutik ada 4 fase :
a. Terapi
induksi , yang menghasilkan remisi total atau remisi dengan kurang dar 5 % sel
– sel leukemia dalam sumsum tulang.
b. Terapi
profilaksis SSP , yang mencegah agar sel – sel leukemia tidak mengivasi SSP.
c. Terapi
intensifikasi , yang menghilangkan sel – sel leukemia yang masih
tersisa,diikuti dengan terapi intensifikasi lambat ( delayed intensification )
yang mencegah timbulnya klon leukemik yang resisten.
d. Terapi
rumatan , yang berfungsi untuk mempertahankan fase remisi , walaupun kombinasi
terapi obat dan radiasi dapat bervareasi per institusi,karakteristik prognosis
atau resiko pada pasien dan tipe leukemia yang ditangani.
2. Induksi
remisi
Hampir
segera setelah diagnosis ditegakkan, terapi induksi dimulai dan berlangsung
selama 4 hingga 6 minggu. Obat-obatan utama yang dipakai untuk induksi pada ALL
adalah kortikosteroid (terutama prednison), vinkristin dan L-asparaginase,
dengan atau tanpa doksorubisin. Tetapi obat pada AML meliputi doksorubisin atau
daunorubisin (daunomisin) dan sitosin arabinosida; berbagai obat-obatan lain
mungkin digunakan.
Karena
banyak diantara obat ini juga menyebabkan mielosupresi unsur-unsur darah yang
normal, periode waktu yang terjadi segera sesudah remisi merupakan periode yang
sangat menentukan. Tubuh pasien tidak lagi memiliki pertahanan dan sangat
rentan terhadap infeksi dan perdarahan spontan. Konsekuesinya, terapi suportif
selama periode ini sangat esensial.
3. Reinduksi
sesudah relaps
Adanya
sel-sel leukimia dalam sumsum tulang, SSP atau testis menunjukkan terjadinya
relaps/kekambuhan penyakit. Terapi pada anak-anak yang mengalami relaps
meliputi terapi reinduksi dengan prednison dan vinkristin, disertai pemberian
kombinasi obat lain yang belum digunakan. Terapi preventif SSP dan terapi
rumatannya dilaksanakan sesuai dengan yang telah diuraikan sebelumnya dan
dilaksanakan setelah remisi.
4. Transplantasi
sumsum tulang
Transplantasi
sumsum tulang sudah dilakukan untuk penanganan anak-anak yang menderita ALL dan
AML dengan hasil baik. Transplantasi ini tidak direkomendasikan untuk anak-anak
yang menderita ALL selama remisi yang pertama karena kemoterapi masih mungkin
memberikan hasil yang menakjubkan. Mengingat prognosis anak-anak yang menderita
AML lebih buruk, transplantasi sumsung tulang alogenik bisa dipertimbangkan
selama remisi pertama. Transplantasi sumsum tulang alogenik meliputi tindakan
memperoleh sumsum tulang dari donor anggota keluarga yang histokompatibel dan
cocok, biasanya dari saudara kandung.
Sumsum tulang yang digunakan untuk
transplantasi bukan hanya dari donor yang ada hubungan keluarga tetapi juga
bisa dari donor yang tidak memiliki hubungan keluarga asalkan antigennya cocok
atau dari donor yang antigennya tidak cocok. Sel-sel tunas (stem cells) darah
tepi juga dapat digunakan. Transplan sel tunas darah perifer dapat berdiferensiasi
menjadi sel-sel khusus dalam sistem hematologi dan transplan ini bisa diperoleh
dari donor yang ada hubungan keluarga atau tidak, atau dari darah tali pusat.
Tanpa memerhatikan tipe transplannya, tindakan transplantasi sumsung tulang
disertai dengan angka morbiditas dan mortalitas yang signifikan yang meliputi
graft-vs-host diseadse, infeksi menyeluruh atau kerusakan organ yang berat.
Kesembuhan sesudah dilakukan transplantasi sumsum tulang berkisar dari 30%
hingga 60%; angka relaps pasca-transplantasi juga menunjukkan prognosis yang
suram.
K. KOMPLIKASI
1. Sepsis
2. Perdarahan
3. Gagal
organ
4. Iron
Deficiency Anemia ( IDA )
5. Kematian
L. PROGNOSA
1. Anak
– anak yang di diagnosis pada saat berusia antara 2 tahun dan 9 tahun secara
konsisten menunjukan prognosis yang lebih baik di bandingkan dengan anak – anak
yang didiagnosis sebelum usia 2 tahun dan lebih dari 10 tahun
2. Before
chemotherapy and other cancer cure methods were invented, a patient with acute
lymphocytic leukemia could survive for 4 months at the most. However, thanks to
modern treatment methods, about 80% of the affected children are completely
cured. Adults have been seen to have a 40% chance of complete cure. Acute
leukemia prognosis will vary, depending on the stage of disease progression,
but children in the age group of 3 to 7 seem to have the highest chance of
complete recovery.
3. Prognosis also varies depending on
the form of leukemia. In general, patients with chronic forms of the disease
tend to live longer than those with acute forms. The average survival rate for
patients with chronic leukemia is about nine years. By contrast, only about
half of all patients with acute myelogenous leukemia survive five years. For
acute lymphocytic leukemia, the survival rate is even less.
BAB II
KONSEP DASAR KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1. Aktifitas
Gejala
: kelelahan,malaise,kelemahan,tidak
Tanda
: kelelahan otot , peningkatan kebutuhan
tidur
2. Sirkulasi
Gejala
: palpitasi
Tanda
: takikardi,murmur jantung,membran mukosa
pucat
3. Eliminasi
Gejala
: diare,nyeri tekan perianal,feces
hitam,hematuri
4. Integritas
ego
Gejala
: perasaan tak berdaya/tak ada harapan
Tanda
: depresi,menarik
diri,ansietas,takut,marah,kacau
5. Makanan
/ cairan
Gejala
: kehilangan nafsu makan ,anoreksia ,muntah, perubahan BB, disfagia
Tanda
: distensi abdominal,penurunan bunyi
usus, ulkus mulut,hipetropi gusi
6. Neurosensori
Gejala
: kurang koordinasi,disorientasi,pusing
Tanda
: otot mudah teransang,aktivitas kejang
7. Nyeri
/ kenyamanan
Gejala
: nyeri abdomen,sakit kepala,nyeri
tulang/sendi
Tanda
: perilaku berhati – hati,gelisah
8. Pernafasan
Gejala
: nafas pendek
Tanda
: dispnea,takipnea,batuk,ronki
9. Keamanan
Gejala
: gagngguan penglihatan,riwayat infeksi,
perdarahan spontan
Tanda
: demam,kemerahan ,purpura,infiltrat
leukemik pada dermis
10. Seksualitas
Gejala
: penurunan libido, impoten
Menurut Suriadi (2001),
pengkajian fokus yang perlu dilakukan adalah:
1. Riwayat
penyakit
2. Kaji
adanya tanda-tanda anemia: pucat, kelamahan, sesak napas
3. Kaji
adanya tanda-tanda leucopenia: demam, infeksi
4. Kaji
adanya trombositopenia: petechie, purpura, perdarahan membrane mukosa
5. Kaji
adanya tanda-tanda invasi ekstra medulola: limfadenopati, hepatomegali
6. Kaji
adanya pembesaran testis
7. Kaji
adanya hematuria, hipertensi, gagal ginjal, inflamasi sekitar rectal, nyeri
B. DIAGNOSA
KEPERAWATAN
1. Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d. mual muntah
2. Resiko
cedera b.d peningkatan TIK
3. Intoleransi
aktivitas b.d. kelemahan akibat anemia
4. Hipertermia
b.d. proses inflamasi sekunder karena depresi sumsum tulang
5. Resiko
infeksi b.d penurunan sistem pertahanan tubuh
6. Nyeri
akut b.d efek fisiologis
7. Kerusakan
integritas kulit b.d. pemberian agen kemoterapi, radioterapi, imobilitas
8. Gangguan
citra tubuh b.d. alopesia dan perubahan pola penampilan
9. Penurunan
koping keluarga
10. Ansietas
11. Defisiensi
pengetahuan
C. NOC
DAN NIC
- Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d mual muntah
Tujuan:
BB meningkat, turgor kulit baik, tidak ada mual atau muntah, nafsu makan
meningkat
Intervensi:
a. Observais
kebiasaan makan klien
b. Berikan
makanan dalam keadaan menarik
c. Anjurkan
untuk melonggarkan tekanan dan jelaskan
bahwa hilangnya nafsu makan dimungkinkan karena efek kemoterapi
d. Kolaborasi
dengan ahli gizi
- Kekurangan
volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan; perdarahan
Tujuan : mempertahankan keseimbangan cairan dan
elektrolit
Kriteria
hasil: tidak ada tanda-tanda dehidrasi, torgor kulit
baik, mukosa bibir lembab, tanda-tanda vital membaik
Intervensi :
a. Monitor
intake dan output cairan
Rasional: untuk
mengetahui adanya dehidrasi
b. Kaji
tanda-tanda dehidrasi
Rasional: untuk mengetahui tingkat
dehidrasi
c. Awasi
tanda-tanda vital
Rasional: takikardia dapat
menunjukkan respon terhadap efek kehilangan cairan
- Nyeri
akut berhubungan dengan trauma
Tujuan:
nyeri hilang
Kriteria
hasil: orang tua pasien mengatakan nyerinya sudah
berkurang, ditandai dengan: pasien tidak lagi menahan sakit, pasien lebih
tenang, tanda-tanda vital tidak ada yang naik seperti tekanan darah, nadi,
pernafasan, pasien tampak rileks.
Intervensi :
a. Beri kompres hangat di bagian yang sakit
Rasional:
memberikan kenyamanan
b. Ubah
posisi klien bila nyeri
Rasional: kaji
karakter, intensitas dan letak nyeri
c. Kaji
tanda dehidrasi
Rasional: untuk
mengetahui tingkat dehidrasi
- Resiko
cedera b.d peningkatan TIK
Intervensi:
a. Kaji
kemampuan pasien untuk mobilisasi, cek factor yang potensial meningkatkan
cedera
b. Kaji
adanya tanda dan gejala penurunan perfusi jaringan
c. Ajarkan
manajemen aktivitas
d. Lakukan
upaya pencegahan perdarahan
e. Kolaborasi
pemberian obat
- Intoleransi
aktivitas berhubugan dengan kelemahan fisik, kebutuhan energi yang
berlebihan
Tujuan:
klien beraktivitas seperti biasa, Tidak terjadi kelelahan
Kriteria
hasil: pasien kembali ceria,dan tidak rewel lagi.
Intervensi
:
a. Kaji
respon individu terhadap aktivitas
Rasional:
menentukan tingkat ketergantungan pasien
b. Tingkatkan
aktivitas secara bertahap
Rasional: mengurangi
penggunaan energy
c. Ajarkan
metode penghematan energy
Rasional: penghematan
energi
d. Berikan
diet tinggi kalori tinggi protein
Rasional:
pemenuhan nutrisi pasien
D. ASPEK
LEGAL, ETIK, DAN ADVOKASI
1. Accountability
Perawat
bertanggung jawab dan bertanggung gugat terhadap segala tindakan yang
dilakukan. Pada kasus semua kasus, perawat bertanggung jawab atas mulai dari
proses pengkajian, membuat diagnosa keperawatan, intervensi keperawatan hingga
segala informasi mengenai asuhan keperawatan yang di lakukan, baik sebelum,
saat dan pasca intervensi yaitu evaluasi.
2. Autonomi
(penentuan pilihan)
Perawat
yang mengikuti prinsip autonomi menghargai hak klien untuk mengambil keputusan
sendiri. Dengan menghargai hak autonomi berarti perawat menyadari keunikan
individu secara holistik. Setiap individu harus memiliki kebebasan untuk
memilih.
3. Beneficience.
Beneficence
berarti melakukan yang baik. Perawat memiliki kewajiban untuk melakukan
dengan baik, yaitu mengimplementasikan tindakan yang mengutungkan klien dan
keluarga serta meningkatkan kesejahteraan klien dengan cara melindungi hak-hak
klien.
4. Non-malefisience
(tidak membahayakan klien).
Non
Maleficence berarti tugas yang dilakukan perawat tidak menyebabkan bahaya bagi
kliennya. Prinsip ini adalah prinsip dasar sebagian besar kode
etik keperawatan. Bahaya dapat berarti dengan sengaja membahayakan, resiko
membahayakan, dan bahaya yang tidak disengaja.
5. Justice
(perlakuan adil)
Prinsip
keadilan menuntut perlakuan terhadap orang lain yang adil danmemberikan apa
yang menjadi kebutuhanan mereka. Ketika ada sumber untuk di berikan dalam
perawatan, perawat dapat mengalokasikan dalam cara pembagian yang adil
untuk setiap penerima atau bagaimana supaya kebutuhan paling besar dari
apa yang merekabutuhkan untuk bertahan hidup.
6. Fidelity
(Setia)
Prinsip
kesetiaan menyatakan bahwa perawat harus memegang janji yang dibuatnya kepada
klien. Jadi, ketika seseorang jujur dan memegang janji yang di buatnya, rasa
percaya yang sangat penting dalam hubungan perawat-klien akan
terbentuk.Fidelity berarti setia terhadap kesepakatan dan tanggung jawab yang
dimikili oleh seseorangperawat. Pada kasus, perawat harus memegang janji yang
telah di bicarakan sebelumnyakepada klien.
7. Veracity
(Kebenaran)
Veracity
mengacu pada mengatakan kebenaran. Prinsip mengatakan yang sebenarnya
mengarahkan praktisi untuk menghindari melakukan kebohongan pada klien atau
menipu mereka. Pada kasus, perawat harus berkata jujur.
DAFTAR PUSTAKA
Corwin, Ellizabeth. (2001). Buku saku patofisiologi. Jakarta: EGC
Mansjoer, Arif. (2000). Kapita selekta kedokteran. Jakarta: EGC
Muttaqin, Arif. (2009). Buku ajar asuhan keperawatan klien dengan
gangguan system kardiovaskuler dan hematologi. Jakarta: Salemba Medika
Price, Sylvia. & Wilson. (1994). Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit.
Jakarta:
EGC
Smeltzer, Suzzane. (2001). Buku ajar keperawatan medical bedah, Brunner
Suddarth. Edisi 8. Jakarta: EGC
Suriadi. Rita, Y. (2001). Asuhan keperawatan pada anak. Edisi I.
Jakarta: EGC
Syaifuddin. (2011). Anatomi tubuh manusia untuk mahasiswa keperawatan. Edisi kedua.
Jakarta: EGC
Wong, Donna L. (2008). Buku ajar asuhan keperawatan pediatric.
Volume 2. Jakarta: EGC
SATUAN ACARA PENYULUHAN
Pokok bahasan : leukemia
Sasaran :
pasien dan keluarga
Sub tema :
penatalaksanaan pasien leukemia
Waktu :
± 30 menit
I.
Tujuan instruksional umum.
Setelah diberikan penyuluhan peserta
dapat memahami tentang penatalaksanaan pasien leukemia dengan baik dan benar
II.
Tujuan instrukksional khusus
Setelah diberikan penyuluhan diharapkan
peserta mampu :
1. Menjelaskan
pengertian leukemia
2. Menjelaskan
penatalaksanaan pasien leukemia
III.
Media
A. Leaflet
IV.
Metode:
A. Ceramah
B. Tanya
jawab
V.
Kegiatan penyuluhan
No
|
Kegiatan
|
Respon
|
Waktu
|
1
|
Pembukaan
1.
Penyampaian salam
2.
Menjelaskan tujuan
|
-
Menjawab salam
-
Memperhatikan
|
5 menit
|
2
|
Penyampaian
materi
|
-
Mendengarkan
-
Memperhatikan
|
20 menit
|
3
|
Penutup
1.
Tanya jawab
2.
Menyimpulkan materi
3.
Mengakhiri kegiatan
|
-
Mendengarkan
-
Menjawab pertanyaan
-
Menutup salam
|
5 menit
|
VI.
Evaluasi
JURNAL-JURNAL TERKAIT
1.
Kelayakan penilaian geriatri rawat inap untuk
orang dewasa yang menerima kemoterapi induksi untuk leukemia myelogenous akut.
Klepin HD, Geiger AM, Tooze JA, Kritchevsky SB, Williamson JD, Ellis LR, Levitan D, Pardee TS, Isom S, Powell BL.
Sumber
Comprehensive Cancer Center, School of Medicine, Wake Forest University, Winston-Salem, North Carolina 27157, Amerika Serikat. hklepin@wfubmc.edu
Abstrak
TUJUAN:
Untuk menguji kelayakan dan kegunaan penilaian geriatri samping tempat tidur (GA) untuk mendeteksi penurunan domain geriatri beberapa pada orang dewasa yang lebih tua memulai kemoterapi untuk leukemia myelogenous akut (AML).
DESAIN:
Calon studi kohort observasional.
SETTING:
Tunggal akademik institusi.
PESERTA:
Individu yang berusia 60 dan lebih tua dengan AML baru didiagnosa dan terencana kemoterapi.
PENGUKURAN:
GA samping tempat tidur dilakukan selama mengunakan uji rawat inap untuk AML. GA mengukur termasuk Pemeriksaan Mini-Mental State diubah; Pusat Studi Epidemiologi Depresi Skala; Thermometer Distress, Lada Alat Penilaian Cacat (termasuk yang dilaporkan sendiri aktivitas hidup sehari-hari (ADL), ADL instrumental, dan pertanyaan mobilitas); Kinerja Fisik Pendek Baterai (termasuk timed 4-m berjalan, berdiri kursi, berdiri keseimbangan); kekuatan pegangan, dan Cell Transplantasi Indeks Komorbiditas hematopoietik.
HASIL:
Dari 54 peserta (usia rata-rata 70,8 ± 6,4) memenuhi syarat untuk analisis ini, 92,6% menyelesaikan seluruh GA baterai (rata-rata waktu 44,0 ± 14 menit). Para gangguan setelah terdeteksi: gangguan kognitif, 31,5%, depresi, 38,9%, kesusahan, 53,7%, penurunan ADL, 48,2%, kinerja fisik terganggu, 53,7%, dan komorbiditas, 46,3%. Sebagian besar mengalami gangguan dalam satu (92,6%) atau lebih (63%) domain fungsional. Untuk 38 peserta dinilai memiliki status kinerja baik sesuai standar oncologic penilaian (Koperasi Timur Onkologi Kinerja Skala skor ≤ 1), gangguan dalam langkah-langkah GA individu berkisar antara 23,7% sampai 50%. Variabilitas yang signifikan dalam status kognitif, emosional, dan fisik terdeteksi bahkan setelah stratifikasi menurut biologi tumor (sitogenetika risiko klasifikasi kelompok).
KESIMPULAN:
Rawat Inap GA layak dan menambahkan informasi baru pada standar penilaian onkologi, yang mungkin penting untuk stratifikasi risiko terapi pada orang dewasa dengan AML.
© 2011, Hak Cipta Penulis Journal kompilasi © 2011, The American Geriatrics Society.
PMID:
22091497
[PubMed - diindeks untuk MEDLINE]
Klepin HD, Geiger AM, Tooze JA, Kritchevsky SB, Williamson JD, Ellis LR, Levitan D, Pardee TS, Isom S, Powell BL.
Sumber
Comprehensive Cancer Center, School of Medicine, Wake Forest University, Winston-Salem, North Carolina 27157, Amerika Serikat. hklepin@wfubmc.edu
Abstrak
TUJUAN:
Untuk menguji kelayakan dan kegunaan penilaian geriatri samping tempat tidur (GA) untuk mendeteksi penurunan domain geriatri beberapa pada orang dewasa yang lebih tua memulai kemoterapi untuk leukemia myelogenous akut (AML).
DESAIN:
Calon studi kohort observasional.
SETTING:
Tunggal akademik institusi.
PESERTA:
Individu yang berusia 60 dan lebih tua dengan AML baru didiagnosa dan terencana kemoterapi.
PENGUKURAN:
GA samping tempat tidur dilakukan selama mengunakan uji rawat inap untuk AML. GA mengukur termasuk Pemeriksaan Mini-Mental State diubah; Pusat Studi Epidemiologi Depresi Skala; Thermometer Distress, Lada Alat Penilaian Cacat (termasuk yang dilaporkan sendiri aktivitas hidup sehari-hari (ADL), ADL instrumental, dan pertanyaan mobilitas); Kinerja Fisik Pendek Baterai (termasuk timed 4-m berjalan, berdiri kursi, berdiri keseimbangan); kekuatan pegangan, dan Cell Transplantasi Indeks Komorbiditas hematopoietik.
HASIL:
Dari 54 peserta (usia rata-rata 70,8 ± 6,4) memenuhi syarat untuk analisis ini, 92,6% menyelesaikan seluruh GA baterai (rata-rata waktu 44,0 ± 14 menit). Para gangguan setelah terdeteksi: gangguan kognitif, 31,5%, depresi, 38,9%, kesusahan, 53,7%, penurunan ADL, 48,2%, kinerja fisik terganggu, 53,7%, dan komorbiditas, 46,3%. Sebagian besar mengalami gangguan dalam satu (92,6%) atau lebih (63%) domain fungsional. Untuk 38 peserta dinilai memiliki status kinerja baik sesuai standar oncologic penilaian (Koperasi Timur Onkologi Kinerja Skala skor ≤ 1), gangguan dalam langkah-langkah GA individu berkisar antara 23,7% sampai 50%. Variabilitas yang signifikan dalam status kognitif, emosional, dan fisik terdeteksi bahkan setelah stratifikasi menurut biologi tumor (sitogenetika risiko klasifikasi kelompok).
KESIMPULAN:
Rawat Inap GA layak dan menambahkan informasi baru pada standar penilaian onkologi, yang mungkin penting untuk stratifikasi risiko terapi pada orang dewasa dengan AML.
© 2011, Hak Cipta Penulis Journal kompilasi © 2011, The American Geriatrics Society.
PMID:
22091497
[PubMed - diindeks untuk MEDLINE]
2.
Status fungsional dan kualitas kesehatan yang
berhubungan hidup di antara pasien transplantasi alogenik di RS: perbandingan sosiodemografi,
penyakit, dan karakteristik pengobatan.
Hibah M, L Cooke, Williams AC, Bhatia S, L Popplewell, Uman G, Forman S.
Sumber
Divisi Riset Keperawatan dan Pendidikan, Kota Harapan, 1500 Timur Duarte Road, Duarte, CA, 91010, Amerika Serikat, mgrant@coh.org.
Abstrak
TUJUAN:
Tujuan dari makalah ini adalah untuk melaporkan temuan sebuah studi pasien transplantasi sel hematopoietik, menggambarkan kebutuhan pasien transplantasi alogenik pada saat dikeluarkan sehubungan dengan status fungsional mereka, kualitas hidup (kualitas hidup), dan informasi pengasuh dan membandingkan ini perlu di sejumlah sosiodemografi, penyakit, dan karakteristik pengobatan. Temuan penelitian ini merupakan bagian dari penelitian yang lebih besar dicampur-metode, yang mewakili satu titik data waktu penelitian yang lebih besar.
METODE:
Tulisan ini akan membahas data dasar yang dikumpulkan pada saat debit untuk 282 pasien transplantasi alogenik, yang meliputi data sosiodemografi dikombinasikan dengan penyakit, pengobatan, status fungsional, dan data kualitas hidup untuk menyajikan potret yang komprehensif dari pasien transplantasi di debit.
HASIL:
Rerata usia 48 tahun, laki-laki mewakili 52%, dan 22% dari pasien adalah Hispanik. Sebagian besar pasien menderita leukemia akut (55%), didiagnosis dalam 3 tahun terakhir, dan telah dicocokkan tidak berhubungan (52%) transplantasi. Waktu dari transplantasi untuk debit rata-rata 30 hari. Berarti skor untuk kualitas hidup (skala = 1-10, dengan 10 = kualitas hidup terbaik) termasuk rendah skor 5,7 untuk kedua psikologis dan sosial kesejahteraan, 6,3 untuk kualitas hidup secara keseluruhan, dan 7,1 baik untuk fisik dan spiritual kesejahteraan. Pria memiliki kualitas hidup secara signifikan lebih tinggi daripada perempuan, seperti yang dilakukan non-Hispanik. Pasien dengan penyakit Hodgkin memiliki signifikan lebih rendah skor keseluruhan kualitas hidup.
KESIMPULAN:
Hasil kami menyoroti tantangan fisik, psikologis, sosial, dan spiritual yang hadir untuk pasien dan perawat mereka pada saat dikeluarkan dari rumah sakit setelah transplantasi alogenik.
PMID:
22318502
[PubMed - seperti yang disediakan oleh penerbit]
Hibah M, L Cooke, Williams AC, Bhatia S, L Popplewell, Uman G, Forman S.
Sumber
Divisi Riset Keperawatan dan Pendidikan, Kota Harapan, 1500 Timur Duarte Road, Duarte, CA, 91010, Amerika Serikat, mgrant@coh.org.
Abstrak
TUJUAN:
Tujuan dari makalah ini adalah untuk melaporkan temuan sebuah studi pasien transplantasi sel hematopoietik, menggambarkan kebutuhan pasien transplantasi alogenik pada saat dikeluarkan sehubungan dengan status fungsional mereka, kualitas hidup (kualitas hidup), dan informasi pengasuh dan membandingkan ini perlu di sejumlah sosiodemografi, penyakit, dan karakteristik pengobatan. Temuan penelitian ini merupakan bagian dari penelitian yang lebih besar dicampur-metode, yang mewakili satu titik data waktu penelitian yang lebih besar.
METODE:
Tulisan ini akan membahas data dasar yang dikumpulkan pada saat debit untuk 282 pasien transplantasi alogenik, yang meliputi data sosiodemografi dikombinasikan dengan penyakit, pengobatan, status fungsional, dan data kualitas hidup untuk menyajikan potret yang komprehensif dari pasien transplantasi di debit.
HASIL:
Rerata usia 48 tahun, laki-laki mewakili 52%, dan 22% dari pasien adalah Hispanik. Sebagian besar pasien menderita leukemia akut (55%), didiagnosis dalam 3 tahun terakhir, dan telah dicocokkan tidak berhubungan (52%) transplantasi. Waktu dari transplantasi untuk debit rata-rata 30 hari. Berarti skor untuk kualitas hidup (skala = 1-10, dengan 10 = kualitas hidup terbaik) termasuk rendah skor 5,7 untuk kedua psikologis dan sosial kesejahteraan, 6,3 untuk kualitas hidup secara keseluruhan, dan 7,1 baik untuk fisik dan spiritual kesejahteraan. Pria memiliki kualitas hidup secara signifikan lebih tinggi daripada perempuan, seperti yang dilakukan non-Hispanik. Pasien dengan penyakit Hodgkin memiliki signifikan lebih rendah skor keseluruhan kualitas hidup.
KESIMPULAN:
Hasil kami menyoroti tantangan fisik, psikologis, sosial, dan spiritual yang hadir untuk pasien dan perawat mereka pada saat dikeluarkan dari rumah sakit setelah transplantasi alogenik.
PMID:
22318502
[PubMed - seperti yang disediakan oleh penerbit]
3.
Dewasa yang belum terpenuhi remaja dan muda kanker
yang selamat informasi dan kebutuhan pelayanan: berbasis populasi kanker studi
registri.
Keegan TH, Lichtensztajn DY, Kato saya, Kent EE, Wu XC, Barat MM, Hamilton AS, Zebrack B, Bellizzi KM, Smith AW; dan HARAPAN AYA Collaborative Study Group.
Sumber
Pencegahan Kanker Institute of California, 2201 Walnut Avenue, Suite 300, Fremont, CA, 94538, Amerika Serikat, theresa.keegan @ CPIC.org.
Abstrak
TUJUAN:
Kami dijelaskan informasi yang belum terpenuhi dan pelayanan kebutuhan remaja dan muda (AYA) penderita kanker dewasa (15-39 tahun) dan faktor sosiodemografi dan kesehatan yang berhubungan diidentifikasi terkait dengan kebutuhan yang tak terpenuhi.
METODE:
Kami mempelajari 523 Ayas direkrut dari tujuh pendaftar kanker berbasis populasi, didiagnosis dengan leukemia limfositik akut, limfoma Hodgkin, limfoma non-Hodgkin, kanker sel benih, atau sarkoma pada tahun 2007-2008. Peserta mengisi survei rata-rata 11 bulan dari diagnosis. Multivariabel analisis regresi logistik digunakan untuk memperkirakan hubungan antara yang belum terpenuhi (informasi dan pelayanan) kebutuhan dan faktor-faktor sosiodemografi dan kesehatan terkait.
HASIL:
Lebih dari setengah dari Ayas memiliki informasi yang belum terpenuhi kebutuhan yang berkaitan dengan kanker mereka kembali dan perawatan kanker. Ayas membutuhkan jasa, tetapi tidak menerima mereka, berkisar antara 29% untuk di-panti jompo sampai 75% untuk kelompok pendukung. Mayoritas Ayas yang membutuhkan seorang ahli manajemen rasa nyeri, terapi fisik / okupasi, pekerja kesehatan mental, atau nasihat keuangan untuk membayar untuk perawatan kesehatan tidak menerima layanan. Dalam analisis multivariabel, peserta yang lebih tua, pria, peserta non-putih ras / etnis, dan peserta yang melaporkan kurang dari kesehatan umum yang sangat baik atau adil / miskin kualitas perawatan lebih mungkin untuk melaporkan kebutuhan informasi belum terpenuhi. Faktor yang terkait dengan kedua layanan belum terpenuhi dan kebutuhan informasi termasuk kesehatan fisik atau masalah emosional mengganggu kegiatan sosial atau memiliki ≥ 3 fisik terkait pengobatan gejala.
KESIMPULAN:
Baru-baru didiagnosis AYA penderita kanker memiliki informasi belum terpenuhi substansial perlu bervariasi oleh faktor demografi dan kesehatan terkait. IMPLIKASI UNTUK KORBAN KANKER: Kami mengidentifikasi sub kelompok penderita kanker AYA dengan kebutuhan yang belum terpenuhi tinggi yang dapat ditargetkan untuk intervensi dan arahan.
PMID:
22457219
[PubMed - seperti yang disediakan oleh penerbit]
Keegan TH, Lichtensztajn DY, Kato saya, Kent EE, Wu XC, Barat MM, Hamilton AS, Zebrack B, Bellizzi KM, Smith AW; dan HARAPAN AYA Collaborative Study Group.
Sumber
Pencegahan Kanker Institute of California, 2201 Walnut Avenue, Suite 300, Fremont, CA, 94538, Amerika Serikat, theresa.keegan @ CPIC.org.
Abstrak
TUJUAN:
Kami dijelaskan informasi yang belum terpenuhi dan pelayanan kebutuhan remaja dan muda (AYA) penderita kanker dewasa (15-39 tahun) dan faktor sosiodemografi dan kesehatan yang berhubungan diidentifikasi terkait dengan kebutuhan yang tak terpenuhi.
METODE:
Kami mempelajari 523 Ayas direkrut dari tujuh pendaftar kanker berbasis populasi, didiagnosis dengan leukemia limfositik akut, limfoma Hodgkin, limfoma non-Hodgkin, kanker sel benih, atau sarkoma pada tahun 2007-2008. Peserta mengisi survei rata-rata 11 bulan dari diagnosis. Multivariabel analisis regresi logistik digunakan untuk memperkirakan hubungan antara yang belum terpenuhi (informasi dan pelayanan) kebutuhan dan faktor-faktor sosiodemografi dan kesehatan terkait.
HASIL:
Lebih dari setengah dari Ayas memiliki informasi yang belum terpenuhi kebutuhan yang berkaitan dengan kanker mereka kembali dan perawatan kanker. Ayas membutuhkan jasa, tetapi tidak menerima mereka, berkisar antara 29% untuk di-panti jompo sampai 75% untuk kelompok pendukung. Mayoritas Ayas yang membutuhkan seorang ahli manajemen rasa nyeri, terapi fisik / okupasi, pekerja kesehatan mental, atau nasihat keuangan untuk membayar untuk perawatan kesehatan tidak menerima layanan. Dalam analisis multivariabel, peserta yang lebih tua, pria, peserta non-putih ras / etnis, dan peserta yang melaporkan kurang dari kesehatan umum yang sangat baik atau adil / miskin kualitas perawatan lebih mungkin untuk melaporkan kebutuhan informasi belum terpenuhi. Faktor yang terkait dengan kedua layanan belum terpenuhi dan kebutuhan informasi termasuk kesehatan fisik atau masalah emosional mengganggu kegiatan sosial atau memiliki ≥ 3 fisik terkait pengobatan gejala.
KESIMPULAN:
Baru-baru didiagnosis AYA penderita kanker memiliki informasi belum terpenuhi substansial perlu bervariasi oleh faktor demografi dan kesehatan terkait. IMPLIKASI UNTUK KORBAN KANKER: Kami mengidentifikasi sub kelompok penderita kanker AYA dengan kebutuhan yang belum terpenuhi tinggi yang dapat ditargetkan untuk intervensi dan arahan.
PMID:
22457219
[PubMed - seperti yang disediakan oleh penerbit]
4.
Dasatinib, dosis tinggi imatinib dan nilotinib
untuk pengobatan imatinib-tahan leukemia myeloid kronis: review sistematis dan
evaluasi ekonomi.
Loveman E, K Cooper, Bryant J, Colquitt J, Frampton G, Clegg A.
Sumber
Southampton Kesehatan Pusat Penilaian (SHTAC), University of Southampton, Southampton, Inggris.
Abstrak
LATAR BELAKANG:
Laporan ini ditugaskan sebagai suplemen untuk laporan penilaian teknologi yang ada diproduksi oleh Teknologi Semenanjung Penilaian Group (PenTAG), yang dievaluasi efektivitas klinis dan efektivitas biaya dasatinib dan nilotinib pada pasien yang baik tahan atau toleran terhadap standar dosis imatinib.
TUJUAN:
Laporan ini mengevaluasi efektivitas klinis dan efektivitas biaya dasatinib, nilotinib dan dosis tinggi imatinib dalam indikasi berlisensi mereka untuk pengobatan orang dengan leukemia myeloid kronis (CML) yang resisten terhadap dosis standar imatinib.
SUMBER DATA:
Database bibliografi digeledah dari awal sampai Januari 2011, termasuk The Cochrane Library, MEDLINE (Ovid), EMBASE (Ovid), dan MEDLINE Dalam Proses & Lain Non-Indexed Kutipan. Bibliografi dari makalah yang terkait disaring, konferensi kunci digeledah, dan ahli dihubungi untuk mengidentifikasi referensi dipublikasikan dan tidak dipublikasikan tambahan.
TINJAUAN METODE:
Laporan ini berisi review sistematis studi efektivitas dan efektivitas biaya klinis, penilai independen dari informasi yang disampaikan oleh produsen obat ke Institut Nasional untuk Kesehatan dan Clinical Excellence (NICE), penilai independen dari evaluasi ekonomi PenTAG, dan analisis ekonomi baru beradaptasi model ekonomi PenTAG. Prosedur sistematis yang melibatkan dua standar ulasan untuk menjaga imparsialitas dan transparansi, dan untuk meminimalkan bias, dilakukan.
HASIL:
Sebelas studi memenuhi kriteria inklusi. Empat penelitian tersebut termasuk data baru yang diterbitkan sejak laporan PenTAG; semua ini berada di fase kronis CML. Tidak ada studi yang relevan pada efektivitas klinis nilotinib ditemukan. Studi efektivitas klinis pada dasatinib [satu lengan dari percobaan terkontrol acak (RCT)] dan dosis tinggi imatinib (satu lengan dari RCT dan tiga kelompok tunggal studi kohort) memiliki keterbatasan metodologis utama. Keterbatasan ini tidak memungkinkan suatu perbandingan dari senjata yang berbeda dalam RCT. Data dari studi dirangkum dalam laporan ini, tapi hati-hati pada interpretasi diperlukan. Satu evaluasi ekonomi diidentifikasi bahwa dibandingkan dasatinib dengan dosis tinggi imatinib pada pasien dengan kronis-fase CML yang CML resisten terhadap dosis standar imatinib. Pengajuan industri Dua dan evaluasi ekonomi PenTAG yang dikritik dan perbedaan dalam asumsi dan hasil yang diidentifikasi. Model ekonomi PenTAG diadaptasi dan analisis baru yang dilakukan untuk dasatinib intervensi, nilotinib dan dosis tinggi imatinib dan pembanding interferon alfa, standar dosis imatinib, transplantasi sel induk dan hydroxycarbamide. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketiga intervensi, dasatinib, nilotinib dan dosis tinggi imatinib, memiliki biaya yang sama dan efektivitas biaya dibandingkan dengan hydroxycarbamide, dengan efektivitas biaya sekitar £ 30.000 per tahun kualitas yang disesuaikan hidup diperoleh. Namun, tidak mungkin untuk mendapatkan kesimpulan pasti tentang efektivitas biaya relatif dari tiga intervensi karena ketidakpastian yang besar sekitar input data. Ketidakpastian itu dieksplorasi menggunakan analisis sensitivitas deterministik, analisis ambang batas dan analisis sensitivitas probabilistik.
PEMBATASAN:
Kekurangan berkualitas baik bukti harus dipertimbangkan ketika menginterpretasikan laporan ini.
KESIMPULAN:
Ulasan ini telah mengidentifikasi informasi baru yang sangat terbatas pada efektivitas klinis dari intervensi lebih yang sudah ditunjukkan dalam laporan PenTAG. Keterbatasan dalam data ada, namun, hasil kelompok tunggal studi menunjukkan bahwa intervensi dapat mengarah pada peningkatan respons hematologis dan sitogenetika pada orang dengan imatinib-tahan CML. Analisis ekonomi tidak menyorot salah satu dari intervensi sebagai yang paling hemat biaya, namun hasil analisis dapat dilakukan karena sangat tidak pasti kurangnya kesepakatan tentang asumsi yang sesuai. Rekomendasi untuk penelitian masa depan yang dibuat oleh PenTAG, untuk barang berkualitas RCT membandingkan tiga perlakuan tetap.
PENDANAAN:
Lembaga Nasional untuk Kesehatan Program Penelitian Kesehatan Teknologi Penilaian.
PMID:
22564553
[PubMed - dalam proses]
Loveman E, K Cooper, Bryant J, Colquitt J, Frampton G, Clegg A.
Sumber
Southampton Kesehatan Pusat Penilaian (SHTAC), University of Southampton, Southampton, Inggris.
Abstrak
LATAR BELAKANG:
Laporan ini ditugaskan sebagai suplemen untuk laporan penilaian teknologi yang ada diproduksi oleh Teknologi Semenanjung Penilaian Group (PenTAG), yang dievaluasi efektivitas klinis dan efektivitas biaya dasatinib dan nilotinib pada pasien yang baik tahan atau toleran terhadap standar dosis imatinib.
TUJUAN:
Laporan ini mengevaluasi efektivitas klinis dan efektivitas biaya dasatinib, nilotinib dan dosis tinggi imatinib dalam indikasi berlisensi mereka untuk pengobatan orang dengan leukemia myeloid kronis (CML) yang resisten terhadap dosis standar imatinib.
SUMBER DATA:
Database bibliografi digeledah dari awal sampai Januari 2011, termasuk The Cochrane Library, MEDLINE (Ovid), EMBASE (Ovid), dan MEDLINE Dalam Proses & Lain Non-Indexed Kutipan. Bibliografi dari makalah yang terkait disaring, konferensi kunci digeledah, dan ahli dihubungi untuk mengidentifikasi referensi dipublikasikan dan tidak dipublikasikan tambahan.
TINJAUAN METODE:
Laporan ini berisi review sistematis studi efektivitas dan efektivitas biaya klinis, penilai independen dari informasi yang disampaikan oleh produsen obat ke Institut Nasional untuk Kesehatan dan Clinical Excellence (NICE), penilai independen dari evaluasi ekonomi PenTAG, dan analisis ekonomi baru beradaptasi model ekonomi PenTAG. Prosedur sistematis yang melibatkan dua standar ulasan untuk menjaga imparsialitas dan transparansi, dan untuk meminimalkan bias, dilakukan.
HASIL:
Sebelas studi memenuhi kriteria inklusi. Empat penelitian tersebut termasuk data baru yang diterbitkan sejak laporan PenTAG; semua ini berada di fase kronis CML. Tidak ada studi yang relevan pada efektivitas klinis nilotinib ditemukan. Studi efektivitas klinis pada dasatinib [satu lengan dari percobaan terkontrol acak (RCT)] dan dosis tinggi imatinib (satu lengan dari RCT dan tiga kelompok tunggal studi kohort) memiliki keterbatasan metodologis utama. Keterbatasan ini tidak memungkinkan suatu perbandingan dari senjata yang berbeda dalam RCT. Data dari studi dirangkum dalam laporan ini, tapi hati-hati pada interpretasi diperlukan. Satu evaluasi ekonomi diidentifikasi bahwa dibandingkan dasatinib dengan dosis tinggi imatinib pada pasien dengan kronis-fase CML yang CML resisten terhadap dosis standar imatinib. Pengajuan industri Dua dan evaluasi ekonomi PenTAG yang dikritik dan perbedaan dalam asumsi dan hasil yang diidentifikasi. Model ekonomi PenTAG diadaptasi dan analisis baru yang dilakukan untuk dasatinib intervensi, nilotinib dan dosis tinggi imatinib dan pembanding interferon alfa, standar dosis imatinib, transplantasi sel induk dan hydroxycarbamide. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketiga intervensi, dasatinib, nilotinib dan dosis tinggi imatinib, memiliki biaya yang sama dan efektivitas biaya dibandingkan dengan hydroxycarbamide, dengan efektivitas biaya sekitar £ 30.000 per tahun kualitas yang disesuaikan hidup diperoleh. Namun, tidak mungkin untuk mendapatkan kesimpulan pasti tentang efektivitas biaya relatif dari tiga intervensi karena ketidakpastian yang besar sekitar input data. Ketidakpastian itu dieksplorasi menggunakan analisis sensitivitas deterministik, analisis ambang batas dan analisis sensitivitas probabilistik.
PEMBATASAN:
Kekurangan berkualitas baik bukti harus dipertimbangkan ketika menginterpretasikan laporan ini.
KESIMPULAN:
Ulasan ini telah mengidentifikasi informasi baru yang sangat terbatas pada efektivitas klinis dari intervensi lebih yang sudah ditunjukkan dalam laporan PenTAG. Keterbatasan dalam data ada, namun, hasil kelompok tunggal studi menunjukkan bahwa intervensi dapat mengarah pada peningkatan respons hematologis dan sitogenetika pada orang dengan imatinib-tahan CML. Analisis ekonomi tidak menyorot salah satu dari intervensi sebagai yang paling hemat biaya, namun hasil analisis dapat dilakukan karena sangat tidak pasti kurangnya kesepakatan tentang asumsi yang sesuai. Rekomendasi untuk penelitian masa depan yang dibuat oleh PenTAG, untuk barang berkualitas RCT membandingkan tiga perlakuan tetap.
PENDANAAN:
Lembaga Nasional untuk Kesehatan Program Penelitian Kesehatan Teknologi Penilaian.
PMID:
22564553
[PubMed - dalam proses]
share
BalasHapus